Rachel mencuci baju kotor mereka dalam diam, dia di rumah sendirian. Allea tengah bermain dan Jonathan belum pulang setelah kemarin pergi dalam keadaan emosi.

Bukannya tidak khawatir, hanya saja, Rachel malas sekali melihat wajah Jonathan yang membuat emosinya naik.

Bahkan sampai saat ini, mulutnya ngomel tanpa henti. Dia tidak akan mencari Jonathan, apalagi menelepon lagi. Walaupun Allea sempat menangis mencari ayahnya.

Dia mengerjakan tugas rumah tangga dalam keadaan kesal, efek bayi. Apapun yang ada di depannya, membuat Rachel membayangkan wajah menyebalkan Jonathan.

"Cih, biarlah, enggak pulang juga!"

"Emang aku khawatir? Hih, enggak ya!"

"Mana ada, aku nggak mau cari dia pokoknya."

Dengan wajah memerah, Rachel menyelesaikan cuciannya dan beralih menyapu lantai rumah, halaman depan, serta mengepel. Dia sejenak melupakan tengah berbadan dua.

Rachel bahkan tidak menyapa tetangga yang tersenyum menatapnya. "Terserah, dia mau di mana sekarang. Emang ada duit? Paling ngemper di toko-toko," cibirnya lagi.

Dia menendang-nendang kerikil yang tak bersalah. "Kalau kelaparan, kepanasan, kehujanan, terus udah nyadar letak kesalahannya, pasti dia pulang. Tinggal bilang aja ke Lea kalau ayahnya lagi kerja, gampang!"