Putri delapan tahun: Feniks terlahir kembali

Putri delapan tahun: Feniks terlahir kembali

Gilang Nashiruddin

5.0
Komentar
194.4K
Penayangan
162
Bab

Mungkinkah seorang gadis berusia delapan tahun memiliki kenangan akan kehidupan sebelumnya? Apa yang akan Anda lakukan jika suatu hari, setelah bangun di atas ranjang, Anda menemukan diri Anda berusia delapan tahun lagi dan Anda teringat akan semua rasa sakit dan penghinaan yang Anda derita di tangan orang-orang yang pernah Anda anggap dekat? Dalam kehidupan sebelumnya, sang putri kerajaan, Yun Shang mengalami trauma baik secara mental maupun fisik. Dia adalah seorang istri yang telah dikhianati suaminya, seorang ibu yang telah menyaksikan kematian tragis anak tunggalnya, dan seorang saudara perempuan yang telah mengalami kekejaman kakak perempuannya. Sekarang kembali ke usia delapan tahun, mengetahui apa yang dia tahu tentang orang-orang itu, bagaimana dia akan membalaskan dendamnya? Silakan lihat sendiri!

Bab 1 Prolog

Di Istana Putri di Ibu Kota Kekaisaran Ning, seorang wanita berlutut di tanah di hadapan menara paling tinggi yang ada di tempat itu. Dia tidak merasakan dinginnya udara malam atau gerimis deras yang turun dengan tanpa ampun.

Wanita itu tampak cantik, dengan kulit putih dan rambut hitam sehalus sutra, tetapi matanya tampak hampa. Dia sedang menggendong seorang bayi dalam pelukannya. Dia tampak khawatir ketika melihat wajah bayi itu membiru karena sulit bernapas. Setiap napas yang dia ambil tampak seolah-olah akan menjadi napas terakhir baginya.

"Tolong kembalilah, Putri Yun Shang. Menantu Kaisar tidak akan bertemu denganmu." Lian Xin sedang menjaga pintu masuk menara. Dia telah menjadi pelayan istana Putri Yun Shang yang paling terpercaya sejak sang putri masih kecil.

Langit malam itu terbelah ketika hati Yun Shang hancur, membasahi dirinya dan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Sambil menggertakkan giginya, dia menarik jubahnya. Dia ingin melindungi bayinya agar tidak basah terkena air hujan. Kapan itu dimulai? Yun Shang berpikir dalam lamunannya. Kapan semua orang yang dia percaya mulai mengkhianatinya satu demi satu?

Wajahnya masih bersih dari air mata. Mungkin semua air matanya sudah mengering? Dia telah menangis dengan begitu sedih di masa lalu sehingga sekarang, bahkan ketika dia merasakan rasa sakit paling parah yang bisa dia rasakan di hatinya, dia tidak bisa meneteskan air mata lagi.

Yun Shang bersujud di hadapan Lian Xin sebanyak tiga kali dan berkata, "Kamu telah menjadi pelayanku selama lebih dari sepuluh tahun, Lian Xin. Aku selalu memperlakukanmu dengan baik selama ini. Sekarang, kumohon. Aku hanya ingin bertemu dengan Menantu Kaisar dan memintanya untuk mengirim seorang tabib untuk menyembuhkan bayiku. Ini adalah bayiku dan juga bayinya ...." Suara Yun Shang terdengar serak.

"Putri Yun Shang, tidak ada gunanya memohon padaku. Menantu Kaisar telah memerintahkan agar tidak ada siapa pun yang mengganggunya." Lian Xin berdiri di bawah atap dan menatap wanita yang sedang berlutut itu. Seringai jijik muncul di sudut bibirnya. 'Hanya itu yang pantas kamu dapatkan, Yun Shang.' ucap Lian Xin dalam hati.

Yun Shang menggenggam tangan kecil bayi yang dingin di pelukannya itu sambil berpikir. Semua rasa pahit dan amarahnya memuncak menjadi tak tertahankan. Dia bangkit dan berlari ke arah Lian Xin. Sang pelayan sama sekali tidak menduga tindakannya itu. Dia mempersiapkan tubuh untuk menghadangnya, tetapi sang putri adalah wanita yang kuat. Dia jatuh dan berteriak, "Ah!" Yun Shang mengambil kesempatan itu untuk membuka pintu menara dan berlari ke atas.

"Oh, tidak, tidak, tidak. Kamu tidak diizinkan untuk naik ...." Lian Xin mengerutkan kening dan menyentuh bagian tubuhnya yang sakit. "Huh! Menurutmu, apa yang akan kamu capai dengan naik ke atas seperti itu?" teriak Lian Xin ke arah sosok sang putri yang semakin menjauh. "Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa Menantu Kaisar dan Putri Hua Jing akan mengirimkan tabib untuk anakmu?"

Yun Shang berlari menaiki tangga. Begitu dia menginjakkan kakinya di anak tangga terakhir, dia mendengar suara Hua Jing," Emm ..." "Ah ..." "Jangan sentuh itu. Ah ..." "Jingran ..."

Yun Shang merasa pusing. Tangannya terasa sangat lemah sehingga dia merasa hampir tidak bisa menggendong bayinya. Dia harus bersandar pada pegangan tangga kayu untuk menopang dirinya sendiri.

Akhirnya, dia menemukan kekuatan untuk menaiki anak tangga terakhir. Dia membuka pintu dengan sikunya dan mengatupkan rahangnya untuk menahan rasa sakit yang dia rasakan saat itu.

"Siapa yang berani masuk ..." Suara seorang pria yang terengah-engah menggema melalui dinding batu ruangan itu. Yun Shang secara refleks melangkah mundur ketika dia melihat dua sosok telanjang yang ada di tempat tidur.

"Keluar!" Mo Jingran meraung dengan marah begitu dia melihat Yun Shang berdiri di ambang pintu.

Yun Shang membuka mulutnya, tetapi mendapati dirinya tidak bisa mengatakan apa-apa. Setelah menarik napas beberapa kali dengan susah payah, dia berhasil berbisik, "Huan'er sakit. Tolong carikan tabib untuknya, Tuanku."

"Hm." Mo Jingran mempertimbangkan permintaannya itu sejenak. Sebelum Mo Jingran bisa memarahinya lagi, wanita yang berbaring di bawah tubuhnya mengusap dadanya dengan nakal. Dia melihat senyumnya yang tampak agak liar dan membalas senyuman itu. Wanita itu berkata, "Jingran, jika adikku ingin melihat kita, biarkan saja. Mengapa kita tidak mengikatnya ke kursi saja agar dia bisa menyaksikan kita bermesraan?"

Mulut Mo Jingran melengkung membentuk seringai dingin. Dia meninggalkan tempat tidur untuk mencari sebuah tali. "Letakkan Huan'er di atas meja. Setelah kamu menonton, aku akan mengirim tabib untuk mengobati penyakit Huan'er."

Yun Shang terdiam sejenak, merasa ragu-ragu. Mengetahui bahwa dia tidak memiliki jalan keluar lain, dia akhirnya mengangguk dengan hampa. Tidak ada seorang pun di Istana Putri yang akan mendukungnya sekarang. Yun Shang meletakkan bayinya di atas meja dan duduk di kursi yang terletak di samping tempat tidur. Mo Jingran menghampirinya dan mengikat kedua tangannya dengan tali.

Ketika Mo Jingran kembali ke tempat tidur, wanita telanjang itu mengulurkan kakinya dan melingkarkannya di pinggangnya. Jemari kakinya membelai punggungnya dengan lembut. Api gairah seketika menyala di mata Mo Jingran. Dia bergerak dengan kuat dan wanita di bawahnya mengerang ketika dia memasukinya.

Wanita itu menatap Yun Shang. Dia memperlihatkan senyumnya yang paling menawan dan berkata, "Lihatlah, adikku. Biarkan kakakmu ini mengajarimu cara memuaskan seorang pria."

Mo Jingran tertawa terbahak-bahak, sebelum kembali menggerakkan pinggulnya dengan irama yang cepat.

Dalam sekejap, desahan dan erangan penuh gairah memenuhi seluruh ruangan itu.

Yun Shang merasa seolah-olah hatinya sedang diiris berkali-kali. Dalam lamunannya, dia bahkan bisa mendengar suara luka yang sedang dicambukkan pada hatinya itu.

'Jadi, ini adalah Menantu Kaisar yang aku pilih untuk diriku sendiri dan wanita yang bersamanya adalah kakak perempuanku yang selalu aku sembah dan hormati.'

Beberapa waktu berlalu, cukup lama untuk membakar habis dua batang dupa menjadi abu. Yun Shang memandangi bayinya yang masih terbaring di atas meja. Wajahnya kini tampak lebih pucat dan matanya tidak berbinar lagi. Dia mulai khawatir. Air mata akhirnya jatuh ke pipinya, "Tolong, Menantu Kaisar dan Kakak. Tolong selamatkan bayiku. Dia sekarat, kumohon ..."

"Kamu sangat menyebalkan. Mengapa kamu berisik sekali?" Mo Jingran tiba-tiba menoleh dan berteriak kepada Yun Shang. Setelah turun dari tempat tidur untuk kedua kalinya, dia berjalan menghampiri Yun Shang, tetapi kemudian berhenti untuk melihat bayi yang terletak di atas meja, "Sekarat, 'kan? Jika dia sekarat lalu mengapa kamu membawanya ke sini?"

Setelah mengatakan itu, Mo Jingran menggendong bayi itu, membuka jendela, dan melemparnya keluar.

"Tidak ... !" Yun Shang sangat terkejut sehingga dia berdiri dari kursinya secara refleks. Dia lupa bahwa dirinya telah diikat. Tali yang mengikatnya menarik tubuhnya dengan kencang dan dia jatuh ke tanah.

"Bayi ... bayiku ... bayiku!" Terlepas dari rasa sakit yang dia rasakan, Yun Shang berteriak. Jeritannya terdengar begitu memilukan sehingga siapa pun yang mendengarnya bisa merasakan kesedihannya.

Ketika mendengar suara langkah kaki mendekat, Yun Shang mengangkat kepalanya. Orang itu adalah kakaknya. Dia memegang sebuah pedang di tangannya. Yun Shang menarik napas dalam-dalam ketika kakak perempuannya itu mengarahkan pedang itu ke wajahnya. "Astaga! Aku tidak tahu apa yang salah denganku hari ini. Wajahmu seindah dan sehalus bunga. Aku benar-benar ingin tahu apa jadinya jika aku mengirisnya di beberapa bagian."

Yun Shang marah. Terlepas dari ejekan dan cemoohan yang terpancar jelas di mata Hua Jing, Yun Shang memohon, "Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau pada wajahku, Kakak. Tapi biarkan aku hidup." Suaranya sangat serak, layaknya burung gagak.

Hua Jing berkedip dan mengangkat pedangnya. Ujung pedang itu mengenai wajah Yun Shang. Yun Shang merasakan rasa sakit yang tajam. Bersama dengan itu, kebencian yang luar biasa seketika tumbuh di hatinya. Tapi kemudian, dia memikirkan tentang bayinya. Dia mengatupkan rahangnya untuk menahan desis rasa sakit yang hampir keluar dari mulutnya.

Hua Jing langsung merasa jengkel dengan sikapnya itu, "Tidak merengek sedikit pun? Membosankan sekali!" Dia memotong tali yang mengikat tangan Yun Shang dan kembali ke tempat tidur.

Yun Shang segera berlari menuju pintu secepat yang dia bisa dengan kakinya yang sakit itu. Akan tetapi dia terpeleset dan jatuh berguling menuruni tangga. Di dasar menara, dia bangkit dan berlari keluar gerbang, sama sekali tidak memperhatikan luka-luka yang ada di tubuhnya.

Bayinya tergeletak di tanah. Dia tidak mengeluarkan suara apa pun dan tubuhnya tidak bergerak. Ada darah yang mengalir dari kepalanya. Hujan membasuh darah itu menjadi tetesan-tetesan kecil yang kemudian menggenang di sekitar kepala kecilnya. Yun Shang menggendong bayinya dengan lembut. "Tidak apa-apa. Tidak apa-apa. Huan'er kecilku baik-baik saja. Ibu akan membawamu menemui Tabib Kekaisaran. Tunggu ya. Ibu akan mengantarmu ke sana sekarang. Huan'er kecilku, kamu akan baik-baik saja ..." Sambil menggendong bayinya di tangannya, dia bergegas keluar dari halaman.

"Apakah dia benar-benar akan menemui Tabib Kekaisaran?" Mo Jingran, yang telah berdiri di dekat jendela sejak beberapa saat yang lalu, menyaksikan sosok Yun Shang yang menjauh dengan ekspresi khawatir.

Tubuh yang lembut dan hangat bersandar di punggungnya. "Jangan takut, Jingran. Istana Putri sudah berada di bawah kendalimu, bukan? Dia tidak bisa pergi. Bahkan jika dia berhasil memasuki Istana Kekaisaran, dia hanya bisa mencari bantuan dari Permaisuri karena Yang Mulia sedang tidak berada di tempat. Apalagi Permaisuri adalah ibuku dan bukan ibunya ..."

Mo Jingran berbalik dan mengangkat wanita itu ke dalam gendongannya. Dia menggendongnya ke tempat tidur.

"Ah ..." teriak Hua Jing, "Jingran, kamu sangat nakal ..."

"Permaisuri, Putri Yun Shang ada di sini. Dia berlumuran darah ..." Seorang pelayan istana bergegas masuk ke kamar bagian dalam dan melapor kepada seorang wanita bangsawan anggun yang duduk di depan sebuah cermin perunggu, sedang memilih jepit rambut.

Sang permaisuri mengerutkan kening, "Bukankah Jing'er* mengatakan bahwa Yun Shang sedang menjalani masa tahanan rumah di Istana Putri?"

(*TN: Dalam bahasa Mandarin, akhiran 'er ditambahkan untuk menunjukkan kasih sayang terhadap seseorang)

"Bagaimana dia bisa berada di sini di istanaku?" Sang permaisuri baru saja selesai berbicara ketika suara isak tangis Yun Shang terdengar. "Ibu, Ibu, tolong selamatkan Huan'er. Tolong selamatkan Huan'er."

Sang permaisuri berbalik untuk melihat sesosok wanita yang basah kuyup sedang berlari menuju kamarnya dengan tergesa-gesa. Ada bekas luka yang mengerikan di wajahnya. Luka itu sangat dalam sehingga dia bisa melihat tulang wajahnya dengan jelas. Wanita muda itu membuka jubahnya untuk memperlihatkan seorang bayi yang telah mengembuskan napas terakhirnya sejak lama. Darahnya menetes ke mana-mana.

Sang permaisuri menatap Yun Shang dengan tatapan tidak senang. "Menyelamatkan apa? Dia jelas-jelas sudah tidak tertolong."

"Tidak, Ibu. Huan'er baik-baik saja. Tolong selamatkan dia. Ibu, tolong kirimkan Tabib Kekaisaran untuk menyelamatkan Huan'er." Yun Shang berlutut dan bersujud di hadapan sang permaisuri beberapa kali.

Sang permaisuri mengedipkan mata kepada seorang pelayan pengadilan yang sedang menunggu di pintu kamar. "Xiu Xin, pergilah dan panggil Tabib Kekaisaran. Dalam perjalananmu ke sana, mintalah seseorang untuk mengirimkan secangkir anggur untuk Putri Yun Shang. Dia perlu menghangatkan tubuhnya."

Pelayan itu pergi dengan tergesa-gesa. Dia kembali dengan cepat sambil membawa secangkir anggun di tangannya. Sang permaisuri berbicara kepada Putri itu dengan nada yang lembut, "Duduklah, Yun Shang. Aku telah mengirim seseorang untuk memanggil Tabib Kekaisaran. Kamu harus meminum anggur untuk menghangatkan dirimu. Akan sangat buruk jadinya jika kamu jatuh sakit sebelum Huan'er pulih. Kamu harus merawatnya."

Yun Shang mengangguk dan duduk. Dia bergumam kepada dirinya sendiri, "Itu benar. Aku tidak boleh jatuh sakit. Tidak ada seorang pun yang akan merawat Huan'er jika aku sakit. Tidak ada..." Setelah mengatakan itu, dia meraih cangkirnya dengan tangannya yang berlumuran darah. Dia mendongakkan kepalanya dan menenggak habis isi cangkir itu tanpa ragu-ragu.

Seringai keji seketika muncul di wajah sang permaisuri, "Gadis baik. Hal yang paling aku benci adalah orang-orang yang menodai Istana Qiwu-ku. Beraninya kamu membawa anak mati ke sini?! Betapa sialnya ..."

Yun Shang tercengang. Dia bingung dengan perubahan suara sang permaisuri yang mendadak itu. Sebelum dia bisa memahami apa yang berubah, rasa sakit yang tajam tiba-tiba menjalari perutnya. Rasa sakit itu benar-benar menyakitkan sehingga dia bahkan tidak bisa berdiri tegak.

"Permaisuri. Sepertinya obatnya mulai bekerja." Suara lembut yang datang dari sisinya itu terdengar tidak asing baginya. Yun Shang berbalik untuk melihat pemilik suara itu. Lian Xin! Apakah dia juga melayani sang permaisuri?

"Ibu ..." Yun Shang mengerutkan kening, "Ibu ..."

"Aku bukan ibumu. Ibumu sudah lama meninggal." Sang permaisuri berbicara dengan nada yang sangat dingin, membuat Yun Shang ketakutan. "Aku tidak berniat untuk membunuhmu, mengingat bahwa kehidupan adalah sesuatu yang jauh lebih menyakitkan daripada kematian. Tapi sayang sekali kamu telah mengotori Istana Qiwu-ku."

Yun Shang tidak bisa menahan tawanya setelah mendengar ucapan sang permaisuri. Meskipun rasa sakit yang luar biasa masih menjalari perutnya, dia tetap berbicara, "Aku memang wanita yang paling bodoh di dunia. Aku memercayaimu, Hua Jing, dan Mo Jingran. Tidak pernah terpikir olehku bahwa orang yang aku percaya akan memperlakukanku seperti ini. Betapa jahatnya kamu ..." Dia tertawa pahit sebelum melanjutkan, "Aku, Yun Shang, lebih baik mati daripada memaafkanmu. Aku tidak akan pernah memaafkanmu."

Dia meludahkan seteguk darah sebelum akhirnya jatuh ke lantai, "Jika ada kehidupan setelah kematian, aku pasti akan menemukan kalian semua. Aku akan membalas dendam, balas dendam..." Baru setelah dia mengembuskan napas terakhirnya, bayi itu jatuh dari pelukan Yun Shang.

Seorang pelayan membungkuk untuk memeriksa napas Yun Shang. Ketika dia merasa tidak ada udara yang keluar lagi dari hidungnya, dia berkata, "Dia sudah mati, Permaisuri."

Sang permaisuri tertawa dan berbalik. Dia mengambil sebuah jepit rambut berbentuk burung feniks yang terletak di meja riasnya. Dia menyematkannya di rambutnya dan berputar untuk melihat bayangannya di cermin. "Mati? Kalau begitu, seret tubuhnya ke rumpun lebat di daerah pinggiran barat. Beri makan anjing-anjing itu."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Putri delapan tahun: Feniks terlahir kembali
1

Bab 1 Prolog

01/06/2022

2

Bab 2 Terlahir Kembali

01/06/2022

3

Bab 3 Sendirian di Malam yang Dingin

01/06/2022

4

Bab 4 Api yang Menyala dan Terbangun dari Mimpi

01/06/2022

5

Bab 5 Dini Hari

01/06/2022

6

Bab 6 Sebuah Mimpi yang Menghantui

01/06/2022

7

Bab 7 Masalah Datang

01/06/2022

8

Bab 8 Hanya Memperlihatkan Sedikit Senyum

01/06/2022

9

Bab 9 Cahaya yang Berkilauan dalam Kegelapan

01/06/2022

10

Bab 10 Kehati-hatian

01/06/2022

11

Bab 11 Awal dari Rencana

01/06/2022

12

Bab 12 Keributan

01/06/2022

13

Bab 13 Saling Bersinggungan

01/06/2022

14

Bab 14 Tindakan Berbeda untuk Situasi Berbeda

01/06/2022

15

Bab 15 Upacara Pendewasaan dan Sebuah Hadiah

01/06/2022

16

Bab 16 Menjadi Populer

01/06/2022

17

Bab 17 Sakit yang Datang Secara Mendadak

01/06/2022

18

Bab 18 Rencana Selir Jin

01/06/2022

19

Bab 19 Kunjungan Master Wu Na

01/06/2022

20

Bab 20 Hal yang Baik

01/06/2022

21

Bab 21 Reuni Keluarga

01/06/2022

22

Bab 22 Tumbuh Dewasa

01/06/2022

23

Bab 23 Kembali Lagi ke Istana

01/06/2022

24

Bab 24 Gosip

01/06/2022

25

Bab 25 Kucing yang Keracunan

01/06/2022

26

Bab 26 Niat Buruk

01/06/2022

27

Bab 27 Pertarungan Antara Dua Harimau

01/06/2022

28

Bab 28 Jepit Rambut Feniks

01/06/2022

29

Bab 29 Ajakan dari Sang Kakak

01/06/2022

30

Bab 30 Rencana

01/06/2022

31

Bab 31 Pesta Perayaan Kemenangan

02/06/2022

32

Bab 32 Sebuah Insiden Lain

03/06/2022

33

Bab 33 Sulaman

04/06/2022

34

Bab 34 Upacara Pendewasaan (Bagian Satu)

05/06/2022

35

Bab 35 Upacara Pendewasaan (Bagian Dua)

06/06/2022

36

Bab 36 Pangeran Jing

07/06/2022

37

Bab 37 Sakit

08/06/2022

38

Bab 38 Orang di Balik Selir Shu

09/06/2022

39

Bab 39 Tabib yang Direkomendasikan oleh Pangeran Jing

10/06/2022

40

Bab 40 Aliansi

11/06/2022