"Akhhh, Y-ya A-allah, begitu sakittt!"

Tangan Rachel mencengkram kuat perutnya yang terasa kram otot. Dia bergerak tak nyaman di kasur hingga mengangguk Allea yang tertidur pulas.

"Hiks! Hiks!"

Sebelah tangan Rachel lagi memukul-mukul dada yang terasa sesak. Dia meraup banyak oksigen dengan rakus. Napasnya terengah-engah bagaikan lari berpuluh-puluh putaran stadion. Matanya terpejam erat, bulir-bulir keringat dingin menetes dari dahinya.

"B-bunda kenapa?" Allea berteriak histeris, dia mendekati Rachel dan mengusap wajahnya yang kebasahan.

Rachel mengerang kesakitan, dia tidak tahan lagi.

Allea dengan panik meninggalkan Rachel, dia menuju rumah Bu Tuti yang selalu ramai. "IBU NINA, IBU, TOLONG BUNDA!"

Semua orang di sana tersentak mendengar teriakan tersebut. Bu Tuti berlari menghampiri Allea yang begitu ketakutan.

"Ada apa, Nak?"

"B-bunda," kata Allea seraya menunjuk ke arah rumahnya.

Bu Tuti paham, dia menggandeng Allea dan segera menuju rumah kontraknya. Pertama kali yang dia lihat adalah Rachel kesakitan di atas tempat tidur dan bermandi air keringat.

"Ya Allah, Dik Rachel!!"