Jonathan melangkahkan kaki memasuki basecamp ojek online kawasannya dengan wajah kusut. Perutnya masih terasa melilit dan perih, ditambah perdebatannya dengan Rachel tak kunjung selesai juga.

Mual kembali mendera, dia memukul-mukul perutnya kuat, mengingat karena ulah janin tersebut mereka jadi seperti ini. Namun, bukannya berhenti, si perut bergejolak kuat. Seperti ada mesin cuci di dalamnya yang tengah berputar dengan volume maksimal.

"Kenapa, Bro?" tanya satu orang pria paling dekat posisinya dengan Jonathan.

Jonathan menoleh, melihat salah satu rekan kerjanya, Andrew, masuk membawa sekantong plastik berwarna putih. Mereka seumuran, tapi bedanya dia belum menikah dan tengah melanjutkan pendidikan perguruan tinggi.

"Makan dulu, dari Restoran Padang, gue sengaja pesan dua saat tau lo ke sini," katanya sembari membuka dan memberikan isinya untuk Jonathan.

Wajah Jonathan begitu pucat, tubuhnya lemas, bibirnya sedikit membiru, wajahnya kusut, bajunya berantakan, dan sudah tumbuh jambang di dagunya. Andrew menatapnya ngeri.

"Lo baik-baik aja, Jon?"

"Fine."

"Yakin? Lo persis mayat hidup tau," ujar Andrew sedikit menghina.

Jonathan menghela napas panjang dan mulai memakan dalam diam. Dia tengah dalam mode senggol bacok saat ini.