Wanita Incaran Sang Billionaire
kini hanya ada keheningan yang menghimpit dadanya. Udara malam terasa begitu dingin, dan Dylan merasakan betapa hampa dan kosongnya dunia ini tanpa kehadiran Serena di sisinya. Pintu yang ba
yang ber
a mengingatkan betapa dia telah kehilangan sesuatu yang tidak bisa dia peroleh kembali. Wajah Serena, senyum lembutnya, suara tawanya yang menyenangkan, semua itu kini
pulan: dia telah merusak segalanya. Semua orang yang pernah datang dan pergi dalam hidupnya hanya membuatnya merasa lebih kosong, tetapi Serena... Serena adalah satu-satunya wanita yang melihatnya lebih dariahu apakah dia mampu mendapatkan kembali kepe
Serena tertera di layar. Harapannya melonjak, meskipun dia tahu bahwa harapan itu hanyalah ilusi. Pasti ada sesuatu yang sal
dasar jurang. Pesan itu pendek, tetapi sangat jelas. *"Dylan, aku tidak
saat itu. Kata-kata itu tidak hanya mengakhiri hubungan mereka, tetapi juga menghancurkan setiap harapan yang dia
sa menjaga dirinya dari keterlibatan emosional yang mendalam. Tetapi dengan Serena, semuanya berbeda. Serena masuk ke dalam kehidupannya begitu perlahan, tan
Lelah dengan kehidupan yang penuh dengan kepura-puraan, lelah dengan dunia yang terus mengujinya, dan paling uta
oda oleh harta atau kekuasaan. Semua wanita yang pernah datang ke dalam hidupnya hanya tertarik pada itu-kekayaan, kehidupan glamour yang dia tawarkan. Tetapi Serena... Serena tidak melihatnya sebagai seorang milyarder. Serena melihat dirinya sebagai seorang p
n kendali, takut kehilangan dirinya yang selama ini dia banggakan. Dia merasa bahwa dirinya tidak cukup layak untuk menda
semuanya
u menganggap dirinya tak tergoyahkan, akhirnya menyerah pada perasaan yang selama ini dia anggap tidak penting. Serena adalah
. Bagaimana bisa dia begitu bodoh? Bagaimana bisa dia begitu meremehkan perasaan Serena? Semua yang dia lakukan, semua sikapnya yang penuh dengan kebanggaan dan ketegaran, hanya menciptakan
menghabiskan waktu bersama, dia merasa seolah dunia hanya berputar di sekitar mereka. Tetapi semua kenangan itu kini berubah menjadi
n penting esok hari. Dylan menatap pesan itu, tetapi dia tidak merasakan apa-apa. Jadwal itu tidak berarti apapun baginya sekarang. Semua yang dia ing
ahu, perasaan ini-perasaan sakit yang mencekam jantungnya-akan tetap