Wanita Simpanan Miliarder
ia mencoba menutupi lingkaran hitam di bawah matanya dengan sedikit bedak. Bayangan dirinya di c
uk melunasi sebagian tagihan rumah sakit Aksa. Namun, setiap kali ia menatap amplop itu, ha
umam Amara, mencoba meya
semalam di restoran. Kalimat Rendra terus terngiang di teling
mengabaikannya. Di sisi lain, ia tahu hubungan mereka tidak ak
-
apa wanita berbicara dengan suara pelan, melirik ke arahnya sambil menutup mulut denga
ang?" pikir Amara, mencob
ebuah pesan masuk di ponsel
ruangan saya
bukan sekadar urusan pekerjaan. Dengan langkah hati-h
suk
sudah dilepas dan dasinya tergantung longgar. Tatapannya langsung tertuju pada Amara,
ya sambil menunjuk
gatakan apa-apa, menunggu R
ada tenang, meski ada ketegangan dalam suaranya. "Beberapa orang di kantor in
perti ini tidak bisa dihindari, tapi mendengarny
akan apa-apa kepada siapa
nya semakin gelisah. "Aku tahu kau tidak akan melakukan hal bodoh. Ta
kukan?" tanya Amara, su
duk sedikit, menatap Amara dengan tatapan yang sulit diartikan. "Tugasmu adalah memastika
ain p
isku. Tidak lebih, tidak kurang. Tapi di luar
k. Ia ingin berteriak, ingin melawan, tapi
tekanan. "Jika aku melihatmu mendekati pria lain, bahkan hanya berbicara
menatap Rendra dengan mata yang hampir berkac
idak menghilangkan aura dingin di sekitarn
ubungan ini bukan hanya tentang pekerjaannya atau kebutuhan finansialnya.
-
terasa lebih berat dari biasanya. Ia memeluk Aksa yang s
a. "Mama hanya ingin kau sembuh
un, bagi Amara, dunia itu terasa gelap dan penuh bayangan. Ia tidak tahu berapa lama lagi i
us menghantuinya: **Sampai kapan aku bisa menjalani