Wanita Simpanan Miliarder
erharap penampilannya cukup layak untuk memenuhi panggilan Rendra. Namun, ada ses
sia sekitar 30-an dengan seragam resepsionis tersenyum ramah
erasakan ruangan kecil itu seperti menekan tubuhnya. Napasnya terasa berat, dan ia berusaha men
ain interior minimalis namun mewah. Dinding kaca memperlihatkan pemandangan kota Jakarta yan
pas di tubuhnya. Rambutnya hitam pekat, dan posturnya memancarkan wibawa yang dingin.
berat dan dalam, seperti y
empatan ini," jawab Amara, mencoba terdengark pernah lepas dari wajah Amara. "Kau t
aya hanya ingin meny
gubah nada suaranya, tetap datar dan dingin, tapi ada
taris Anda," jawab Amara, meskip
tapi ada lebih dari itu. Aku membutuhkan seseorang yang bisa memenuhi kebu
ah menduganya sejak awal, mendengar langsung pernyataan itu me
isa menjaga 'kenyamananku'. Aku tidak akan memaksamu. Kau bisa pergi sekarang jika merasa tida
ruangan ini, dari pria ini. Tapi bayangan Aksa di rumah sakit menghancurkan semua kebanggaannya. Ana
dengan suara lirih, h
ih lebar. "Bagus. Aku tahu kau adalah wanit
rak itu. Semua terlihat formal dan profesional, kecuali satu pasal yang membuat tenggorokannya tercekat: **ntraknya?" tany
singkat. "Dan setelah
ak itu dengan tangan gemetar, menuliskan namanya seperti s
hari ini, kau akan bekerja di sini setiap hari, dan pastikan kau
uruk, tapi ia tahu jawabannya sudah jelas. Ia telah menyerahkan dirinya ke dalam tangan pria yan
bukan dunia yang mudah," ujar Rendra seb
seperti membawa beban yang tak terlihat, tapi ia tahu ini baru awal dari mimpi buruk yang sebenarnya. Dem