Amara Pratama, seorang perempuan muda berusia 24 tahun, terjebak dalam dilema hidup yang menghancurkan hati. Putranya, Aksa, yang berusia tiga tahun, membutuhkan operasi segera untuk menyelamatkan nyawanya. Di tengah keputusasaan, sebuah tawaran menghampiri dari Rendra Baskara, seorang CEO sukses namun berhati dingin. Dengan bayaran yang menjanjikan, Amara menerima pekerjaan sebagai sekretaris pribadinya, yang diam-diam menyembunyikan tugas tambahan: menjadi penghangat ranjang pria itu. Namun, tugas ini menjadi beban berat bagi Amara, terutama karena istri Rendra, Laras, adalah seorang perempuan lembut dan baik hati yang menganggapnya teman. Amara pun terseret dalam pusaran rasa bersalah yang mendalam. Saat kontrak itu berakhir, Amara berniat meninggalkan Rendra dan hidup tenang bersama putranya. Namun, segalanya menjadi rumit ketika Rendra mulai memahami bahwa Amara adalah sosok yang selama ini ia cari: cinta yang tak pernah ia sadari. Keputusan Rendra untuk meninggalkan Laras demi Amara justru membuka konflik yang lebih dalam-tentang cinta, pengkhianatan, dan pengorbanan.
Amara Pratama memandang putranya, Aksa, yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Suara mesin monitor detak jantung yang terus berbunyi perlahan menghantam hatinya seperti palu yang mengoyak-oyak harapan. Napas kecil Aksa terdengar berat, dan tubuh mungilnya dikelilingi oleh berbagai selang dan kabel yang membuatnya tampak seperti boneka rusak. Amara menggenggam tangan kecil itu erat, seolah kekuatan sentuhannya mampu mentransfer energi untuk bertahan hidup.
"Aksa kuat, ya, Nak. Mama di sini. Mama akan lakukan apa pun agar kamu sehat lagi..." bisiknya, meski suara itu hampir terkalahkan oleh isak tangis yang ia tahan mati-matian.
Seorang dokter masuk, diikuti perawat yang membawa berkas-berkas. Amara segera bangkit, berharap mendapatkan kabar baik, tapi wajah sang dokter begitu datar hingga membuat harapannya kembali runtuh.
"Bu Amara," dokter itu memulai, suaranya tegas namun terasa tajam di telinga Amara. "Kami telah mencoba berbagai cara untuk menstabilkan kondisi Aksa, tapi tumor di otaknya harus segera diangkat. Operasi ini tidak bisa ditunda lagi."
Amara menahan napas. Ia tahu ini akan terjadi, tapi mendengarnya langsung seperti mendengar lonceng kematian berdentang di telinganya.
"Berapa biayanya, Dok?" tanyanya dengan suara serak.
Dokter itu terdiam sejenak sebelum menyebutkan angka yang membuat Amara hampir kehilangan keseimbangan. **Tiga ratus juta rupiah.**
"Segera, Bu Amara. Jika lebih lama, kami tidak bisa menjamin keselamatan Aksa," lanjut dokter itu sebelum meninggalkan ruangan, meninggalkan Amara dengan kenyataan pahit yang seperti menghancurkan tulang-tulangnya.
Amara terduduk lemas di kursi. Dari mana ia harus mendapatkan uang sebanyak itu? Tabungannya habis untuk membayar rawat inap Aksa selama beberapa bulan terakhir. Tak ada keluarga, tak ada teman yang mampu menolong. Mantan suaminya? Jangan harap. Pria itu bahkan tak peduli dengan keberadaan putranya sendiri.
Amara mengusap wajahnya dengan kasar. Air matanya jatuh begitu saja, namun ia buru-buru menghapusnya. Ia tidak boleh terlihat lemah di depan Aksa, meski hatinya hancur.
Saat itulah ponselnya bergetar. Sebuah nomor tak dikenal menghubunginya. Amara ragu, tapi akhirnya menjawab panggilan itu.
"Amara Pratama?" Suara di seberang terdengar dalam dan berwibawa.
"Iya, ini saya. Maaf, ini siapa?" tanyanya bingung.
"Nama saya Rendra Baskara. Saya mendengar tentang situasi Anda dari seorang kenalan."
