Tangan Hangat Crazy Rich
Penulis:LianaAdrawi
GenreRomantis
Tangan Hangat Crazy Rich
Ketika Rachel keluar dari puskesmas, hari sudah terik, kira-kira sekitar jam sebelas siang. Ayunan langkah Rachel sedikit tergesa, takut awan gelap yang sejak tadi tergantung di langit berubah menjadi tetesan hujan. Semalam Alea mengompol, jadi Rachel menjemur satu-satunya alas tidur yang mereka miliki, kalau itu sampai basah kehujanan. Alamat keluarganya harus tidur di lantai beralaskan karpet nanti malam.
Rachel sedikit mengeluh dengan cuaca yang memang agak membingungkan. Seharusnya bulan kelima ini sudah masuk musim kemarau, tetapi curah hujan malah semakin tinggi. Tanpa sadar Rachel mengembuskan napas berat. Hujan adalah rejeki untuk sebagian orang, dan hambatan untuk sebagian orang yang lain. Terutama suaminya yang menggantungkan diri sebagai ojek motor online.
Penghasilan pengemudi ojek online tergantung banyaknya aktivitas orang. Jika hujan begini, orang kebanyakan malas keluar, kalaupun sudah telanjur atau terpaksa keluar mereka pasti lebih memilih naik taksi online dari pada motor. Otomatis pendapatan Jo berkurang, uang belanja berkurang. Sudah hampir seminggu ini Jonathan hanya membawa uang kurang dari seratus ribu tiap harinya, yang harus dibagi untuk cicilan motor, token listrik, bayar kontrakan dan makan.
Sebenarnya, Rachel kasihan dengan sang suami yang mencari nafkah seorang diri untuk kebutuhan anak istrinya. Apalagi sebelum menikah dengannya, Jonathan yang anak orang kaya itu tidak terbiasa bekerja keras. Yah, dari latar belakang keluarga dia dan suaminya memang jauh berbeda.
Jauuuh banget!
Jonathan itu warga Indonesia peranakan Cina atau istilah kerennya sekarang CINDO. China Indonesia. Keluarganya punya bisnis perdagangan besi tua yang omsetnya milyaran. Bisa dibilang pengepul dan pemasok besi tua seindonesia adalah keluarga Jonathan.
Menjadi bungsu dan satu-satunya anak laki-laki dari tiga orang kakak perempuan, sudah pasti dia dimanjakan. Seperti orang tua lainnya, orang tua Jonathan menyekolahkan anak-anaknya di sekolah terbaik. Khusus Jonathan, dari masuk taman kanak-kanak sampai SMA sekolahnya dipilih sekolah internasional yang paling bagus di antara yang terbagus. Lulus SMA, ia mendaftar ke perguruan tinggi swasta yang terbaik. Orangtuanya, terutama ibunya menaruh harapan yang besar pada Jonathan. Pendidikannya sudah diatur dengan cermat, setelah lulus dari Fakultas Ekonomi, Jonathan melanjutkan S2 nya ke Stanford Graduate School of Business. Lulus dalam dua tahun, barulah dia menjalankan perusahaan keluarga, lalu menikah dengan wanita dari satu etnis yang setara, dan punya anak yang lucu. Namun skenario indah yang dirancang oleh orang tua Jo mulai kacau di tahun menjelang kelulusan Jonathan.
Demi mengejar tanda tangan dosen pembimbing yang mau liburan ke luar negeri, Jonathan sampai menyusul ke bandara. Saat itu sudah tengah malam, dan dia dalam keadaan kecapekan setelah begadang menyusun ulang skripsinya. Nahas, dalam perjalanan pulang, mobil yang ia kendarai menabrak pembatas jalan. Jonathan dibawa ke klinik kecil untuk perawatan pertama.
Di klinik itulah pertama kali Jonathan bertemu dengan Rachel yang saat itu bekerja sebagai perawat. Karena sering bertemu dan nyaman dengan kelembutan dan kesabaran Rachel saat menangani pasien, ia akhirnya jatuh cinta. Ditaksir anak orang kaya yang gantengnya mirip bintang film Korea, bukannya senang dan menerima, Rachel malah menolak bahkan menghindar.
Selalu saja ada alasan Rachel setiap kali Jonathan datang ke klinik untuk menjemputnya untuk diantar pulang atau sekadar keluar makan siang bareng. Katanya lagi lembur lah, banyak pasien lah. Atau kalau alasannya sudah keseringan dipakai, ia menyelinap lewat pintu belakang lalu naik ojek untuk pulang ke kosan. Biar saja Jonathan menunggu di parkiran, toh kalau sudah malam, orang itu bisa pulang sendiri.
Tahu Rachel menghindarinya, Jonathan tidak menyerah. Ia ganti strategi dengan mengirim makanan, jajanan atau minuman yang sedang viral atau dari restoran terkenal. Jo mengirim bukan cuma satu atau dua porsi, tapi banyak. Semua karyawan di klinik dari mulia OB, satpam sampai dokter yang praktek pun kebagian.
Sudah pasti semua senang, dan mulai membantu Jonathan untuk mendapatkan Rachel. Bahkan seniornya yang galak ikutan bilang. “Udah sih, Rachel. Nggak usah jual mahal, makmur kamu nanti nikah sama dia. Nggak kerja di klinik kecil lagi, bisa-bisa dibuatin klinik sama si Jo.”
Saat itu mereka sedang jaga malam. Mana hujan-hujan dingin, perut lapar. Mau beli makanan sudah tidak ada yang jualan, cek stok makanan di pantry hanya ada mie sama telur. Cabe, saos atau yang pedas-pedas tidak ada. Mana enak makan mie kalau nggak pedas? Jadi urung deh mereka masak.
Di saat yang paling tepat itu, tiba-tiba pintu klinik terbuka. Semua mengira ada pasien gawat. Tak tahunya yang datang orang-orang suruhan Jonathan yang mengantarkan bakso rusuk dan mie ayam mercon sama pastel, risol, tahu isi, dan lumpia yang semuanya gendut-gendut buatan bakery terkenal.
Mengangkat plastik gorengan, perawat yang lain bilang, “Lihat nih, orang kaya sih beda, beli gorengan aja di Holland. Udah Rachel, gas aja, biar kita kebagian makanan enak terus.”
“Tau ih Rachel, kalau aku jadi kamu, langsung minta di bawa ke KUA saat ini juga buat dihalalin.”
Mendengar kata-kata itu, saat itu Rachel menjawab. “Gimana dibawa ke KUA orang kita aja beda agama.“
Fakta yang Rachel ucap membuat semua yang meledeknya barusan bungkam. “Tahu enggak yang paling berat itu menjalani hubungan yang beda dimensi sama beda agama. Misalkan, misalkan nih, aku terima Jonathan iseng aja awalnya dari pada jomblo, gitu kan kata kalian kemarin. Terus hubungan kami makin dalam eh tiba-tiba harus putus karena beda agama. Apa nggak sakit banget ini hati? Jadi daripada nantinya sakit dan gagal move on, mendingan enggak usah diterima dari sekarang.”
Pikir Rachel, Jonathan akhirnya akan menyerah setelah satu bulan tak mendapat tanggapan darinya. Siapa yang tahu pria itu benar-benar gigih dan serius, menghadapi penolakan demi penolakan Rachel. Perempuan mana yang enggak baper lihat kesungguhan Jo yang sedemikian rupa?
Hampir setengah hidup kayaknya Jo mengejar Rachel. Syukur deh, akhirnya hati wanita muda itu benar-benar luluh.
Rachel tahu hubungan ini pasti ditentang oleh bapak ibunya, jadi ia memilih diam-diam pacaran dengan Jonathan. Begitu juga Jo, ia tidak pernah bilang apa-apa tentang Rachel ke keluarganya. Hubungan yang disembunyikan dan tanpa restu itu tak baik, lama-kelamaan Rachel juga ingin keluarga kedua belah pihak tau.
“Tenang aja ya, Sayang. Kalau sudah waktunya, nanti kamu pasti aku kenalin ke keluarga aku.” Joe mencium punggung tangan Rachel dan mengusapnya lembut.
