Rachel memeluk Allea erat, tidak ingin kehilangan putri kecilnya.

Setelah dia hampir saja kehilangan kesadaran, akhirnya, Jonathan memberikan Allea kembali dan pergi dijemput oleh sebuah mobil. Rachel berpikir bahwa itu adalah ibunya.

Sebelum pergi, Jonathan melempar segepok uang di dalam amplop coklat kepada Rachel, untuk membiayai Allea selama dia tinggal bersamanya.

Sepertinya suara isakan tangis Rachel membuat Allea terbangun. Dia menghapus jejak air mata di kedua pipi ibunya dari arah bawah.

"Bunda, ada apa? Bunda terluka maka dari itu menangis?" tanya Allea ikut sedih dengan mata ikut berkaca-kaca dan sudah siap menumpahkan isinya.

Rachel menggeleng dengan senyuman pahit, dia menghapus kasar jejak air mata tersebut. "Bunda enggak papa, cuma tadi, keselo aja, Nak. Lea terbangun karena bunda ya?"

"Enggak, Bun. Lea sudah dari tadi tidur jadi ini waktunya bangun," jawab Allea riang seraya turun dari pangkuan Rachel. "Bun, aku ke rumahnya Nina—"

"Enggak! E-eh, enggak usah dulu ya, Nak?" Rachel memotong cepat dengan suara sedikit meninggi, dia berdehem sesaat. "Maafkan bunda."

Allea tersentak, dia menatapnya bingung. "Loh, kenapa, Bun?"