Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Selama 17 tahun hidup luntang lantung di jalanan, tidak ada keluarga dan saudara. Sendiri tanpa ditemani, kesehariannya ialah sebagai penyanyi jalan dan penjual koran. Namun itu dulu dan sekarang dia memiliki tempat tinggal. Entahlah harus bersyukur atau tidak karena kini dia tinggal di sebuah tempat haram. Mimpi buruk baginya dia bisa terjebak di tempat seperti ini.
Dia masih ingat bagaimana dirinya bisa terjebak di tempat ini, saat itu ketika usianya 17 tahun tepat pada hari ulang tahunnya. Dia hampir saja di jadikan lelangan oleh orang jahat, sebenarnya ini sering terjadi. Namun beruntungnya dia selalu saja lolos, tapi tidak untuk saat itu.
Wajahnya yang cantik, berkulit putih, hidung mancung dan tubuh yang tinggi membuat semua orang ingin memilikinya, terlebih lagi dengan memiliki wajah percampuran orang luar. Semua orang memberikan harga tinggi untuk dirinya, jujur saja saat itu dia ingin kabur. Namun dia takut dengan ancaman para penjaga yang akan membunuhnya.
"Diamlah, atau kami akan menghabisi kamu," ucap seorang pria bertubuh besar dan tinggi dengan pakaian hitam. Tangan pria itu menyentuh pipi Kana dengan kasar.
Air mata kini tidak bisa ditahan lagi, lolos dan mengalir hingga make up yang berada di wajahnya luntur perlahan.
"Jangan menangis, cepat naik ke panggung dan duduk di atas kursi itu," kata pria tadi dengan mendorong tubuh Kana.
Hampir saja dia tersungkur jika tidak menjaga keseimbangannya. Matanya yang Indah sangat takut menatap seluruh orang yang berada dihadapannya. Kana yakin orang-orang itu ialah yang akan mengikuti pelelangan dirinya.
Datanglah seorang perempuan dengan pakaian sangat ketat hingga bentuk tubuhnya terlihat jelas.
"Selamat malam semuanya, apa kalian sudah siap untuk gadis ini. Namanya adalah Kana, dia cantik bukan? Masih tersegel dan kita bisa lihat kalau Kana memiliki wajah blasteran. Saya akan memulai pelelangan ini, mulai dari harga 50 juta."
Kana membulatkan matanya, semurah itukah dirinya. Namun seberapa mahal pun dia bayar, harga dirinya tidak akan bisa dibeli.
"50 juta," teriak pria tua dengan mengenakan jaket kulit.
"80 juta."
"1 Miliar."
Harga semakin menaik, hingga membuat Kana gemetar ketakutan. Bagaimana jika dia dibeli oleh orang yang sangat jahat.
Semua tidak mau kalah dan terus menaikan harga untuk dirinya. Bagi Kana mereka adalah orang-orang bodoh yang membeli dia, lagi pula setelah di beli Kana telah memilih rencana untuk dirinya agar bisa pergi terbebas dari maksiat ini.
Mulutnya ternganga ketika seorang wanita paruh baya dengan bibir merah merona memberikan harga sangat tinggi untuk dia.
"50 Miliar."
"Wow... 50 Miliar, ada lagi yang berani lebih dari itu?" ucap wanita yang berdiri di samping Kana, wajahnya terlihat bahagia. Senyuman yang mengembang ketika mendengar jumlah yang ditawarkan wanita paruh baya itu untuk Kana.
Semua terdiam, tidak ada yang berani memberikan harga lagi. Itu artinya dia akan jatuh ke wanita paruh baya itu. Kana dapat melihat dari wajahnya yang sedikit keriput, dia terlihat seperti orang baik.
"Oke, kami memutuskan untuk berhenti di 50 Miliar. Dan nyonya Jeni lah yang memiliki hak terhadap Kana."
Semua bertepuk tangan namun tidak bisa dipungkiri jika wajah mereka murung karena tidak bisa memiliki Kana.
Acara lelangan selesai karena Kana lah menjadi orang yang terakhir untuk di lelang. Dan kini dia sedang menunggu wanita tadi yang membeli dirinya, tidak lama kemudian wanita itu datang. Dan dia hanya bisa melihat dari balik jendela, wanita itu sedang berbincang sesuatu dengan pria besar yang tadi mengancamnya.
Tidak bisa dengar apa yang sedang mereka bicarakan, karena jarak antara Kana dengan mereka lumayan jauh. Kana terkejut ketika melihat pria itu membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju tempatnya. Sontak dia langsung kembali ke atas ranjang sambil menangis, air mata yang dikeluarkan hanyalah air mata palsu.
Ceklek!
"Cepatlah keluar, hapus air matamu Kana."
Kana melirik takut pria itu, dia mengangguk dan berjalan keluar. Langkahnya berada di belakang tubuh pria besar itu. Dia masih teringat jelas kalau nama pria itu tidak salah Bryan.
Langkahnya terhenti dimana wanita yang membelinya itu berdiri.