Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
266
Penayangan
12
Bab

"Mama sama papa gak bisa dong paksa Alaska untuk terima perjodohan yang mama sama papa lakuin. Alaska udah besar pa, Alaska bisa tau dan bisa milih siapa yang bakalan jadi pasangan Alaska nantinya!" Tegas pria itu saat berhadapan dengan orang tuanya. Apa jadinya, ketika seorang pria yang mencintai gadisnya dengan teramat dalam. Memiliki jiwa pemberani dan sangat melindungi, tapi malah di kecewakan, bahkan dikhianati. Namun, tidak sampai di situ, orang tuanya meminta pria itu di menerima perjodohan yang mereka lakukan. Lantas, bagaimana jadinya?

Bab 1 Sial!

Langit malam kali ini begitu membuat hati semakin tenang ketika menatapnya, terlebih saat ia melihat bintang bertaburan bak lampu kamar yang menghiasi temaramnya malam ini.

"Langit, lo mau kemana?" Tanya Rendi sahabat Langit yang menganggetkan pria yang tengah melamun itu.

"Lo ternyata, gak ada sih. Gue mau pergi dinner ama Vanya," jawab Langit dengan semringahnya.

"Malam ini?"

"Iya jelas malam ini,"

Pria yang di panggil Rendi itu hanya manggut-manggut mendengar sahabatnya itu. Lalu, bersamaan masuk ke dalam rumah. Langit berniat, bersiap untuk mengambil motor dan juga helmnya untuk menjemput kekasih hatinya itu. Tapi ternyata gerakan Langit terlalu lamban, hingga akhirnya Vanya yang datang lebih dulu menghampiri Langit ke kostnya.

Tiiinn!

Tiiinn!

Suara klakson mobil Pajero putih telah terparkir tepat di halaman rumah kostnya.

"Kok pake helm sih?" Tanya Vanha saat ia membuka kaca mobilnya dan menatap Langit yang tersenyum simpul ke arahnya.

"Enggak, tadi itu aku mau jemput kamu ke rumah," jawab Langit lembut pada kekasihnya itu.

"Gak usah deh, jangan nyari malu aku! Masa pake motor itu sih, gak banget!" cela Vanya pada Langit yang tertegun mendengar kalimat yang di ucapkan kekasihnya. Bahkan dalam diamnya, Langit menangis dalam diam tanpa berkutik sepatah kata.

"Iya udah, aku ke dalam bentar ya," tukas Langit.

"Iya cepetan! Gak pakai lama!" Titah Vanya dengan gaya pongahnya, lalu merapikan rambutnya dengan kaca yang ada dalam mobil. Langit yang tadi berada di dalam, kini telah menghampiri. Membukakan pintu untuk gadis itu turun dan berganti posisi dengan Langit yang akan mengendarai mobilnya malam ini.

Oh iya, sedikit perkenalan Langit Aksara adalah mahasiswa akhir di salah satu universitas ternama yang ada di ibu kota. Ia rela menjadi seorang anak kost demi pendidikan yang ia harapkan dapat mewujudkan semua impiannya.

Langit bukan berasal dari anak orang kaya, melainkan dari sebuah keluarga sederhana. Di ibu kota juga, Langit di pertemukan dengan seorang pria yang bernama Rendi Agaskara, dia adalah sahabat satu-satunya yang di miliki Langit selama berada di kota orang. Rendi memiliki orang tua yang bisa terbilang kaya, karena memiliki beberapa perusahaan dan itu berjalan dengan lancar. Tapi ia juga memilih untuk hidup mandiri.

Kehidupannya menjadi anak kost bukanlah hal yang mudah, karena ia harus mulai dari nol tanpa bantuan dari siapapun. Berbanding terbalik dengan Vanya yang merupakan anak dari sebuah pengusaha terkenal di ibu kota ini.

"Ayok kita berangkat!" ajak Langit pada Vanya, kemudian Langit mengendarai mobil gadis itu menuju cafe dimana mereka akan mengadakan makan malam hari ini.

Sesekali, sambil menyetir Langit mencuri pandang hanya untuk menatap wajah Vanya yang masih sama, terlihat manis dan anggun. Bahkan baju apapun yang ia kenakan pasti akan tampak indah di tubuhnya. Tubuh dan wajah yang bisa di bilang perfect, dan juga sangat cantik.

Dalam hati, Langit bergumam.

'Mimpi apa gue? Bisa punya pasangan sesempurna Vanya,'

Namun lamunan Langit buyar saat Vanya melontarkan pertanyaan.

"Ngapain sih liatin aku terus?" tanya Vanya ketus saat sadar di perhatikan oleh Langit.

"Hah? Pacar Langit cantik,"

"Baru tau, kemaren liatin cewek lain aja sih! Makanya baru sadar kalo pacarnya cantik!" celetuk Vanya yang membuat Langit hanya tersenyum simpul.

"Dasar cowok!"

Langit hanya menggelengkan kepala mendengar jawaban kekasihnya itu.

Karena selama ini, Langit selalu memperhatikan Vanya dalam diamnya. Yah meskipun Vanya gak pernah sadar akan hal itu.

***

Setelah beberapa menit dalam perjalanan, akhirnya mereka tiba juga di tempat tujuan di mana banyak orang yang telah berada di sana, bahkan berpasangan hingga akhirnya Vanya turun lalu bersapa dengan salah satu wanita yang jika di lihat Vanya dekat dengannya

Sementara itu, selama Langit menjadi pasangan Vanya, ia baru kali ini di ajak dinner dengan bareng dengan temannya Vanya. Gadis itu selalu menolak untuk membawa Langit.

"Hai Tania, udah dari tadi ya datangnya?" sapa Vanya pada Tania, yang merupakan sahabat dekat Vanya.

"Enggak lama kok, baru aja lima menit sebelum lo dateng, eh btw partner lo mana?" tanya Tania lagi pada Vanya, dan membuat mata Tania tak berhentinya menelesir semua penjuru untuk melihat siapa pasangan sahabatnya itu. Sontak dengan tatapan malas, Vanya melihat ke arah Langit yang berdiri beberapa langkah di belakangnya.

Sementara itu, Langit tengah terdiam menatap ramainya manusia yang ada di sini, bahkan style mereka lebih kece jika dibandingkan dengan dirinya yang apa adanya itu. Bahkan terlintas dalam benaknya, jika Langit tak pantas untuk berada di sini.

"Ini pacar gue," lirih Vanya pada Tania seraya menatap Langit lagi dengan malas, yang sontak membuyarkan pandangan Langit yang tak fokus kali ini.

"Oh ini pacar lo?" Tanya Tania seakan tak percaya.

"Kenalin, ini Tania, sahabat aku!" Ujar vanhay pada Langit.

"Langit," ujar pria itu seraya membungkukkan badannya, dan Tania yang mengulur tangan namun tak di jawab oleh Langit.

"Pacar lo alim banget ya Anya, masa gue jabatan tangan aja gak mau," ujar Tania dengan nada mengejek Vanya karena sikap Langit yang tak ingin terlalu dekat dengan wanita lain selain pasangannya. Akan tetapi, pria itu tak menghiraukan dirinya dianggap seperti apa.

"Kamu tuh yah! Bikin aku malu aja!" gerutu Vanya berbisik lirih ke arah Langit yang kemudian menghela nafasnya berat.

Sementara Tania, udah berjalan lebih dulu menghampiri yang lain. Karena memang, yang mengadakan acara makan malam Tania.

"Ya udah yok Vanya, kita makan lagi aja. Tadi gue udah pesen ini loh," ajak Tania menuju sebuah meja yang ada di hadapannya.

Sementara Langit? Di abaikan begitu saja, seakan Langit tak ada, yah walaupun dia di minta untuk duduk dengan Vanya, tapi ia tak diajak berbicara seasik pasangan sahabat Vanya, dan juga tak seasik pria lain.

Ketika menatap itu sendirian, Langit merasa enggan, bahkan untuk menelan makanan pun tak berminat.

"Lo itu itu yakin milih dia jadi pasangan lo? Enggak banget loh Vanya!" bisik Tania pada Vanya pelan, dan menatap ke arah Langit.

"Tau deh Tan, gue gak tau juga kenapa gue bisa milih di jadi pasangan gue," jawab Vanya setengah berbisik juga.

"Lah terus kenapa lo mau jadi pacarnya dia? Secara lo itu cantik Vanya, lo juga model, famous pula. Please deh, jangan pacaran sama orang yang gak selevel ama lo, yang ada bikin malu aja tau gak!" bisik Tania pada Vanya yang kemudian terdiam mencerna kalimat yang di ucapkan oleh Tania barusan padanya.

Emang sih Vero itu gadis yang terlahir dari keluarga pengusaha kaya, selain dia jadi model dia juga paling disayang. Dan apapun maunya pasti bakalan di kabulin. Dia cantik dan juga jadi idola banyak pria, tapi hanya sikapnya yang kurang patut di contoh.

"Gue juga betah sama dia! Liat aja gayanya, kampungan banget tau gak?"

Langit yang merasa dirinya di perbincangkan merasa tak nyaman, dan akhirnya menghentikan makannya. Dalam benaknya, Langit berpikiran untuk meninggalkan tempat ini, karena ia merasa tempat ini udah gak nyaman lagi baginya. Akan tetapi, ia berpikir dua kali jika ia melakukan hal bodoh itu demi harga dirinya. Lantas meninggalkan Vanya gitu aja? Pria pecundang macam apa dirinya ini? Pikir Langit.

"Vanya, kita pulang aja yok," ajak Langit.

"Kenapa sih? Kok buru-buru banget pulangnya?" Tukas Vanya pada Langit.

"Iya kita pulang aja, udah kemaleman banget loh," Tania yang mendengar kalimat itu, tertawa geli mendengarnya.

"Huh, ini itu kota Langit! Enggak kampung yang jadwal pulangnya harus di batasin. Udah deh Lang, kalo lo mau pulang, pulang aja sendiri!" Timpal Vanya pada Langit yang tertegun mendengarnya. Bahkan ia merasa jika dirinya tak ada arti apa-apa di mata pasangannya itu.

Langit mencoba untuk meredam amarahnya.

"Iya gak enak by, aku udah gak nyaman!"

"Kamu itu gimana sih, gak bisa sekali aja liat aku seneng! Giliran di ajak minta pulang, giliran gak diajak di tanyain kenapa, maunya apa sih? Ya udah, kalo gitu kita putus!" teriak Vanya yang kemudian mendengus kesal.

Deg

Perasaan aneh kembali menyesakkan dada dan pikiran Langit.

_______

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku