Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Wanita Incaran Sang Billionaire

Wanita Incaran Sang Billionaire

Rina Meilina

5.0
Komentar
Penayangan
5
Bab

Dylan Cassanova, pria berusia 27 tahun yang dikenal sebagai seorang miliarder tampan, kaya raya, dan berkuasa. Semua orang tahu siapa dia, atau lebih tepatnya apa dia-seorang pemikat wanita. Hidupnya diwarnai oleh pesta, ketenaran, dan wanita-wanita yang datang dan pergi begitu saja. Tidak ada yang bisa bertahan lama di sisinya, kecuali mereka yang tertarik pada kemewahan, dan bukan pada dirinya. Tidak ada yang pernah merasa cukup untuk meluluhkan hatinya, dan tak ada yang pernah sukses mencuri hatinya dari kemewahan dan ambisi yang menjadi hidupnya. Namun, ada satu nama yang selalu muncul dalam pembicaraan orang-orang-Serena Tanaya. Seorang wanita biasa yang tidak tertarik pada harta atau kekuasaan, tetapi lebih pada nilai-nilai dan perasaan yang terkubur dalam diri Dylan. Keberadaan Serena telah membantah segala rumor yang berkembang tentang Dylan. Apakah dia benar-benar bisa meruntuhkan tembok hati pria itu?

Bab 1 Hilangnya Cinta yang Terlambat

Dylan Cassanova berdiri di depan jendela besar apartemennya yang megah, memandang kota yang tampak begitu kecil dari ketinggian. Lampu-lampu kota berkelap-kelip seperti bintang yang tak pernah padam. Dunia di luar sana berputar tanpa henti, sementara hidupnya terasa terhenti di dalam ruang ini, sepi dan penuh dengan bayang-bayang masa lalu. Keberhasilannya, kekayaannya, segalanya seolah tak berarti apa-apa lagi.

Di luar sana, Dylan adalah sosok yang disanjung-sanjung, pria yang memiliki segalanya. Miliarder muda, wajah tampan yang tak terhitung jumlahnya wanita yang terpesona. Dunia mengenalnya sebagai *Lady-Killer*, seorang pria yang bisa memikat hati siapa saja dengan hanya sekali pandang. Tapi siapa yang benar-benar mengenal Dylan Cassanova? Siapa yang tahu bahwa di balik senyuman itu ada luka yang tidak pernah sembuh?

Dylan meremas gelas kristal yang ada di tangannya. Arak di dalamnya tidak lagi memiliki rasa. Semua hal di dunia ini terasa hambar. Segalanya terasa hampa. Sementara itu, Serena Tanaya, wanita yang masuk ke dalam hidupnya beberapa bulan lalu, telah mengubah segalanya. Serena bukan seperti wanita-wanita lain yang pernah datang dan pergi dalam hidupnya. Serena tidak jatuh pada pesona kekayaannya, tidak terpikat pada kemewahan yang dia tawarkan. Serena melihatnya, bukan sebagai miliarder Dylan Cassanova, tetapi sebagai pria yang rapuh, yang menutupi luka-lukanya dengan tawa dan senyum palsu.

Dylan meneguk araknya dalam-dalam, mencoba untuk menenangkan kegelisahannya. Beberapa bulan bersama Serena membuatnya merasa seolah-olah ada yang hilang dari hidupnya. Serena selalu ada di sana, dengan tatapan lembutnya yang selalu membuatnya merasa di rumah. Namun, dia tahu, setiap perasaan itu hanya akan membawa kehancuran, karena tidak ada yang bisa bertahan di dunia yang dia bangun. Dunia yang penuh dengan kebohongan, dunia yang hanya memberi tempat untuk kekuasaan, dan bukan untuk perasaan.

Serena adalah sebuah paradoks dalam hidupnya. Dia adalah satu-satunya wanita yang mampu menembus tembok keras yang Dylan bangun di sekeliling hatinya. Tapi apakah itu cukup? Apa dia cukup untuk merubah Dylan? Ataukah semuanya hanya akan berakhir seperti yang lainnya-seperti kisah-kisah sebelumnya yang berakhir dengan kehampaan?

Dylan memutuskan untuk menghubungi Serena malam itu. Ada sesuatu dalam dirinya yang merasa cemas, seperti ada sesuatu yang akan berubah-sesuatu yang buruk. Dia mengetik pesan singkat di ponselnya, mengirimkan kata-kata yang terasa begitu asing di hatinya. *"Serena, bisa kita bertemu?"*

Tidak ada balasan.

Dylan menunggu. Jam di dinding bergulir begitu lambat. Waktu seolah-olah berhenti, menyiksa dirinya dengan ketidakpastian. Dia tahu dia seharusnya tidak terlalu berharap. Serena bukan seperti wanita-wanita lain yang akan menunggu atau merespons dengan cepat. Serena bukanlah orang yang bisa dengan mudah dipahami. Setiap kali dia berbicara dengan wanita itu, Dylan merasa seperti dia berbicara dengan sebuah misteri yang tak pernah bisa ia pecahkan.

Namun, Serena bukanlah wanita yang akan memberi jawaban begitu saja. Dia bukan tipe wanita yang akan jatuh ke dalam pelukan pria hanya karena pesona atau harta. Ada keteguhan dalam dirinya yang Dylan tak pernah temui pada wanita lainnya. Itulah yang membuat Dylan terpesona-dan itulah yang membuatnya takut.

Akhirnya, ponselnya berdering. Sebuah pesan masuk. Hatinya berdebar kencang saat melihat nama Serena tertera di layar. *"Aku rasa kita perlu bicara."*

Tanpa berpikir panjang, Dylan segera memutuskan untuk menemui Serena. Dia mengenakan jas hitam, penampilannya rapi, namun dalam hatinya ada perasaan yang sulit dijelaskan. Sesuatu yang berat, sesuatu yang tak pernah dia rasakan sebelumnya.

Dylan tiba di apartemen Serena, berdiri di depan pintu yang terbuka sedikit, seolah menunggu kedatangannya. Ketika dia melangkah masuk, Serena sudah berdiri di sana, mengenakan gaun malam yang sederhana, rambutnya tergerai lembut. Ada sesuatu yang berbeda dari penampilannya malam itu. Wajahnya tampak tegas, tetapi ada kelelahan yang tak bisa disembunyikan di matanya.

Serena tidak langsung menyapanya. Hanya ada keheningan yang mengisi ruangan, menciptakan jarak yang tak terjamah antara keduanya. Dylan merasa seolah-olah dunia berhenti berputar. Semua yang ada di sekelilingnya tak berarti. Hanya ada Serena-dan perasaan yang semakin mendalam di dalam dirinya.

"Kenapa kamu tidak memberitahuku lebih awal?" Serena akhirnya berbicara, suaranya terdengar rendah dan berat. "Kenapa kamu terus-menerus bersembunyi di balik topeng itu, Dylan? Aku sudah cukup lama menunggu kamu menunjukkan siapa dirimu sebenarnya. Aku sudah cukup lama bersabar, tetapi..."

Dylan terdiam, matanya menatap Serena dengan perasaan yang campur aduk. Di satu sisi, dia ingin menjelaskan segalanya, tetapi di sisi lain, dia takut bahwa penjelasan itu tidak akan cukup. "Serena, aku... aku tidak tahu bagaimana cara menunjukkan siapa aku. Aku hanya... takut."

"Takut?" Serena tersenyum pahit. "Takut akan apa, Dylan? Takut kalau aku meninggalkanmu? Tapi kamu sudah tahu jawabannya, bukan? Kita hanya berada di dua dunia yang berbeda. Kamu hidup dalam dunia yang penuh dengan harta dan kekuasaan, sementara aku hanya ingin cinta yang sederhana."

Dylan merasa seperti ada batu besar yang menimpa dadanya. "Aku... aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan lagi. Setiap kali aku merasa aku dekat denganmu, aku justru merasa semakin jauh. Apa yang salah dengan aku, Serena? Apa yang aku lakukan salah?"

Serena menghela napas panjang, berjalan mendekat dengan langkah yang lambat. "Tidak ada yang salah denganmu, Dylan. Tapi kamu tidak pernah tahu apa yang aku butuhkan. Kamu hanya tahu tentang dirimu, tentang hidupmu yang selalu penuh dengan kemewahan, tapi tidak pernah melihatku. Kamu tidak pernah tahu betapa kesepiannya aku saat berada di sisimu. Kamu tidak pernah tahu betapa aku merindukan perhatianmu yang bukan karena apa yang aku bisa beri padamu, tapi hanya karena aku ada."

Dylan merasakan perasaan yang luar biasa hancur. Bagaimana mungkin dia begitu buta? Bagaimana mungkin dia baru menyadari semua ini setelah begitu lama? Dia meraih tangan Serena dengan harapan, meski dia tahu betapa sia-sianya usaha itu.

"Tolong... jangan tinggalkan aku, Serena. Aku akan berubah," suaranya bergetar, hampir tidak terdengar. "Aku akan berusaha lebih baik. Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu tetap ada di sisiku."

Serena menatapnya, matanya penuh dengan kesedihan. "Dylan, aku sudah terlalu lama menunggu. Tidak ada perubahan yang bisa membuatku bertahan lebih lama. Aku harus pergi. Kamu tidak bisa merubah siapa kamu hanya karena aku."

Dengan kata-kata itu, Serena berjalan menjauh, meninggalkan Dylan yang merasa terperangkap dalam kehampaan yang dalam. Ketika pintu tertutup di belakang Serena, Dylan merasa bahwa seluruh dunia telah runtuh.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rina Meilina

Selebihnya

Buku serupa

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

Romantis

5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku