Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Love And Mystery

Love And Mystery

Jemi

5.0
Komentar
12.6K
Penayangan
42
Bab

Harry Borison memiliki kepribadian perfeksionis, dingin dan angkuh. Dia merupakan direktur utama di Rank Group perusahaan yang begitu berpengaruh di Asia. Hingga pada akhirnya, dia dipertemukan dengan jodohnya salah satu karyawan di perusahaannya sendiri (Han Yura) sosok perempuan yang memiliki trauma masa lalu dan mengakibatkan timbulnya penyakit PTSD. Mereka memilih merahasiakan pernikahannya agar tidak ada nyawa yang melayang lagi dari tangan seorang wanita psikopat yang begitu menggilai sosok Harry. Bagaimana Yura harus menghadapi Harry yang berhati batu dan angkuh itu? Bagaimana dengan si wanita psikopat jika dia tahu kalau Harry sudah menikah? Apa dia juga akan membunuh Yura?

Bab 1 Dipaksa Menikah

"Kejar dia! Jangan sampai lolos. Aku tidak mau dia hidup dengan tenang di sana atas apa yang telah dia perbuat," ujar seorang pria yang sedang menelepon suruhannya. Dia terlihat begitu marah, matanya nyalang memandang ke arah luar ruangan.

"Harry, apa kau yakin akan kembali ke Korea?" tanya seseorang di belakangnya membuat pria itu menoleh ke arahnya.

"Aku sangat yakin. Aku ingin mencarinya dengan tanganku sendiri. Dia harus menebus dosa-dosanya, karena dia tidak akan berhenti kalau bukan aku sendiri yang menghentikannya." Aura dingin sangat terpancar pada sosok pria itu. Ambisinya untuk mencari seorang wanita psikopat begitu kuat. Dalang dari semua pembunuhan kekasih dan beberapa teman SMA-nya.

------

Hanya terdengar suara rintikan hujan di luar sana yang menemani di malam yang sunyi ini. Han Yura sedang duduk termenung sambil memikirkan perkataan orang tuanya. Mereka ingin dirinya segera menikah. Sampai-sampai mereka mempersiapkan kencan buta dengan beberapa pria untuk dirinya. Namun, semua itu sia-sia. Di antara dari semua pria itu tidak ada yang bisa memikat hati Yura.

"Haaahhh ... benar-benar, ya. Dunia ini sungguh nggak adil. Kenapa semua orang malah menanyakan tentang pernikahan kepadaku? Gimana mungkin aku memikirkannya? Pacar aja aku belum punya," gerutu Yura di dalam kamarnya sambil berguling-guling tak tentu arah di atas king size-nya.

"Yaakk. Kenapa juga diumurku yang ke 26 tahun ini masih aja single?" Yura mengacak rambutnya frustasi.

"Apa aku nggak cantik dimata para pria? Tapi, ahh, nggak mungkin kalau aku memang nggak cantik. Mengapa mereka mendekati aku di kantor? Kalau dilihat-lihat, mereka lumayan juga sih, bisa di bilang banyak yang tampan. Entahlah, mereka nggak ada yang istimewa di mataku. Apa jangan-jangan aku nggak tertarik sama pria? Astagaaaa ... ini sungguh membuat kepalaku pusing."

Berbagai pikiran melayang-layang di kepalanya. Karena sampai sekarang, dia tidak pernah merasakan bagaimana rasanya pacaran itu. Sudah jam dua belas malam, Yura masih betah untuk terjaga seolah-olah matanya enggan untuk menutup. Sampai jam satu dini hari, matanya sudah mulai lelah. Akhirnya Yura memutuskan untuk istirahat.

Keesokan harinya, Yura berangkat ke perusahaan Rank Group tempat di mana dia bekerja. Dengan kondisi yang kurang baik dan mata yang sedikit sembab karena dia terjaga semalaman sehingga harus tidur telat.

"Hei, Kenapa dengan matamu Han Yura? Kau seperti panda aja dengan mata seperti itu. Apa jangan-jangan kamu habis putus sama pacarmu, ya?" ejek Naemi sahabat karib Yura.

"Ahh, ini nggak apa-apa, kok. Hanya saja, aku terjaga semalam karena nonton melodrama. Terus aku harus mengeluarkan air mataku yang berharga ini. Ya, beginilah hasilnya mataku sedikit sembab." Yura terus membantah Naemi.

"Ohh, gitu rupanya. Tapi tunggu dulu, sepertinya aku nggak yakin dengan jawabanmu. Nggak biasanya kamu nonton film sampai larut malam. Apalagi film sedih kayak gitu. Biasanya kamu lebih memilih istirahat karena besok kamu harus bekerja, ya, kan?"

Berbagai ocehan yang diberikan Naemi membuat Yura gugup seketika. Bagaimana mungkin Yura menceritakan masalahnya kepada Naemi. Pada akhirnya dia malah dapat ejekan dari sahabatnya itu. Mau ditaruh di mana mukanya jika hal tersebut terjadi?

Yura terlalu malu karena dia tidak berpengalaman sama sekali dengan seorang lelaki di umurnya yang sudah terbilang cukup untuk berpacaran bahkan menikah. Sehingga, mau tak mau Yura harus mengalihkan pembicaraan sebelum Naemi memberi pertanyaan yang aneh-aneh terhadap dirinya.

'Astagaaa ... nih anak, kenapa otaknya begitu encer sekali pagi ini? Bisa-bisanya dia membombardir pertanyaan yang membuatku mati kutu,' batin Yura sedikit jengkel.

"Ahh, itu--- itu"--- Yura tergagap sambil memikirkan jawaban yang tepat. "Yaakk. Kenapa kamu cerewet sekali pagi ini? Ah, sudahlah. Aku nggak mau bahas ini lagi. Lebih baik aku menyiapkan laporan buat besok sebelum si nenek sihir itu," maksudnya adalah Im Yhuna, "marah-marah nggak jelas. Telingaku sakit kalau dengerin omelannya dan suaranya yang cempreng." Yura terus mencari alasan mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ya sudahlah. Aku nggak akan mengganggumu kali ini. Meskipun sebenarnya aku penasaran, sih. Hehehe ...," jawab Naemi sambil senyum-senyum menggoda Yura.

"Sudah sana fokus kerja!" perintah Yura sambil menarik Naemi agar duduk di tempat kerjanya.

"Dia benar-benar aneh pagi ini. Ahh, masa bodoh. Mungkin perkataan Yura ada benarnya. Oke. Sekarang fokus kerja demi mencapai target supaya bonus bulanan bisa cair," batin Naemi mulai berkutat dengan komputernya.

Semua karyawan berada di meja kerjanya masing-masing. Mereka sibuk dengan komputer dan tumpukan kertas yang berada di meja kerjanya. Sampai-sampai mereka tidak menyadari dengan kedatangan sang direktur.

"Ekheemm. Selamat pagi semuanya," sapa sang direktur yang didampingi oleh beberapa asistennya.

Semua yang ada di dalam ruangan tersebut menoleh ke sumber suara. Sontak mereka semua berdiri terkejut akan kedatangan sang direktur Park Jerry.

"Selamat pagi direktur." Para karyawan serentak berdiri sambil membungkukkan badannya kepada direktur besar Rank Group.

"Baiklah. Semuanya tidak usah berlebihan seperti itu." Park Jerry menampilkan seulas senyuman di wajah.

"Maaf, sudah mengganggu waktu kalian bekerja. Jadi begini, maksud kedatangan saya sekarang hanya menyampaikan informasi penting kepada kalian semua. Dua hari lagi saya akan pensiun dari perusahaan ini. Maklum saja saya sudah tua dan saya ingin menikmati masa tuaku bersama keluarga tercinta. Jadi, saya akan menyerahkan tanggung jawab saya untuk memimpin perusahaan ini kepada putra semata wayang saya." Para karyawan sedikit terkejut dengan perkataan direkturnya yang secara tiba-tiba.

"Hari ini, dia baru akan pulang ke Korea setelah dia menyelesaikan study di Harvard Amerika selama dua tahun. Dia mengambil fakultas Harvard Business School. Dia bisa dibilang masih muda, umurnya saat ini masih 29 tahun. Tapi, tenang saja. Dia sudah berpengalaman untuk mengurus perusahaan karena saya bisa menjaminnya. Saya mohon bantuannya kepada kalian semua untuk berbagi pengalaman bersama putraku. Saya harap kalian semua bisa menerimanya dengan baik," ujar direktur Park Jerry yang dijawab anggukan oleh semua karyawan.

Mereka tidak menyangka kalau direktur baru mereka masih muda. Tapi, tidak sedikit para karyawan khususnya karyawan wanita senang dengan kabar barusan. Wanita mana yang tidak tertarik dengan pria muda yang sudah mapan dan satu-satunya pewaris perusahaan Rank Group. Salah satu perusahaan yang berpengaruh di Asia. Tidak mudah untuk bisa masuk ke perusahaan Rank Group, berbagai seleksi yang ketat harus dilalui oleh banyak orang yang ingin menjadi pegawai di perusahaan ternama tersebut.

"Oke. Hanya itu saja yang perlu saya sampaikan. Terima kasih atas waktunya. Saya undur diri dulu sampai jumpa dan semangat buat kalian semua," pamit Park Jerry kepada para karyawannya.

Setelah kepergian direktur Park Jerry, para pegawai bergerombol membicarakan tentang bagaimana sosok direktur baru mereka yang terbilang masih muda. Mereka tidak sabar menunggu dua hari lagi. Akan tetapi berbeda dengan Yura, dia terlihat cuek seolah-olah tidak ada berita apa pun pagi ini. Dia lebih memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya daripada harus bergosip yang tak jelas menurutnya.

"Haahh ... ada-ada aja, sih, mereka. Belum tentu juga dia tampan. Umurnya boleh muda, tapi siapa tahu wajahnya sudah kayak om-om. Lagian buat apa juga, sih, mereka menggosipkan hal yang tidak penting itu," gerutu Yura dalam hatinya. Dia merasa terganggu dengan suara berisik teman-temannya yang heboh.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Jemi

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku