Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Crossing Love

Crossing Love

Apokat

5.0
Komentar
1.7K
Penayangan
85
Bab

Mengisahkan gadis bernama Miya Tamama. Gadis baik hati dan polos. Dia mengalami trauma yang mendalam disaat usia masih kecil yang menyebabkan dia kehilangan warna pada matanya. Dibalik kehidupan yang abu-abu, sebuah warna di hati muncul secara mendadak. Pria itu bernama Tamama Kunai, anak dari orang terkaya dan salah satu investor di sekolahnya. Miya memiliki seorang kakak yang menjadi dokter. Namanya adalah Koko Tamama. Selain mendapatkan kasih sayang dan cinta dari kakaknya, ada pria lain yang juga diam-diam memperhatikannya.

Bab 1 Putus

Seorang pria berparas tampan, tinggi, berpenampilan rapi dan segar menghampiri seorang gadis yang sedang duduk di taman, menikmati pemandangan alam yang hijau di bawah naungan pohon yang rindang.

Pria itu membungkuk mendekatkan wajahnya. Ia tersenyum dan menarik tangan gadis itu lalu mendorongnya ke pohon.

"Jadilah pacarku!" bisik pria itu di telinga si gadis.

Gadis itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun, ia begitu terpesona dengan ketampanan pria di depannya. Pria itu membelai rambutnya dengan lembut dan menyentuh wajah gadis itu.

Gadis itu menutup mata merasakan belaian di wajahnya. Lalu ia membuka mata, pria itu mendekat untuk menciumnya. Gadis itu kembali menutup mata dan tersenyum.

*****

(Rumah Miya Tamama)

~Kringggggg~

Suara alarm berbunyi.

Miya yang sedang tidur tersenyum-senyum sambil berguling ke kanan lalu ke kiri, hingga akhirnya ia terjatuh dari tempat tidur.

Ah, teriak Miya kesakitan. Miya berdiri di depan cermin. "Ternyata hanya mimpi untunglah," ucap Miya merasa lega.

(Perkenalkan aku Miya Tamama. Mahasiswa Universitas Indonesia, jurusan Ilmu Ekonomi semester dua)

Miya bersiap-siap berangkat ke kampus dengan memakai pakaian berwarna hitam.

(Semua orang bertanya padaku, kenapa selalu memakai warna hitam? Dan aku menjawab karena warna hitam adalah warna kesukaanku. Tapi sebenarnya, aku buta warna. Jadi apa yang kupakai sudah tidak penting lagi)

Miya berlari turun dari tangga. "Kakak, ayo berangkat!" teriaknya.

"Tunggu, aku sebentar lagi selesai!" balas Koko dari dalam kamar sebelah Miya.

"Cepatlah, Kak! Nanti aku terlambat," teriak Miya sambil menatap jam di tangannya.

Miya mendekati sebuah pintu. 'Kamar Ayah & Ibu' tulisan di pintu. Miya menyentuh gagang pintu, ia menutup mata, lalu Koko memegang tangannya.

"Ayo, kita masuk bersama," ucap Koko mengangguk pada Miya.

Miya tersenyum dan mereka membuka pintu bersama. Di dalam ruangan, banyak foto yang terpajang di dinding.

"Ibu, Ayah. Bagaimana kabar kalian disana? Aku dan kakak, kami baik-baik saja disini. Kuharap Ibu dan Ayah juga baik-baik saja dan selalu mencintai selamanya." - Miya.

"Ayah, Ibu. Jangan khawatirkan kami, kami baik-baik saja. Aku akan selalu menjaga adik dengan baik. Aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya. Percayalah padaku." - Koko.

Miya dan Koko saling bertatapan bertukar tersenyum. Koko mengulurkan tangannya. Miya menerimanya.

"Kita berangkat!" ucap Koko.

Em, Miya mengangguk.

***

(Universitas Indonesia)

Gedung-gedung bergaya campuran tradisional dan modern.

UI terdapat beberapa kampus. Pertama, Kampus UI Cikini, digunakan oleh Program Pascasarjana Fakultas Administrasi dan Kedokteran komunitas. Kedua, Kampus UI Salemba. Ketiga, Kampus Depok atau kampus utama dari UI.

