Gladisya Pratama Wiratama merupakan istri direktur yang di kagumi banyak orang. Sosok pria yang merupakan teman sejak kecil Gladisya dan ia juga sangat menyukainya. Sosok yang dingin tetapi selalu bersikap hangat kepada Gladisya. Siapa sangka, di balik permukaan yang indah itu, semuanya hanyalah kebohongan. Pria yang sangat Gladisya percaya telah mengkhianati dirinya. Gladisya merasa terluka saat mengetahui kalau suaminya telah mengkhianatinya. Di saat Gladisya sedang dalam kondisi terpuruk, ia bertemu dengan seorang pria yang baru ia kenal yang merupakan clientnya. Sosok pria dengan sifatnya yang humble dan humoris seakan menyihir Gladisya melupakan rasa sakitnya.
Gladisya baru saja pulang ke rumahnya dengan wajah lelah karena bekerja seharian ini. Ia berjalan menuju pantry dan menuangkan air ke dalam gelas. Kemudian ia meneguknya hingga tandas.
"Kamu sudah pulang?" seruan itu membuat Gladisya kaget hingga ia terbatuk-batuk.
"Ya, aku pulang sore tadi. Kau terlihat lelah," seru pria yang berdiri tak jauh dari Gladisya dengan memakai pakaian santai rumahan.
Pria itu adalah Stevan Fernando Gultom yang merupakan suami dari Gladisya Elmeyra Wiratama.
"Ya, pekerjaanku di kantor cukup banyak," jawab Gladisya.
"Sudah makan?"
"Belum. Kamu sudah makan? Aku akan memasakkan sesuatu untukmu."
"Kau terlihat sangat lelah. Sebaiknya kita pesan makanan saja," seru Stevan.
"Baiklah, aku akan memesannya." Gladisya memesan makanan untuk makan malam mereka. Gladisya pun berlalu pergi menuju kamarnya meninggalkan Stevan seorang diri.
---
Gladisya keluar kamarnya dan menghampiri Stevan yang sedang menata makanan di atas minibar.
"Sudah datang," seru Gladisya yang terlihat lebih segar.
"Ya. Ayo duduklah," seru Stevan yang kini sudah duduk di kursi. Gladisya mengikuti Stevan dan mengambil duduk di hadapan Stevan.
Mereka makan dengan tenang.
"Besok aku ada penerbangan lagi. Mungkin sekarang akan cukup lama. Aku sementara akan di Brazil," seru Stevan menghentikan suapan Gladisya.
"Lagi?"
"Ya. Maaf yah, aku jarang bersamamu," seru Stevan dengan wajah penuh penyesalan.
Stevan adalah seorang pilot di salah satu maskapai penerbangan internasional. Jadwalnya begitu padat dan dia sering pergi dan dinas di luar Negri untuk beberapa saat. Bahkan sempat tidak pulang dalam satu bulan lamanya.
"Kali ini berapa lama?" tanya Gladisya.
"Mungkin 2 bulan," seru Stevan.
"2 bulan? Apa itu tidak terlalu lama?" tanya Gladisya.
"Mau bagaimana lagi," seru Stevan.
Gladisya hanya bisa menghela nafasnya. Mau bagaimana lagi.
Gladisya dan Stevan sudah menikah selama 10 bulan, dan mereka kenal dari sejak kecil. Stevan dan Gladisya teman sejak kecil, mereka besar bersama dan saling menyukai saat dewasa hingga akhirnya memutuskan untuk menikah satu sama lain. Tetapi entah kenapa kehidupan rumah tangga mereka tak seindah yang di bayangkan. Stevan selalu pergi meninggalkannya dan bahkan jarang sekali ada di rumah. Gladisya saat ini bekerja sebagai Direktur utama di perusahaan milik Ibunya, Catherine.
"Tidak masalah, bukan?" seru Stevan memegang tangan istrinya.
"Mau bagaimana lagi. Aku hanya bisa menunggumu," seru Gladisya. "Kapan kita akan memiliki keturunan kalau seperti ini."
"Sabar sebentar lagi yah. Aku pasti akan di tempatkan di sini untuk seterusnya. Hanya saja untuk beberapa tahun pertama harus mau di tempatkan di beberapa tempat yang jauh."
"Baiklah. Jangan lupa selalu menghubungiku," seru Gladisya.
"Pasti."
"Aku tidak bisa mengantarmu karena ada meeting besok pagi," seru Gladisya.
"Tidak masalah. Malam ini kita habiskan waktu bersama," seru Stevan membuat Gladisya tersenyum.
---
Gladisya merebahkan kepalanya di dada bidang Stevan. Keduanya tanpa busana dan baru saja menyelesaikan aktivitas malam mereka meluapkan rasa rindu mereka berdua.
"Setelah aku kembali nanti, mau kah kita pergi berlibur ke Villa," seru Stevan.
"Aku akan mengosongkan jadwalku saat itu. Aku rindu saat-saat kita berlibur ke sana. Menunggangi kuda bersama, berenang, memancing dan memetic buah-buahan di ladang," kekeh Gladisya menengadahkan kepalanya menatap wajah tampan suaminya.
"Ya, kita akan lakukan itu semua seraya merayakan anniversary pernikahan kita yang pertama," seru Stevan tersenyum menawan.
Gladisya menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat. Stevan menarik Gladisya untuk semakin mendekatinya dan mencium bibir Gladisya dengan lembut. Ia berguling dan menindih tubuh Gladisya.
"Siap untuk ronde selanjutnya?" goda Stevan membuat Gladisya terkekeh.
"Ck, kau selalu penuh semangat," kekeh Gladisya.
"Itu karena kau yang membuatku selalu bergairah," seru Stevan dan melanjutkan aktivitasnya.
"Aku akan sangat merindukanmu."
"Aku juga. Aku akan menunggumu," seru Gladisya.
***
Gladisya baru saja keluar dari ruang meetingnya. Ia berjalan menuju ruangannya dengan mengeluarkan handphone nya.
Stevan
Aku berangkat sekarang. Kamu jaga dirimu baik-baik jangan sampai telat makan dan istirahat. Jangan terlalu lelah bekerja.
Gladisya tersenyum membaca pesan dari suaminya. Stevan memang suami yang penuh perhatian dan kehangatan.
"Apa jadwalku selanjutnya?" tanya Gladisya saat menduduki kursi kebesarannya. Seorang wanita berdiri di hadapannya yang terhalang oleh meja.
"Tidak ada jadwal sampai nanti pukul 13.30. Anda harus datang ke tempat proyek."
"Baiklah. Nanti kita pergi dari jam 11 saja, sekalian makan siang di luar," seru Gladisya.
"Baik."
***
Gladisya baru saja sampai di mansionnya. Ia menatap seluruh ruangan di mansion itu yang terlihat sepi dan hampa. Ia sudah sering di tinggalkan seorang diri oleh Stevan. Tetapi hari ini ia merasa begitu sesak dan kesepian.
Stevan memang begitu sibuk, tetapi dia adalah pria yang lembut, hangat, penuh perhatian. Kehadiran Stevan selalu membuat Gladisya terhibur dan selalu merasa damai kala di dekatnya. Stevan sangat mengenal Gladisya dan dia selalu tau apa yang di butuhkan oleh Gladisya.
Gladisya berjalan menuju pantry dan mendekati pintu kulkas. Ada beberapa post it menempel di sana. Ia mengambil salah satunya.
Jangan terlalu banyak minum minuman beralkohol.
Jangan makan makanan instan.
Tetap jaga pola makan dan istirahat yang cukup. Jangan terlalu memaksakan diri dalam bekerja.
Aku sudah berbelanja dan mengisi penuh kulkas supaya kamu bisa memasaknya dengan mudah.
"Pria ini," gumam Gladisya tersenyum.
Gladisya membuka pintu kulkas dan benar saja sudah penuh makanan di sana. Bahkan botol bir telah berganti dengan susu dan jus buah.
"Astaga, dia benar-benar," keluh Gladisya. Tetapi ada satu botol bir di sana yang di simpan oleh Stevan.
Gladisya mengambil botol itu dan membawanya ke minibar dengan membawa gelas yang sudah diisi es batu. Gladisya menuangkan bir ke dalam gelas itu dan menyesapnya perlahan seraya duduk di kursi.
"Ah, apa aku akan mampu bertahan terus berada jauh darimu seperti ini," keluh Gladisya kembali menyesap minumannya.
***
Di sisi lain Stevan baru saja akan melakukan penerbangan. Ia tengah briping dengan co pilot dan beberapa rekan kerjanya yang lain, yang akan melakukan penerbangan bersama. Setelahnya mereka bersiap-siap dan menaiki pesawat. Malam sudah semakin gelap dan larut. Stevan sudah duduk di tempatnya dan memakai earphone. Ia berkomunikasi dengan seseorang melalui earphone nya dan memulai penerbangan.
Stevan terbang semakin tinggi dan semakin jauh dari Gladisya. Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi saat pasangan saling berjauhan.
***
Gladisya baru selesai mandi, ia tersenyum menatap pigura besar yang menempel di dinding. Itu adalah potret saat ia dan Stevan menikah. Baik Stevan maupun maupun Gladisya, keduanya tersenyum lebar.
Gladisya mengingat saat-saat kebersamaan mereka saat kecil. Stevan merupakan anak dari salah satu teman Ibunya. Usianya lebih tua 5 tahun dari Gladisya. Mereka bertetangga saat itu, dan mereka pun sering main bersama. Stevan sering mengajarkannya banyak hal. Bahkan saat dirinya tidak ingin ikut les, Stevan yang dengan semangat mengajarinya dan memberikan les private kepadanya. Ia tidak menyangka bahwa pria yang sudah sekian lama ia puja dan sukai akan menjadi suaminya saat ini. Kehidupan rumah tangganya cukup bahagia walau Stevan selalu meninggalkannya karena pekerjaannya yang sebagai seorang pilot.
"Baru sehari kau pergi, aku sudah kangen. Bagaimana aku bisa menunggu sampai 2 bulan lamanya," gumam Gladisya.
Bab 1 Harus berjauhan
22/10/2022
Bab 2 LDR (Long Distance Relationship)
22/10/2022
Bab 3 Wanita yang di tolong Stevan
22/10/2022
Bab 4 Rencana kembali
22/10/2022
Bab 5 Gagal Kembali
22/10/2022
Bab 6 Bertemu kembali
22/10/2022
Bab 7 Dinner
22/10/2022
Bab 8 Bertemu Mia
22/10/2022
Bab 9 Orang baru di kantor
22/10/2022