Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Istri Kedua Sang Billionaire

Istri Kedua Sang Billionaire

Soffia

5.0
Komentar
24.6K
Penayangan
80
Bab

Tiba-tiba Hana bangun, mendapati seseorang yang tidur bersamanya. Tentu lah itu membuatnya kaget.. Kesadarannya masih utuh dan ia meyakini kalau dirinya belum menikah. Tapi kenapa ada orang lain yang tengah tidur bersamanya?

Bab 1 Satu

Hana merasa kepalanya begitu pusing. Pandangannya buram dan dunia seakan sedang mengalami gempa besar. Blur, itulah penglihatannya kini. Masa iya angka satu terlihat jadi angka sebelas. Berjalan sempoyongan melewati orang-orang yang kadang bertabrakan dengannya.

"Sialan banget mereka, ini pasti masukin sesuatu ke dalam gelas minuman gue!" Ia terus mengumpat saat berjalan sambil berpegangan pada dinding dan beberapa pintu kamar.

"Ck, ini kamar gue yang mana, nih? Elahh ..."

Menatap angka-angka yang terpampang di depan pintu kamar, tapi tak terlihat begitu jelas. Gaswat juga, kan, kalau ia salah kamar.

Saat tangannya menyentuh salah satu pintu, tiba-tiba malah terbuka begitu saja. Ia tersenyum. "Sepertinya kali ini gue nggak salah kamar," ujarnya segera melangkah masuk.

Hels yang dikenakannya ia tanggalkan, berlanjut dengan gaun hingga hanya meninggalkan sebuah tanktop dan short pant tipis. Badannya seakan

remuk dan istirahat adalah hal terindah yang akan ia lakukan.

"Good night," gumamnya tersenyum manis, kemudian langsung merebahkan badannya di kasur dan bergumul ke dalam selimut tebal.

Sebuah sentuhan tiba-tiba dirasakan Hana di tubuhnya ... membuat matanya yang mengantuk, seakan diajak untuk terbuka lebar. Kepalanya pusing, tapi dirinya berusaha untuk sadar. Ya, mungkin ini baru dua jam dirinya tidur. Mencoba mengingat kembali, kalau saat ini ia sedang berada di kamar, tapi siapa yang menyentuhnya? Dan harus diingat kalau dirinya belum punya suami, loh, ya.

Hana berusaha untuk tak yakin dengan apa yang dialaminya kini, tapi rengkuhan itu semakin erat ia rasakan dari arah belakangnya. Ia menelan Saliva nya dengan susah, sebelum akhirnya memantapkan diri untuk melihat benda apa yang kini menempel di badannya.

Bola matanya seakan mau lepas dari sarangnya, saat mendapati penampakan yang ada di badannya. Iya, benar sekali ... sebuah tangan kekar sedang memeluknya erat. Dan ia bisa memastikan kalau si pemiliknya adalah seorang cowok. Berusaha untuk tak kaget, tapi apalah daya, mulutnya tak bisa ditahan untuk tak berteriak.

Teriaknya menggema dengan nada setinggi mungkin. Kalau bisa, ia ingin membuat semua orang di hotel ini mendengar teriakannya. Asli, ini kagetnya pake banget. No kw kw.

Langsung saja, tanpa komando ia beranjak dari posisi tidurnya sambil menarik selimut, untuk menutupi tubuhnya dan menjauh dari posisi tempat tidur.

Saat berbalik badan, justru dirinya malah dihadapkan dengan penampakan yang lebih mengejutkan lagi. Bukan hantu ataupun sejenisnya, tapi bisa membuat otak sehat jadi berbelok arah. Seorang cowok dengan kondisi setengah telanjang ... bukan, lebih tepatnya dia hanya mengenakan daleman dibagian bawah, kini ada di depan matanya.

"Ini gila! Tiba-tiba gue bangun dengan seorang cowok yang ... sulit dipercaya," gumamnya sambil menggigit bibir bawahnya.

Cowok itu menatap garang kearah Hana sambil menutupi badannya dengan kemeja yang tergeletak di lantai. "Tak sopan! Memasuki kamar orang lain tanpa ijin!"

"Heiiiii!! Anda yang tak sopan, Om!" Hana menunjuk kearah cowok itu penuh kesal dengan tuduhan yang dia berikan. Ingin mengeluarkan kata-kata terlakhnat, tapi bibirnya serasa kelu. Hingga akhirnya ia terduduk di lantai sambil berteriak-teriak atas apa yang dialaminya kini.

Cowok itu menghampiri Hana dan menarik lengannya dengan paksa agar berdiri dari posisi duduknya, kemudian dengan kasar dia mencengkeram dagu Hana.

Ia berdecis. "Apa ini pekerjaanmu?!" Kemudian tersenyum licik. "Iya, benar ... demi uang dan kedudukan, semua wanita akan melakukan hal apapun juga. Termasuk mengorbankan harga dirinya bahkan tubuh sekalipun!"

Dia mendorong Hana hingga terhentak ke dinding, membuat selimut yang menutupi tubuhnya ikut melorot ke lantai. Karena marah atas ucapan dan tuduhan yang diterimanya, benda itu hanya ia abaikan. Kemudian berjalan dan kembali mendekati cowok itu seolah tak terpengaruh dengan wajah sangar yang sedang menatapnya tajam.

Tersenyum sambil bersidekap dada dihadapan cowok itu seolah menantang. "Anda pikir saya ini gadis macam apa ... menjual diri karena uang?!" Sebuah tamparan langsung diberikan Hana tepat di pipi cowok itu.

Tamparan itu langsung membekas di pipinya yang kini tampak memerah. Ditambah lagi dengan emosinya yang seolah naik ke ubun-ubun mendapatkan perlakuan dari Hana. Bahkan seumur hidup pun, ia belum pernah mendapatkan sebuah tamparan. Dan kini, dengan mudahnya gadis kecil ini melakukannya.

"Dengar, ya, om-om mesum! Saya bukan seperti yang anda katakan! Kedudukan, uang ... itu tak ada apa-apanya dengan harga diri. Itulah perbedaan pemikiran antara orang berpendidikan dengan orang yang ..." Hana menghentikan perkataannya. Ia menarik napasnya dalam. "Apa yang Anda lakukan pada saya?!" tanyanya sadar dan kembali ke pokok permasalahan.

Dia memandang kearah Hana dari atas hingga bawah ... kemudian tersenyum di sudut bibirnya. "Apa menurutmu, gadis sepertimu adalah tipeku? Nggak ada yang menarik sedikitpun apalagi menggairahkan," ungkapnya seolah meledek fisik Hana.

Tangan Hana mengepal saat mendengar perkataan cowok itu, yang lebih tepat seperti sebuah ejekan.

"Dasar om-om hidung belang! Bisa nggak, sih, jangan bawa-bawa fisik?! Saya ini masih SMA, masih ABG ... yakali body saya harus bahenol, dada saya harus ukuran big size. Keterlaluan!"

"Apa?" tanyanya sedikit kaget saat mendengar Hana mengaku sebagai anak SMA.

"Apa? Jangan sok kaget! Om mau saya adukan ke KOMNAS perlindungan anak karena sudah berbuat tak senonoh pada saya yang masih di bawah umur!?"

Dia menjentikkan jarinya dihadapan Hana. "Heii ... bangunlah dari tidurmu. Kamu kira saya ini jenis laki-laki seperti apa, yang meniduri bocah sepertimu? Bahkan terlihat tak meyakinkan kalau dirimu sudah mengalami yang namanya puberitas."

Lagi-lagi perkataan itu selalu saja mengarah pada fisik.

Hana kesal dan kali ini kekesalannya sudah berlipat ganda. Ia mendorong cowok itu hingga mundur satu langkah ke belakang.

"Keterlaluan! Katakan apa yang sudah Anda lakukan sama saya!"

"Hentikan!"

Hana tak menghiraukan bentakan itu. Ia hanya fokus dengan kemarahannya. "Apa yang Anda perbuat sama saya, hah! Katakan ... katakan!!!" Ia berteriak-teriak histeris.

Kali ini tangannya malah ditahan. "Lepasin!"

"Tak mengakui perbuatanmu, tapi malah terus mendekatiku. Oke ... sepertinya kamu memang menginginkannya, ya?"

Hana terdiam mendengarnya. Tapi secara tiba-tiba, satu tangan cowok itu sudah berada di pinggangnya dan sebelah lagi mengunci kedua tangannya.

"Ini, kan, yang kamu mau?"

"Menjauh dariku!" bentak Hana.

Dengan cepat, ia malah menciumi lekukan leher Hana ... meskipun gadis itu menolak dan berusaha menghindarinya. Inilah akibat jika berurusan dengannya. Seolah olah ancaman yang yang dilontarkan padanya, justru malah berbanding terbalik.

"Ini, kan, yang kamu mau?!"

"Lepasin aku!!!"

Bahkan saat ini tangan Hana sudah terlepas dari cengkeramannya, tapi tak membuat gadis itu bisa melarikan diri dari hadapannya.

Entah berapa goresan yang ada di punggungnya kini karena serangan dari kuku gadis itu. Benar benar gadis kecil yang nakal.

"Menjauh dariku!!" Ia terus berteriak-teriak dan mendorong om-om mesum itu dari hadapannya. Rasanya kukunya juga sudah ia kerahkan untuk menggores punggungnya, tapi tetap saja gagal.

Kali ini justru hal yang tak terduga dilakukannya pada Hana. Iya, dia mencium bibir gadis itu. Dan apa yang respon yang ia dapat? Tadinya Hana yang berontak, memukulinya, berteriak-teriak, menggaruk punggungnya layaknya singa betina yang sedang mengamuk, kini semua itu terhenti seketika. Sebuah cairan bening, hangat ... menetes dan tak sengaja, jatuh mengenai pipinya.

Hana masih terdiam membisu tanpa ekspressi saat cowok itu masih melakukan aksinya. Matanya membola, tapi cairan bening itu sudah menetes dari kelopak matanya.

'Ini hanya mimpi Hana... ini hanya mimpi ... ini hanya mimpi.'

Menutup kedua matanya, berusaha meyakinkan hatinya kalau ini semua tak benar. Ini hanya mimpi buruknya saja. Di saat bersamaan, pintu tiba-tiba dibuka dari arah luar.

"Apa yang kamu lakukan, Justin?!"

Pertanyaan itu membuat aksinya pada Hana terhenti seketika dan pandangannya beralih kearah sumber suara. Tak hanya itu, Hana yang ada dihadapannya, lebih tepatnya berada dalam dekapannya tiba-tiba ambruk tak sadarkan diri. Nyaris berakhir di lantai, tapi dengan cepat ia menahan hingga akhirnya gadis itu berakhir di pangkuannya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Soffia

Selebihnya

Buku serupa

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

kodav
5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku