Bukan Salesman Biasa
ai tugas dari kini Prama ikut memberikan titah padanya. Lelaki itu ingin Ardhan u
ikan tugas dari Pak Bobby. Setelah itu, Ardhan mempersiapkan diri unt
ak jadi datang?"tanya Ardhan pad
di, kami makan siang bersama. Maaf karena s
sudah mempersiapkan diri tampil sebaik mungkin. Nyatanya tamu yang ditunggu suda
itornya. Mata coklatnya tak sengaja melihat ke arah tangan kiri Prama yang terluka. Seketi
k Ardhan?"
awab Ardhan gugup karena ke
gan kepalanya. Cepat-cepat ia memfokuskan pandangannya ke monitor komputer jinjingnya. Namun
an. Ardhan ingin bertanya mengenai luka ditangan Prama tetapi ia mengurungka
an motor bututnya. Sayangnya motor tua berwarna hijau te
ba-tiba muncul di samping Ardhan, tentu s
a ngadat lagi,"
ama tetapi hal itu ditolak secara halus oleh Ardhan. Ia tak mau diantar pulang oleh pri
an pulang, Ardhan berpapasan dengan mobil putih yang mirip dengan mobil Kinanti. Ardhan tergerak untuk
ibaku selama satu jam akhirnya lelaki tiba di rumahnya, seperti bia
di ranjang. Ia masih memikirkan tentang Prama dan Kinanti dan mengaitkan perilaku k
," ucapnya
pir kantor]"ujar Pak Bobby, ia memerintahkan anak buah kep
a di kantor namun lelaki itu akan menggunakan kesempatan itu untuk
berhasil dilalui oleh Ardhan.Ia tertidur nyenyak hingga alarm memaksanya untuk bangun. Setelah melakuka
yang baru. Pagi ini motor hijaunya tak rewel, kendaraan jadul itu bisa menyala dalam sek
ang berangkat kerja. Ardhan gelisah, ia takut terlambat sampai ke tempat kerjanya
ar dari mobilnya. Bukannya menjawab sapaan terse
bil Pak
injamnya sebentar," lanjut Prama. Ardhan merespon dengan senyuman simpul. Ter
han segera memulai aktivitas mereka. Hari ini Ardhan cukup sibuk karena Pak Bobby me
wawancara singkat dengan pekerja dan atasan mereka. Waktu terus berjalan
ikut denganku?"t
ma kasih,"tolak Ardhan. "Sa
n Ardhan sesaat setelah mendapatkan penolakan tersebut. Lelaki yang
ggu laporan darinya sehingga ia harus mengirimkannya dengan segera. Ardhan k
i, Ardhan memberanikan diri berjalan menuju meja Prama. Lelaki itu mulai
itu,"batin Ardhan yang frustasi kar
kurusnya menarik laci tersebut dan semua file terpampang jelas. Ia mengeluarkan tumpukan kertas ter
ama tega berbuat seperti itu pada dirinya dan perusahaannya. Ia mengambil berkas-berkas tersebut untuk diberikan
hnya. Akibatnya mereka berdua bertabrakan. "Maaf Pak, maaf, saya buru-bur
dapat dari ma