Miss Primadona

Miss Primadona

windanur

5.0
Komentar
608
Penayangan
19
Bab

Tisa perempuan cantik dan matre. Dia selalu mengaet laki-laki yang kaya. Suatu saat masalah demi masalah menimpa dirinya. Apakah Tisa akan memperbaiki kesalahan atau sebaliknya?

Bab 1 Tisa

Malam itu berbeda dengan malam yang lainnya. Ya, Tisa dan Egi berkencan di sebuah restoran termahal. Dengan nuansa yang sangat romantis mereka menghabiskan malam mereka di sana.

"Kamu mau pesan apa, Sayang?" tanya Egi sambil meyodorkan menu ke Tisa.

"Aku mau steak dan minum orange juice," ucap Tisa.

Egi mengangguk lalu memanggil seorang pelayan restoran dan pelayan restoran itu segera datang.

"Mau pesan apa, Mas?" tanya pelayan perempuan memakai baju hitam dengan rambut dikuncir satu.

"Steak dua sama orange juice dua."

Pelayan itu mengangguk dan beberapa saat kembali dengan pesanan mereka. Ia meletakkannya di meja lalu beranjak dari meja itu.

Akhirnya Egi dan Tisa melahap makanan mereka. Sesaat kemudian mereka selesai dan pulang dengan mobil. Di tengah perjalanan, Egi meminggirkan mobilnya membuat Tisa bertanya-tanya.

"Kok mobilnya berhenti, Sayang?" tanya Tisa mengerutkan keningnya. Egi hanya terdiam dan menyodorkan sebuah tas belanja.

"Ini buat kamu." Tisa terbelalak kaget dan langsung menerima pemberian Egi.

"Ya ampun, Sayang. Pasti ini mahal." Ternyata Egi membelikan Tisa sebuah gaun mahal. Gadis itu sangat senang karena Egi membelikannya barang mahal.

"Nggak mahal kalau buat kamu."

Tisa menyenderkan bahunya di badan Egi dan cowok itu membelai rambut Tisa.

Setelah beberapa saat, Egi melanjutkan perjalanannya untuk mengantar Tisa ke rumahnya.

"Makasih buat malam ini, Sayang. Kamu cinta kan sama aku?" tanya Tisa sebelum keluar dari mobil Egi saat sudah sampai di depan rumahnya.

Egi hanya mengangguk, "pasti.

"Kalau gitu, kamu mau kan membelikan apa yang aku inginkan?" tanya Tisa lagi. Ia paham betul kalau Egi benar-benar sudah jatuh kepelukannya dan pasti akan menuruti apa yang ia mau.

"Iya, Sayang. Pasti. Aku janji. Aku pulang dulu." Egi menutup kaca mobilnya dan melanjutkan perjalanannya.

Dari kejauhan Tisa menatap mobil Egi yang sudah tak terlihat. Ia bergumam dalam hatinya, akhirnya ia bisa menemukan sosok laki-laki kaya yang mau membelikannya barang-barang mahal.

Kevin melangkahkah ke kelas Zara untuk menemui kekasihnya itu. Sesampainya di sana, tak ada sosok Zara, yang ada hanya Tisa dengan beberapa temannya yang lain. Tisa yang mengetahui Kevin langsung menghampirinya.

"Nyari Zara, ya?"

Entah kenapa akal bulus Tisa muncul, memang sikap buruknya selalu iri dengan kebahagiaan orang lain. Ya, tanpa Zara sadari selama ini dia salah memilih teman. Kelihatannya Tisa baik, padahal sebaliknya, dia selalu punya seribu cara untuk menghancurkan kebahagiaan orang lain.

Kevin mengangguk. "Iya, kamu tahu Zara di mana?"

"Belum berangkat. Kamu udah jadian sama Zara?" tanya Tisa menyelidik.

"Kenapa?"

"Nggak apa, sih. Hati-hati aja kalau kamu jadi bahan pelampiasannya Zara," celetuk Tisa bermaksud jahat dan berusaha menghancurkan hubungan keduanya.

"Maksud kamu apa bilang kayak gitu?" Kevin tak tahu arah pembicaraan Tisa yang menurutnya nyeleneh.

"Kamu nggak paham maksudku?"

Kevin menggeleng.

"Aku jelasin ya, aku tahu dari dulu Zara suka sama Ian, dan sayangnya Ian memilih aku, tapi udah putus. Kemungkinan besar Zara sakit hati, dan melampiaskan sakit hatinya sama kamu, terus dia mau jadian sama kamu. Kasihan, ya!" Tisa tertawa sambil menepuk bahu Kevin. Ucapan Tisa barusan membuat Kevin sedikit emosi. Sebenarnya Kevin juga sudah tahu kalau Zara memang suka dengan Ian yang dimaksud Tisa, tetapi Kevin mencoba tak memedulikan perkataan Tisa. Dia paham tipe perempuan apa Tisa ini, perempuan yang mudah mengobral cinta pada laki-laki. Benar saja, belum lama putus dengan Ian, dia sudah berpacaran dengan Egi, Kevin tahu karena Egi adalah teman satu kelasnya.

"Udah ngomongnya? Aku nggak peduli! Aku yakin Zara bisa nerima aku suatu saat nanti!" ucap Kevin dengan rasa percaya diri. Apapun akan dilakukannya demi mendapatkan cinta Zara.

"Terserah, jangan terlalu percaya diri, nanti kecewa." Tisa mengibaskan tangan dihadapan muka Kevin. Enggan menanggapi, Kevin memilih pergi meninggalkan Tisa dengan perkataannya yang julid.

***

"Tadi pagi aku nyariin kamu." Kevin menghampiri Zara di kelasnya saat istirahat tiba.

"Maaf tadi aku belum datang, Vin," jawab Zara.

"Aku boleh nanya sesuatu?" tanya Kevin, serius.

"Silakan."

"Kamu masih suka sama Ian?"

Perkataan Kevin membuat Zara bingung apa yang harus dijawab. Di lain sisi, jujur dia masih sedikit menyimpan rasa pada Ian, di lain sisi kalau dia menjawab jujur akan menyakiti perasaan Kevin.

Zara hanya menggeleng tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Kevin mengerti dan mengajak kekasihnya itu pergi ke kantin yang tak jauh dari kelas.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Kevin sesampainya di kantin.

"Es jeruk aja, Vin."

Kevin beranjak untuk memesan dan beberapa saat dia kembali membawa psanan mereka, lalu duduk dihadapan Zara sambil meletakkan minuman pesanan Zara.

Zara hanya terdiam, dia tak tahu harus mulai mengobrol apa dengan Kevin padahal cowok itu adalah pacarnya, tetapi rasa canggung masih menyelimutinya.

"Aku bawa sesuatu buat kamu, Ra." Kevin mengambil sesuatu dari balik badannya dan menyodorkan sebuah cokelat pada Zara.

Zara langsung menerimanya. "Sejak kapan kamu bawa cokelat?"

"Itu sulapan," Kevin menjawab pertanyaan gadis itu dengan bercanda.

Zara yang mendengar jawaban Kevin hanya menggeleng dan dalam hatinya tertawa. Kevin ternyata bukan laki-laki yang terlalu buruk untuk dijadikan kekasih, dia baik dan perhatian, selain itu penyabar.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh windanur

Selebihnya

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku