Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Truth, Faith, and Love

Truth, Faith, and Love

Picchi Peach

5.0
Komentar
27
Penayangan
10
Bab

Ruby, seorang wanita berusia 27 tahun, anak tunggal dari keluarga seorang duta besar, memutuskan untuk tinggal di Edinburgh, selagi keluarganya pindah tugas ke Melbourne. Ruby ingin merasakan hidup mandiri, jauh dari lingkungan media yang selalu menyorot tentang keluarganya. Ruby paling benci menjadi sorotan dari sekitarnya. Di sisi lain, Ruby ingin mencari suasana baru setelah mengalami pengkhianatan dari mantan kekasihnya, yaitu Vanno. Vanno dan Ruby jarak usianya terpaut 3 tahun. Ruby menyukai Vanno karena kebetulan kedua orang tuanya adalah sahabat baik orang tua Ruby. Secara otomatis mereka sudah menjodohkan Ruby dan Vanno. Awalnya mereka berdua tidak masalah dengan perjodohan tersebut. Sampai suatu ketika, Vanno memutuskan untuk berpisah dari Ruby karena dia tertarik dengan wanita lain. Hal itu tentu menyakiti hati Ruby. Hingga akhirnya Ruby memutuskan untuk pindah ke Edinburgh dari Manhattan untuk melupakan Vanno. Ruby berfikir hidupnya selama 5 tahun ini sudah damai di Edinburgh. Namun ternyata dia salah. Karena Vanno secara diam-diam masih mengikuti Ruby selama setahun terakhir. Ruby tidak tahu bahwa ada alasan kenapa Vanno sampai memutuskannya 5 tahun yang lalu. Vanno sendiri sengaja menyimpan rapat kenyataan yang sebenarnya. Namun perasaan Vanno tidak bisa di pungkiri bahwa dia masih menyayangi dan mencintai kekasih satu-satunya itu. Dia sengaja menyusul Ruby ke Edinburgh untuk memperbaiki kesalahan yang sudah dia buat di masa lalu. Karena masa lalunya itu lah yang membuat Ruby jadi menutup akses pada semua pria yang ingin menjadi kekasihnya. Di tambah, beban menjaga citra keluarganya yang merupakan pejabat tinggi, membuat Ruby merasa tidak bebas, dia tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Disini lah Ruby harus berusaha memandang semua permasalahan hidupnya untuk melihat kebenaran yang ada, mempercayai dan yakin dengan apa yang dia alami, seingga dapat menemukan kembali cinta sejatinya.

Bab 1 Rumoa Byanca Tanaka

Ruby berjalan di taman kota yang entah kenapa saat itu sekitarnya terlihat sangat sepi. Tak banyak orang berlalu lalang. Tapi justru dia sangat menikmatinya. Saat sedang berjalan-jalan, tiba-tiba muncul sosok tersebut. Sosok yang membuat kenangannya berputar ke satu titik kembali.

"Kamu ... "

"Sweetheart. It's been a while." ucap seorang pria dengan mata dark brown, garis wajah yang tegas, berkulit putih, rambut klimis namun terkesan maskulin, menggunakan long coat dan syal panjang yang menggantung di lehernya.

"Ngapain kamu disini?"

"Menurutmu? Aku sengaja menemuimu ... karena udah waktunya aku kembali padamu,"

"Maksudmu?!"

Pria tersebut tiba-tiba mendekatkan dirinya, meletakkan tangannya di pinggang Ruby lalu menariknya dalam dekapannya hingga tidak ada jarak lagi di antara wajah mereka. Dan secara tiba-tiba dia mendaratkan bibirnya ke bibir Ruby dengan lembut. Wanita itu tentu terbelalak kaget, dan berusaha mendorongnya agar menjauh dari dirinya.

KRIIIINNNGGGG

Ruby terbangun dengan pose yang sangat aneh. Tampilan yang masih acak-acakan dengan tangan maju ke depan seolah-olah sedang mendorong minggir seseorang dari hadapannya. Nafasnya pun ikut terengah-engah seperti habis lari mengelilingi istana Edinburgh 10 putaran.

Ruby masih termenung karena mimpinya tadi terasa nyata sekali. 'Tadi itu apa? Kok aku bisa mimpi begitu? Kenapa pula harus ada dia di mimpiku,' batin Ruby frustasi sambil mengacak-acak rambutnya yang sekarang makin terlihat seperti Mak Lampir.

Mood Ruby tambah berantakan ketika alarm jam nya terus berdering dari atas meja nakas yang ada di samping tempat tidur. Dia pun langsung menggeplak bagian atas jam untuk mematikan bunyi alarmnya yang sebenarnya cukup di touch saja sudah otomatis mati.

Ruby lalu terdiam sejenak untuk mengumpulkan nyawanya dan menetralkan moodnya sebelum beralih untuk mandi dan bergegas ke kampus, karena hari ini ada kelas jam 9 pagi dan saat ini jam sudah menunjukkan pukul 8. "Please, jangan sampai si Moody (Pak Dosen) berubah karakter gara-gara mimpi absurd tadi," gumam Ruby sambil membenamkan wajahnya di bantal tidurnya.

Rumoa Byanca Tanaka alias Ruby, merupakan anak tunggal dari sebuah keluarga yang cukup terpandang. Ayahnya, Hiroaki Tanaka merupakan orang Jepang tulen. Dan ibunya, Roseanne Clark berasal dari Manhattan. Sedangkan Ruby sendiri lahir di Melbourne 27 tahun yang lalu.

Mr. Hiro adalah seorang duta besar, jadi sudah tidak aneh jika beliau sering berpindah-pindah ke berbagai negara bersama keluarganya. Dia seorang family man, jadi tidak mungkin dia meninggalkan keluarga kecilnya setiap berpindah tugas. Meskipun memiliki orang tua dengan kewarganegaraan yang berbeda, Ruby memilih menjadi warga negara Amerika mengikuti ibunya. Dia sengaja memilih Amerika, karena baginya disana lebih bebas.

Mr. Hiro dan Mrs. Rose saat ini tinggal di Melbourne, setelah 3 tahun bertugas di Edinburgh. Setelah puluhan tahun berkelana ke berbagai negara, ketika mendekati waktu pensiun akhirnya Mr. Hiro di tempatkan kembali di Melbourne. Beliau sengaja meminta untuk di tempatkan kembali di Melbourne, karena ingin menikmati hari tua disana ketimbang di Jepang tanah kelahirannya sendiri. Sedangkan Ruby sendiri sekarang masih tinggal di Edinburgh.

Setelah menghabiskan 15 menit melamun, tiba-tiba ponsel Ruby berdering. Saat dilihat layar ponselnya, terpampanglah nama Ivy. "Yes, bestie," sapanya dengan suara husky khas bangun tidur.

"Let me guess ... baru bangun, melamun, kumpulin niat buat mandi?"

"Flat white for you,"

"Noted. Buruan mandi, kita ada kelas jam 9. Tahu kan kelas nya Prof. David mencekam kayak kuburan?"

"Iya bawel. Gak bisa ya sehari aja tuh omelan yang udah kayak emak-emak penjaga apartemen stop dulu?"

"Sok-sok an bilang emak penjaga apartemen. Kayak pernah ngerasain tinggal di apartemen aja."

"Emang gak pernah sih. Tapi aku kan mengamati dari celotehan keluh kesah anak-anak lain."

"Dasar tukang pengamat! Buruan sana, 15 menit lagi aku sampai. On the way dari sekarang."

"Roger." ucapku lalu mematikan telepon dari Ivy.

Ivy yang memiliki nama asli Ivone Emiora adalah sahabat Ruby satu-satunya sejak SMA. Mereka sudah bersama sejak kelas 2, dan memutuskan untuk menempuh pendidikan di University of Edinburgh dengan jurusan Bussiness Management 3 tahun lalu. Ruby dan Ivy sudah berada di semester 5, yang itu tandanya kurang lebih 1 tahun lagi akan graduate dari sana.

*

Ruby dan Ivy sampai di kelas tepat pukul 9 pagi sebelum Prof. David masuk. "Gosh, untung aja kita udah duduk manis waktu si bapak datang." ucap Ivy sambil menghela nafas lega.

"Biar ku tebak, nona Ruby kelamaan melamun alih-alih ngumpulin niat kan?" sahut Louis dari belakang mereka berusaha menggoda Ruby sambil cengar-cengir mengejek.

"Exactly." jawab Ivy yang langsung menyahut dengan nada penuh penekanan. Ruby memutar bola matanya tampak kesal mendengar mereka merumpikan dirinya.

"And let me guess the next ... going to coffee shop, pick up a flat white?" sahut Timothy dari belakang Ivy ikutan nimbrung.

"Perfectly." jawab Ivy lagi dengan antusias. Semua teman-teman Ruby sudah tahu tingkah laku kesehariannya itu yang seperti tape recorder selalu berputar berulang-ulang.

"At least we catch the time. Aman dari si bapak killer satu ini." sahut Ruby berusaha tidak ambil pusing yang hanya di respon cekikikan dan gelengan kepala teman-temannya.

Seusai kelas, siang harinya Ruby memutuskan untuk duduk santai di taman kampus bersama teman-teman gerombolannya. Berhubung sedang tidak ada kelas siang ini, dan mereka terlalu malas pergi-pergi sebelum kelas kedua dimulai sore ini, akhirnya mereka memutuskan untuk duduk santai disana.

"Hello guys, wassup. Kalian bolos atau memang sengaja kabur?" sapa seorang pria bertubuh tinggi dengan paras tampannya bernama Jose yang tiba-tiba muncul menghampiri dengan wajah sumringah.

Jose juga salah satu teman gerombolan Ruby. Dia tidak satu jurusan dengannya, Jose berasal dari jurusan Hukum. Mereka bisa kenal dekat karena sama-sama mengikuti organisasi seperti badan eksekutif mahasiswa, yang isinya tentu anak-anak dari berbagai macam jurusan.

"Excuse me, bedanya bolos sama kabur apa memangnya? Aku yakin kamu gak akan percaya kalau kita bilang gak ada kelas." sahut Louis sarkas.

"Oh tentu saja. Aku lebih percaya kalian bilang bolos dong hahaa." ucap Jose meledek yang secara reflek di lempari bungkus snack oleh Timothy.

"Kamu sendiri ngapain disini? Bolos juga? Mahasiswa teladan kok bolos. Udah bosan sama makulnya ya?" semprot Timothy. Ruby dan teman-temannya memang sudah terbiasa bicara blak-blakan. Baik-buruk, sarkas, bahkan yang sampai ucapan menyakitkan pun di ucapkan. Dan tidak ada yang tersinggung di antara mereka karena sudah terbiasa. Bagi mereka hidup terkadang memang harus di tampar dengan omongan keras agar tidak terlena.

"Jelas dong, namanya juga mahasiswa teladan. Semua materi udah kuserap sempurna dalam otakku. Aku kesini kan memang buat apelin Ruby." ucap Jose mencoba menggoda Ruby sambil menyenggol bahunya. Ruby hanya nyengir sambil geleng-geleng kepala.

Josh memang sering menggoda Ruby seperti itu, bahkan hampir setiap hari. Entah dia hanya sekedar menggoda atau memang serius dengan ucapannya, yang jelas Ruby tidak pernah menggubrisnya. Dia memang belum tertarik untuk dekat dengan lawan jenis yang lebih dari sekedar teman. Dan juga dia tidak ingin membuat para pria berharap padanya jika dia merespon.

"Yeeeee, kayak si Ruby mau aja di apelin sama kamu." ujar Ivy sambil teriak di telinga Jose dengan suara melengkingnya.

"Berisik. Hahaa aku yakin Ruby mau kok. Ya gak By?" goda Jose lagi sambil memasang tampang memohon di depan Ruby yang jelas tidak akan membuat wanita itu luluh.

"Sorry Jose. Mungkin kalau kamu seperti Harry Potter, akan ku pertimbangkan untuk menerimamu." sahut Ruby dengan sangat yakin dan tanpa keraguan sedikitpun. Jelas jawabannya itu membuat semua teman-temannya kesal dan gemas, tak terkecuali Jose sendiri.

"Oh, come on Girl. Dah lah, kebanyakan hidup di dunia fantasi ini cewek." sahut Jose sambil menghela nafas lelah mendengar ocehan Ruby yang memang penggila dunia fantasi. Ruby terkekeh puas melihatnya. Setidaknya untuk sekarang dia lebih nyaman dengan posisi seperti ini.

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku