Wanita Incaran Sang Billionaire
kekayaan yang melimpah-dia seharusnya merasa puas. Namun, setiap benda yang ada di sekelilingnya kini hanya menjadi kenangan yang menambah ra
ubuhnya terbalut selimut tebal, namun hatinya merasa beku. Bahkan tidur tidak bisa memberi ketenangan lagi. Tidur hanyalah pelarian s
ahagiaan hanya membuatnya semakin lelah, semakin terperangkap dalam rutinitas yang tidak ada akhirnya. Hanya ada satu nama yang terus bergema dalam pikirannya: Serena. Wa
ana tujuannya, hanya ingin menjauh dari kenyataan yang menyakitkan ini. Langkah demi langkahnya terasa berat, setiap tarikan napasnya sep
a kunjungi bersama, seperti taman yang selalu dipenuhi tawa dan obrolan ringan, kini hanya meninggalkan luka yang teramat dalam. Semua hal yang dulu dianggap sepele kini terasa seperti kenangan
bilnya. Kafe ini, dengan pencahayaan hangat dan suasana yang tenang, adalah tempat mereka pertama kali bertemu, tempat di mana semuanya dimulai. Dulu, kafe ini
yang menyakitkan namun indah. Dia menatap kursi di seberang meja, tempat Serena biasa duduk. Rasanya, seakan Serena masih ada di sana, menatapnya dengan mata yang penuh kasih. Mungkin jika
an kembali terlarut dalam pikirannya. Matanya terpejam sejenak, berusaha menenangkan diri. Rasa sakit di hatinya semakin mendalam. Dia meras
mereka, tetapi Dylan merasa terasing. Seperti ada sebuah dinding yang memisahkannya dengan dunia luar. Dan di balik dinding itu, Serena berjalan menj
nya, tetapi juga seseorang yang mengajarkan dia untuk melihat dunia dengan cara yang berbeda-cara yang lebih tulus, lebih manusiawi. Namun, dia tidak cukup kuat untuk menerima itu. Dia takut. Dia takut a
as, Dylan memeriksa layar ponselnya, berharap tidak ada yang penting. Namun, ketika dia me
a tidak bicara. Aku har
tu tenggelam dalam dunia yang dia ciptakan sendiri, hingga melupakan orang-orang yang benar-benar peduli padanya? Satu-satunya
emetar, Dylan menget
Ma. Hanya... banyak ya
uka yang dia rasakan? Namun, dia tahu, itu bukan masalah kata-kata. Masalahnya adalah bagaimana dia bisa melangkah keluar
kekuasaan dan kontrol. Cinta, sesederhana apapun, adalah kekuatan yang tidak bisa dia kendalikan. Dia tidak bisa terus hidup dalam ketakutannya. Dia harus menghadapi kenyat
kesedihan yang terus menggerogoti. Tapi dia tahu, suatu saat nanti, dia harus mengambil langkah pertama. Langkah untuk berdamai deng