Putri delapan tahun: Feniks terlahir kembali
Penulis:Gilang Nashiruddin
GenreSejarah
Putri delapan tahun: Feniks terlahir kembali
Meskipun perjalanannya ini hanyalah kedok belaka untuk mengunjungi Kuil Ningguo, Yun Shang masih harus berpura-pura bahwa niatannya bukan seperti itu. Sesuai rencana, dia berlama-lama selama beberapa hari berada di Kuil bersama Qin Yi dan Qin Meng. Tetapi hanya pada hari terakhirnya berkunjung di sana dia meminta kesempatan untuk bertemu dengan Master Wu Na.
Master Wu Na adalah sosok yang sangat dihormati di Kekaisaran Ning. Melalui kebijaksanaannya, dia menjadi sosok yang begitu dihormati oleh orang-orang Ning. Namun, Yun Shang tidak mendapatkan kesempatan untuk bertemu langsung dengannya. Dia meminta bantuan pada seorang biksu muda untuk membawa pesannya kepada sang Master untuk berbicara, tetapi biksu muda itu hanya membawakan kembali sebuah perkamen tua untuknya yang terbuat dari kulit domba dari sang Master. Yun Shang tidak bisa tidak merasa terkejut saat membaca pesan yang tertulis di sana. Master Wu Na, tampaknya, menyadari apa tujuan kunjungannya ke sini. Sungguh pria yang cerdas! Akan sangat mengerikan jika dia menjadi musuhnya suatu hari nanti.
Karena Yun Shang telah mendapatkan apa yang dia inginkan dari perjalanan ini, dia memerintahkan Qin Yi dan Qin Meng untuk mengemasi barang mereka. Tak lama, mereka sudah dalam perjalanan kembali ke Istana Kekaisaran dengan kereta.
Yun Shang beristirahat pada malam pertamanya di istana. Di hari berikutnya, dia bangun dari tidurnya pada jam kelima*. Tepat sebelum fajar menyingsing di langit. Dia memerintahkan pelayannya untuk membantunya mengenakan pakaian istana yang cocok untuk seorang putri karena dia bermaksud pergi ke Aula Jinluan di mana sang kaisar mengadakan pertemuan administratif dengan menteri dan pejabat senior mereka.
(*TN: Di masa Tiongkok kuno, waktu malam dibagi menjadi lima periode. Jam kelima adalah periode terakhir, yang datang sebelum waktu fajar.)
Kaisar Ning sedang mendengarkan laporan pejabatnya ketika dia mendengar suara seorang kasim muda yang mengumumkan kedatangan salah satu anaknya, "Putri Yun Shang meminta izin untuk memasuki aula..."
Yun Shang? Kaisar Ning sedikit terkejut mendengar kedatangannya. Dia tidak menyangka Yun Shang berkunjung pada saat ini ketika pertemuan pagi sedang diadakan di ruang sidang. Para menteri dan pejabat negara juga bingung. Mereka saling bertukar tatapan satu sama lain dengan kebingungan yang jelas.
Dengan sedikit batuk, Kaisar Ning berkata, "Panggil dia..."
Yun Shang memasuki Aula Jinluan, dan, setelah menyelesaikan etiket tiga-lutut-dan-sembilan-sujud* kepada Kaisar Ning, dia berkata, "Saya memiliki sesuatu yang hendak saya laporkan, Yang Mulia. Beberapa hari yang lalu, saya mengunjungi Kuil Ningguo untuk memanjatkan doa untuk seluruh penduduk negara kita. Master Wu Na memberikan pada saya beberapa wahyu yang beliau dapatkan dari Buddha. Beliau meminta saya untuk menyerahkannya kepada Yang Mulia..."
(*TN: etiket tiga-lutut-dan-sembilan-sujud adalah ritus yang memperlihatkan kesopanan yang paling khusyuk dan tertinggi. Biasanya etiket itu digunakan dalam situasi besar seperti di hadapan seorang kaisar atau saat memberi penghormatan kepada orang tua kandung.)
"Master Wu Na?" Kaisar Ning terkesiap. Meskipun hanya menjabat sebagai seorang biksu utama di Kuil Ningguo, Master Wu Na pernah ditunjuk sebagai konsultan nasional oleh kaisar yang sebelumnya. Namun, Master Wu Na telah menolak kehormatan yang diberikan padanya. Master Wu Na tidak pernah meramal atau mencari tahu takdir untuk siapa pun. Tapi hari ini, dia mengirim Yun Shang untuk menyampaikan wahyu yang dia dapatkan dari Buddha...
"Cepat! Tunjukkan wahyu itu padaku..." ucap Kaisar Ning dengan tidak sabar.
Kepala kasim melangkah menjauh dari sisi kaisar dan bergegas menuruni tangga. Dia mengambil perkamen dari tangan Yun Shang, dan menyerahkannya kepada Kaisar Ning, yang kemudian membuka gulungannya. Kaisar meledak dalam kegembiraan setelah membacanya. "Menurut Master Wu Na, bencana kekeringan yang melanda Ning telah membawa orang-orang kita ke kehidupan yang menyedihkan. Mengasihani orang-orang yang menderita, Putri Yun Shang memanjatkan doa dengan hati yang tulus. Karena kebaikannya, Buddha yang baik hati akan mengatur hujan untuk turun pada hari ketujuh belas bulan ini. Pastikan tidak akan ada upacara besar dan mewah yang diadakan pada hari yang sama."
"Bagus, bagus, bagus!
Bagus!
Bagus!" Kaisar Ning turun dari kursi mahkotanya dan berjalan menuju ke Yun Shang, dan memeluknya. "Yun Shang, kamu memang putriku yang baik. Hahaha... Jika hari itu benar-benar turun hujan seperti yang telah diramalkan oleh Master Wu Na, aku akan memberi hadiah yang luar biasa untukmu..."
Dengan senyum kecil yang sederhana, Yun Shang menjawab, "Saya tidak berdoa untuk mendapatkan hadiah. Saya hanya berharap bahwa semua penduduk di kekaisaran akan bisa menjalani hidup mereka dalam damai dan kepuasan. Saya benar-benar percaya bahwa jika orang-orang negara kita bahagia maka Yang Mulia akan bahagia. Dan saya pun juga akan senang jika Yang Mulia senang."
Kaisar Ning sangat senang mendengar ketidakegoisan yang ditunjukkan oleh Yun Shang. Tapi di sisi lain, Li Jingyan tidak merasakan hal yang sama. "Tapi bukankah Upacara Pendewasaan untuk Putri Hua Jing dilaksanakan pada hari ketujuh belas bulan ini?" Secara mendadak dia berbicara di aula tersebut.
Yun Shang bisa merasakan nada tinggi dari kata-katanya. Dia merasa sangat senang melihat kejengkelan yang ditunjukkan oleh Li Jingyan. Sebagai penasihat agung Kekaisaran Ning, dia benar-benar bodoh bersikap tanpa pikir panjang.
Kaisar Ning mengerutkan kening atas keberatan yang diajukan terang-terangan itu. "Baik Yun Shang maupun Hua Jing adalah putriku. Shang'er telah pergi jauh-jauh ke Kuil Ningguo untuk berdoa demi kehidupan yang lebih baik untuk para penduduk. Atas kebaikannya, Buddha bermurah hati untuk memberikan berkahnya kepada kita. Adapun Upacara Pendewasaan Hua Jing, kita tidak perlu membatalkannya. Namun, acara itu bisa menjadi acara yang sederhana untuk memenuhi keinginan Buddha."
"Hidup Yang Mulia. Hidup Yang Mulia Kaisar..." Sorak-sorai dan pujian menggema di Aula Jinluan.
Ketika berita ini perlahan sampai ke kamar Hua Jing di Aula Jinglin, dia bergetar karena marah, dan berkata dengan gigi terkatup, "Yun Shang, kamu benar-benar jalang menyebalkan. Aku akan memastikan bahwa kamu menjalani hidup yang sengsara selama aku hidup."
Melihat kemarahan Hua Jing, semua pelayan dan kasim yang ada di dalam kamarnya segera berlutut agar mereka tidak semakin membuatnya marah. Suara barang pecah bisa terdengar di Aula tersebut. Hua Jing sangat marah sehingga dia menghancurkan semua barang-barang yang bisa dihancurkan di kamarnya.
"Ayo kita pergi ke Istana Qiwu. Aku ingin mendengar apa yang ibuku katakan mengenai ini." Hua Jing mengerutkan kening ketika rasa sakit yang tumpul mulai menyebar di pantatnya. Itu rasanya seperti pengingat atas gigitan anjing, dan semakin memperparah amarahnya.
Ketika Hua Jing tiba di Istana Qiwu, dia semakin kesal saat melihat Permaisuri Yuan Zhen sedang minum dengan tenang. Dia berlari menuju ke permaisuri dan meraih tangannya. "Ibu, Yun Shang yang jahat itu, dia pasti dengan sengaja melakukan ini kepadaku. Dia tahu bahwa hari ketujuh belas di bulan ini adalah hari Upacara Pendewasaanku. Ibu, ibu harus membantuku..."
Permaisuri Yuan Zhen mengerutkan kening, "Tutup mulutmu. Benar-benar, rasanya semua waktu dan energi yang kuhabiskan untuk mengajarkanmu berperilaku dengan baik terbuang sia-sia. Jika aku dalam posisimu, aku akan pergi ke ayahmu. Aku akan mengatakan kepadanya bagaimana aku merasa posisiku lebih rendah dari Yun Shang karena dia telah berbagi beban pikiran ayahmu sementara kamu tidak melakukan apa-apa. Namun, sebagai Putri Kekaisaran Ning, kamu bersedia melakukan bagianmu untuk meringankan kesulitan bangsa dengan membatalkan Upacara Pendewasaanmu yang kebetulan akan dilaksanakan pada hari ketujuh belas bulan ini... "
Hua Jing cemberut dan menarik lengan pakaian milik permaisuri, "Ibu, ini jelas tipuan oleh pelacur kecil itu. Dia cemburu dengan Upacara Pendewasaanku. Jadi dia menyusun rencana licik ini."
Meletakkan cangkirnya, Permaisuri Yuan Zhen menggelengkan kepalanya, "Kamu tahu tidak? Dia hanyalah seorang gadis yang baru saja berusia delapan tahun. Bagaimana bisa seorang anak berusia delapan tahun mengetahui tentang semua ini? Dia bahkan tidak belum bisa membaca satu kata pun. Bagaimana bisa dia mengucapkan kata-kata seperti itu? Selain itu, selama ini dia telah berada di bawah kendaliku, dan tidak ada bawahannya yang cukup pintar untuk membuat rencana seperti itu. Ini adalah urusan serius. Kita tidak bisa membicarakannya seolah-olah ini adalah sebuah masalah sepele. Aku tidak percaya bahwa seorang gadis kecil dapat memerintahkan Surga untuk memanggil hujan atau angin turun."
Hua Jing menghela napas, duduk di samping permaisuri. Dia menerima kekalahan, "Jadi aku harus merelakannya saja? Aku membencinya karena ini. Aku berharap dia mati saja."
Permaisuri Yuan Zhen menunduk untuk melihat kuku merahnya, sebuah senyum lembut menari di wajahnya. "Pasti akan ada peluang. Tunggu dan lihat saja nanti. Tidak apa-apa jika hujan benar turun pada hari ketujuh belas bulan ini. Jika tidak, aku bahkan tidak perlu repot-repot membunuhnya dengan tanganku sendiri. Seseorang pasti akan melenyapkannya untuk kita."
"Hmm," ucap Hua Jing, "Sulit dipercaya bahwa akan turun hujan pada hari ketujuh belas bulan ini hanya karena Yun Shang berdoa kepada Buddha. Aku akan melihat pada hari itu apa yang akan dilakukan jalang kecil itu untuk menutupi kebohongannya. Terima kasih, Bu. Aku akan kembali ke tempatku sekarang..."
Permaisuri Yuan Zhen mengangguk dan kemudian mengerutkan kening pada postur tidak sopan tubuh Hua Jing saat bangun, "Kamu berperilaku tidak elegan. Tidak ada wanita dari keluarga bangsawan yang akan bangkit berdiri seperti yang baru saja kamu lakukan. Kamu akan dianggap orang-orang sebagai gadis tanpa keanggunan dan kesopanan jika itu dilihat oleh orang luar."
Rasa kesal Hua Jing kembali. "Itu semua karena biksu terkutuk itu. Aku bermaksud mempermalukan Yun Shang di hadapan semua orang, tapi binatang sialan itu malah menggigitku. Aku tidak tahu apa yang terjadi, karena lukanya selalu terasa nyeri."
Permaisuri Yuan Zhen tidak mempertimbangkan hal ini saat mengkritik anaknya. Dia mengerutkan kening, "Ketidaknyamananmu mungkin karena cuaca sekarang yang panas. Aku akan meminta Tabib Kekaisaran untuk menyiapkan beberapa obat yang sekiranya diperlukan untuk penyembuhan lukamu. Ingatlah untuk meminum obatnya tepat waktu."
"Baik, Bu. Baik..." Hua Jing melambaikan tangan dengan tergesa-gesa pada ibunya, dan berjalan keluar dari Istana Qiwu.
"Putri. Apakah Anda benar-benar akan membiarkannya begitu saja? Anda setuju untuk memaafkan perbuatan Putri Yun Shang? Menurut saya, Putri terlalu mulia dan terlalu berharga untuk menerima penghinaan seperti itu. Putri Yun Shang itu terlalu bodoh untuk mengetahui siapa dia sebenarnya." Pelayan bernama Die'er kesal dan menggumamkan ketidaksetujuannya.
Rasa dingin muncul di mata Hua Jing ketika dia mendengar keluhan dari pelayannya. Ekspresi wajahnya berubah dari kesal menjadi marah, "Memaafkan dia? Jangan bermimpi tentang hal itu! Karena Ibu tidak akan membantuku kali ini, aku yang akan melakukannya sendiri. Aku akan menyingkirkan jalang kecil itu tidak peduli apa yang perlu aku lakukan." Mata Hua Jing berbinar jahat dan seringai muncul saat sebuah ide muncul di benaknya. "Kemarilah..."
Pelayan itu berjalan ke Hua Jing dan berdiri mendekat pada majikannya. Hua Jing membisikkan sesuatu di telinganya, dan pelayan itu menganggukkan kepala. Kemudian Hua Jing berjalan pergi. Dengan ragu-ragu pelayan itu melihat sekeliling sebelum berbalik dan pergi ke arah yang berlawanan.