“Iya, kamu juga, suatu saat nanti aku kenalin ke ibu dan keluargaku,” sahut Rachel kala itu. Perasaannya agak cemas karena sudah lama tak menceritakan hubungan ini pada ibunya.
“Pasti bapak sama keluargamu langsung setuju, orang ganteng begini calon menantunya.” Joe tersenyum penuh rasa percaya diri. Dia sudah punya modal pendidikan dan tampang, kalau soal kekayaan juga jangan ditanya.
Rachel menanggapi kata-kata Jonathan yang narsis dengan senyum meledek. “Percuma ganteng kalau enggak bisa diajak shalat berjama’ah.” Perkataan ini seperti sebuah sindiran halus.
Dan Jonathan langsung kehilangan kepercayaan dirinya saat itu juga.
Rachel pun merasa tak enak hati. “Kok diam?”
“Ternyata berat ya, Sayang?” tanya Jo sambil memandangi mata indah yang bentuknya sangat mengagumkan ditambah warna kecoklatannya yang begitu tajam.
Tangan Rachel yang membelai rambut Jonathan berhenti di udara, “Apanya?”
“Hubungan kita,” kata Jonathan seraya memeluk pinggang Rachel dan menenggelamkan wajahnya ke dalam perut sang gadis.
“Enggak apa-apa kita jalani aja dulu.” Rachel hanya bisa pasrah, toh hatinya sudah jatuh pada pria yang kini ada di hadapannya ini.
“Tapi tau enggak, di antara semua ini yang paling berat apa?” Jonathan tidak mau membahas masalah ini lagi, jadi dia mengubah topik pembicaraan dengan bermain tebak-tebakan. Mungkin ini akan jadi guyonan receh.
“Apa?”
“Apalagi, ya cintaku padamu lah!” Dia terkekeh sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Gombal!” biarpun bibirnya cemberut, tapi wajah Rachel semringah.
“Kok gombal sih, mau bukti?”
“Apa buktinya?”
“Nih aku buktiin!” Jonathan dengan segera bangun, dan menyerang Rachel dengan kelitikan bertubi-tubi di pinggang dan ketiaknya.
“Ampun, ih, ampun! Sudah dong, berhenti. Geli tau!” Biarpun Rachel memohon, tetapi tangan Jonathan tidak berhenti.
Ketika ia mulai kepayahan, Rachel sudah berbaring di bawahnya dengan wajah memerah dan dadanya naik turun akibat napas yang terengah-engah.
Dua pasang mata yang memiliki warna netra berlainan saling bertatapan. Binar mata Jonathan membuat Rachel tergoda. Ingat! dua-duanya adalah insan yang sudah dewasa, mereka bisa mengikuti insting liar jika khilaf disertai situasi dan kondisi yang menunjang.
Jonathan menaikan tangannya hingga hinggap pada dagu Rachel, mengelusnya seringan bulu hingga mata sang empu terpejam menikmati sentuhan kekasihnya.
Taman tempat mereka berpacaran kebetulan sepi sekali, hanya ada suara embusan angin dan air dari danau yang tidak jauh dari situ.
"Awas!” Rachel meminta Jonathan agar turun dari tubuhnya. Jonathan tidak mau menurut, dia malah terkekeh. Seolah tidak mendengar, pria itu sama sekali tidak menimpali.
Tangan kekar Jonathan yang sehalus bulu menjalar, meraba seluruh inci wajah Rachel, melakukannya selamban mungkin. Tubuh Rachel terasa memanas oleh sentuhan-sentuhan itu, sentuhan yang seharusnya tidak Jonathan lakukan karena takut berlanjut ke adegan yang tidak seharusnya.
Bibir Rachel menjadi pemandangan yang menarik bagi Jonathan. Saat bibir itu hendak terbuka dan mengatakan sesuatu, Jonathan secepat kilat membungkamnya dengan bibirnya sendiri, tangannya yang tadi membelai pindah ke tengkuk Rachel, mencegah kepala itu menjauh dari kepalanya sendiri.
Hangat, licin, basah dan manis. Ini yang Jonathan rasakan saat bibirnya membelai dan menghisap bibir Rachel. Entah setan apa yang menguasai keduanya hingga sekarang tidak sadar akan suatu batasan.
Lama Jonathan menghisap bibir Rachel hingga membuat tubuh kekasihnya menegang. Jonathan menjauhkan bibirnya sendiri tanpa melepas tengkuk Rachel dari tangannya, hanya memberikan waktu untuk saling mengambil napas, mengisi paru-paru dengan oksigen agar napas mereka tidak terlalu terengah-engah. Setelah dirasa pasokan oksigen cukup untuk bekal lagi, Jonathan menempelkannya bibirnya lagi, memaksa mulut lawannya terbuka, tanpa aba-aba menjelajah ke dalam, mencari lawan yang serupa dengan lidahnya yang telah menjulur, saling membelit, menari-nari di dalam relung kata.
Ciuman ini begitu memabukkan sampai-sampai membuat pertahanan Rachel runtuh, tubuhnya lemas dan pasrah mau diapa pun. Suhu tubuh Rachel yang meningkat hingga pipinya bersemu merah.
Tangan Jonathan begitu piawai sudah menurunkan resleting gaun yang Rachel pakai, bahkan menurunkan resleting celana miliknya juga.
Lidah Jonathan menyusuri leher dan dada Rachel hingga membuat dia melenguh, sensasi saat lidah menyentuh permukaan tubuh Rachel membuat matanya merem melek. Sensasi ini sungguh gila!
Irama jantung keduanya berdetak lebih cepat dan mereka sudah dalam kuasa birahi yang tinggi. Insting liar dewasa mereka membuat keduanya menginginkan sesuatu yang lebih.
Jari-jari panjang yang kokoh itu kembali membelai, dari tengkuk melewati leher dengan hati-hati, turun lagi ke dua gunung kembar dan meremasnya, mengeluarkan satu gunung dan langsung dilahap habis oleh Jonathan.
Hisapan-hisapan kecil membuat Rachel semakin kalang kabut, sampai-sampai seluruh bulu tubuh berdiri semua, seolah ikut mendamba sentuhan tangan dan hisapan di dadanya.
Perlahan jari jemari Jonathan merambah turun sampai menyentuh rok Rachel dan menaikkannya sedikit, menurunkan celana persegi tiga yang menutupi lembar surgawi sang gadis.
Jempol jari Jonathan membelai bibir bawah yang berada di celah 'wanitanya' yang telah terpejam dengan tubuh gemetar. Hasrat keduanya semakin bergejolak.
Jonathan meremas sebelah bokong Rachel pelan, tidak terburu-buru, membelai bagian tubuhnya itu di balik gaunnya, lalu meremas permukaan yang lain.
Jonathan pun mampu melesatkan miliknya masuk terburu-buru, berhasil merobek benteng pertahanan Rachel dan berhasil membuat Rachel benar-benar menjadi miliknya seorang.
Mereka kalut dalam hasrat, membuat gerakan mengayun maju dan mundur, menabur-naburkan benih bibit di pesawahan tanpa takut bibit itu tumbuh.
Gelombang-gelombang cinta membuat keduanya menikmati gerakan itu hingga sampai di puncak kenikmatan, semburan bibit dari Jonathan memenuhi lahan milik Rachel. Setelah merasa lelah penyatuan itu dilepaskan dan mereka kembali membenarkan pakaian mereka lagi.
Huhhhhh ….
Mengingat masa lalunya, Rachel kembali menghela napas.
Seandainya saat itu mereka bisa menahan diri dan saat itu dirinya tidak mengandung Alea, akankah Jonathan sekarang masih bersamanya?
Seandainya Alea tidak pernah lahir, akankah Jonathan menuruti perintah ibunya untuk putus dengannya kemudian meneruskan kuliahnya ke luar negeri?
Seandainya ia tidak menikah dengan Jonathan. Mungkin sekarang ia masih bekerja, mempunyai penghasilan sendiri. Bukannya menjadi beban suami.
Atau, seandainya orang tua Jonathan tidak berbuat kejam dengan menutup semua jalan mereka, terutama jalan Rachel untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, mungkin kehidupan dan perekonomian mereka tidak akan seburuk sekarang.
Ada banyak pertanyaan ‘seandainya’ dalam kepala Rachel. Dan dia tidak akan pernah mendapat jawabannya.