Amara tertegun. Nama itu bukan nama asing. Rendra Baskara adalah seorang CEO terkenal, pemilik perusahaan besar yang sering muncul di media karena kesuksesannya. Tapi mengapa pria seperti itu menghubunginya?
"Saya ingin membantu Anda," lanjut Rendra. "Tentu saja, ada syaratnya."
Jantung Amara berdegup kencang. Ia tidak bodoh. Bantuan dari seseorang seperti Rendra Baskara pasti tidak akan gratis, dan ia bisa merasakan hawa dingin dari cara pria itu berbicara, seolah semua yang keluar dari mulutnya adalah perintah yang tak bisa ditolak.
"Bagaimana caranya Anda bisa tahu tentang saya?" tanyanya dengan suara lemah, mencoba menjaga agar pikirannya tetap jernih.
"Itu tidak penting," jawab Rendra tegas. "Yang penting adalah saya bisa memberikan Anda uang yang Anda butuhkan untuk menyelamatkan anak Anda. Sebagai gantinya, Anda akan bekerja untuk saya."
"Bekerja?" Amara mengerutkan kening. "Di bidang apa?"
"Sebagai sekretaris pribadi saya."
Amara menghela napas lega. Tawaran itu terdengar masuk akal, meskipun ia merasa ada sesuatu yang aneh. Tapi apa pun itu, jika ia bisa mendapatkan uang untuk menyelamatkan Aksa, ia tidak punya pilihan lain.
"Berapa lama saya harus bekerja untuk Anda?" tanyanya akhirnya.
Rendra terdiam sejenak sebelum menjawab, "Sampai saya mengatakan cukup."
Nada itu membuat tubuh Amara merinding. Tapi ia tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain. Aksa adalah prioritasnya.
"Saya terima."
Amara tidak tahu, keputusan itu akan menjadi awal dari lingkaran kehancuran yang lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.
Bab 1 Awal Kehancuran
15/01/2025
Bab 2 Nama Baskara Group terpampang besar
15/01/2025
Bab 3 Hari pertama Amara bekerja
15/01/2025
Bab 4 Bayaran pertama
15/01/2025
Bab 5 Apakah dia tahu tentang hubungan ini
15/01/2025
Bab 6 Semua ini terlalu rumit
15/01/2025
Bab 7 hidupnya akan berubah selamanya
15/01/2025
Bab 8 Terjebak dalam Cinta yang Terlarang
15/01/2025
Bab 9 Meski perasaan itu tak bisa hilang begitu saja
15/01/2025
Bab 10 Suasana hening sejenak
15/01/2025
Bab 11 lebih penuh penyesalan
15/01/2025
Bab 12 Menyembunyikan Rasa
15/01/2025
Bab 13 Amara merasa hatinya lebih tertekan
15/01/2025
Bab 14 membawa kenyataan yang tak bisa ia hindari
15/01/2025
Bab 15 berjuang melawan perasaan yang saling bertentangan
15/01/2025
Bab 16 terperangkap antara cintanya pada Aksa
15/01/2025
Bab 17 selalu tahu kapan ia harus memberikan ruang
15/01/2025
Bab 18 terhimpit di antara dua dunia yang saling bertentangan
15/01/2025
Bab 19 Yang ada hanya pilihan yang menorehkan luka
15/01/2025
Bab 20 dokter telah melakukan segala yang mereka bisa
15/01/2025
Bab 21 Ketika Harapan Menipis
15/01/2025
Bab 22 Cinta yang Terlambat
15/01/2025
Bab 23 cinta seorang ibu tidak akan pernah berakhir
15/01/2025
Bab 24 Amara tahu bahwa jalan ini masih panjang
15/01/2025
Bab 25 Amara menutup surat
15/01/2025
Bab 26 setiap menit yang ia lewati tanpa Aksa adalah derita
15/01/2025
Bab 27 merasakan sedikit kelegaan
15/01/2025
Bab 28 perjuangan untuk menemukan kembali kedamaian
15/01/2025
Bab 29 Ada begitu banyak luka yang terpendam
15/01/2025
Bab 30 Tidak ada yang mudah
15/01/2025
Buku lain oleh Rina Meilina
Selebihnya