UI memiliki berbagai fasilitas seperti, Pusat Administrasi Universitas, Pusat Kegiatan Mahasiswa, Gymnasium, stadion, lapangan hoki, penginapan (Wisma Makara), agen perjalanan Makara Tour & Travel, Asrama Mahasiswa Universitas Indonesia dan juga Perpustakaan Pusat UI.

(Fakultas Ekonomi UI Depok)

Miya menyandarkan kepalanya di meja. "Kenapa aku melewatkan adegan pentingnya? Harusnya aku kembali tidur saja tadi!" Miya kecewa mengingat mimpi tadi.

Seorang gadis datang dan dia mengendap-endap menghampirinya.

"Little Spongebob?" teriak gadis itu mengejutkan Miya.

"Nana? Beraninya kamu ..."

Miya menarik telinganya, dan menyuruh tidak memanggilnya seperti itu apalagi saat mereka berada di sekolah.

Nana mengangguk. "Bisakah sekarang kamu melepaskan aku? Telingaku sakit, sakit, sakit," rengek Nana dengan mata berkaca-kaca.

Miya menyuruh Nana duduk. Dan membantu Nana meniup daun telinganya yang memerah. Miya minta maaf lalu memukul tangannya yang menyakiti Nana.

"Berhenti, jangan menyakitinya! Tangan ini sangat berharga tauk."

Nana memegang tangan Miya, "Mulai hari ini, tangan ini adalah milikku, apa kamu mengerti?"

Miya mengangguk dan memberikan tangannya. Mereka tertawa.

Dosen masuk dan memulai kelasnya.

Beberapa jam kemudian, kelas akhirnya selesai. Nana berdiri sambil merenggangkan tubuhnya.

"Yuk," ajak Nana menarik tangan Miya.

"Kemana?" Miya memandang bingung.

"Love Cafe," ucap mereka bersamaan dengan senyuman di bibir mereka.

***

(Kantin Love Cafe - FEB)

Nana bertanya hari ini Miya mau pesan apa. Emm, Nasi Ayam Real Madrid, jawab Miya.

Nana menggeleng.

"Selama 6 bulan, makananmu tidak pernah berubah. Bagaimana jika mencoba menu yang lain?" tawar Nana.

Miya menolak lalu ia pamit ke toilet. Nana mendesah melihat Miya pergi.

"Baiklah, biarkan aku yang pesan. Kamu cepat pergi sana!" gumam Nana.

Beberapa menit kemudian, Nana selesai memesan. "Di mana Miya?" Nana mengedarkan pandangannya mencari Miya yang belum juga kembali dari toilet.

"Miya," panggil Nana yang duduk di tempat no. 10.

Miya menghampirinya. Lalu pesanan mereka datang.

"Apa kamu bertemu dengannya lagi?" tanya Miya ketika melihat Nana memesan pasta.

***

Flashback.

Miya membawa kopernya menuju asrama. Ketika sampai di pintu kamarnya, Miya mengetuk pintu untuk kesopanan, khawatir jika di dalam ada orang. Tanpa ada jawaban Miya pun membuka pintu.

Miya terkejut hingga terjatuh. Ia melihat seorang gadis menangis di ruangan yang gelap sambil menyenter wajahnya.

Gadis itu menyalakan lampu. "Kenapa kamu duduk di lantai? Bangunlah! Lantai sangat dingin. Jangan sampai jatuh sakit!" ucap gadis itu tersenggal-senggal.

Miya mengangguk dan berdiri.

Gadis itu kembali bertanya, "Kenapa kamu masih berdiri disini, pergilah ke ruanganmu!"

Miya kembali mengangguk dan tetap berdiri disana.

"Kenapa kamu hanya mengangguk? Apa kamu bisu? Kasihan sekali, padahal kamu cantik. Dunia ini tidak adil padamu," rengek gadis itu.

"Aku, aku, tidak bisu," jawab Miya terbata-bata.

"Baguslah, kamu beruntung," ucap Gadis itu sambil memaksa tersenyum dan menutup pintu kamar.

Miya bingung dengan yang baru saja terjadi. Lalu Miya mengetuk pintu.

Gadis itu membukanya, "Ada apa?"

Miya memperlihatkan nomer kamarnya.

"Oo, masuklah! Jangan lupa tutup pintunya!" perintah gadis itu.

Setelah Miya selesai menata barang-barangnya. Miya menghampiri gadis itu dan memperkenalkan diri.

"Siapa namamu?" tanya Miya selesai memperkenalkan diri.

"Nana," ucap lirih gadis itu.

Miya tersenyum padanya. "Nana? Nama yang bagus."

Nana terpesona melihat senyumnya, ia merasa hangat dengan sikap Miya lalu memeluknya. Miya merasa terkejut, tapi ia balas memeluknya. Lalu Nana semalaman bercerita padanya, mengenai ia putus dengan kekasihnya. Miya pun lelah dan tertidur. Nana tersenyum memandangi wajah Miya yang polos.

Pukul 06.30, Nana menggerakkan badan Miya yang masih tertidur pulas. Miya membuka mata perlahan. Kepalanya masih sempoyongan, samar-samar ia melihat Nana.

"Bagunlah! Aku memasak mie. Ayo, kita makan bersama!" ajak Nana.

Miya bangun lalu mencuci muka dan duduk di meja makan. Miya melongo menatap mie yang berwarna merah pekat di depannya dari baunya sangat jelas kalau mie itu sangat pedas.

Nana menyuruhnya mencicipi masakannya. Miya mengangguk dan mencicipinya sedikit. Miya menutup mata merasakan pedasnya, ia merasa tubuhnya bergoyang-goyang sambil mengipas-ngipas mulutnya. Nana tertawa melihatnya.

Flashback end.

***

Miya melihat Nana memasukkan banyak cabe di pastanya.

"Apa kamu bertemu dengannya? Apa lagi yang terjadi?" tanya Miya dengan menatap Nana serius.

Nana menggeleng dan memakan pasta nya. Miya memberikan air nya pada Nana.

"Kenapa kamu memberikan air mu padaku?" tanya Nana hampir menangis.

"Pastanya pasti sangat pedas. Jadi, minumlah air lebih banyak! Kamu bisa menyisakan separuh untukku," lanjut Miya memakan makanannya.

Nana berterima kasih, Miya adalah sahabat terbaiknya. Selesai makan, Nana pun bercerita bahwa ia memang bertemu dengan kekasihnya. Beberapa waktu lalu, ia menerima kembali cinta kekasihnya. Tapi kemarin ketika ia pergi ke perpustakaan dia melihat kekasihnya berduaan dengan cewek lain.

Miya terus mendengarkan sambil menahan semua emosinya. Setelah Nana selesai bercerita Miya memasang wajah menakutkannya.

"Jangan memandangiku seperti itu! Hatiku sudah sakit dan yang kamu lakukan ini hanya menambah air garam di lukaku," Nana menunduk sedih.

Miya mendesah.

"Siapa seminggu lalu mengatakan dia tidak akan menerima cinta Luki? Siapa yang mengatakan dia tidak akan mencintainya lagi? Siapa yang ...."

"Berhenti! Itu aku, aku yang ... " ucap Nana dan berhenti sejenak.

"Tapi, aku tidak bisa melupakannya. Aku sudah mencintainya sejak masih SMA sangat sulit untuk melupakannya. Walaupun, aku tahu jika dia suka melirik wanita lain tapi aku, aku," Nana tidak sanggup lagi untuk bicara.

"Berhenti menangis! Air matamu sangat berharga. Ini, bersihkan wajahmu!" Miya memberikan tisu.

Ponsel Nana berdering. Ia terkejut dan segera berlari. Miya mengejarnya.

"Kamu mau pergi kemana?" Miya menarik tangan Nana.

"Luki terjatuh saat bermain basket. Aku ingin kesana melihat keadaannya," Nana terlihat sangat khawatir.

Miya mengatakan ia akan ikut dengannya. Nana tersenyum dan berterima kasih karena Miya mendukungnya. Miya mengangguk.

***

Beberapa menit kemudian, Miya dan Nana sampai di Fakultas Kedokteran. Nana segera berlari sambil terus menghubungi Luki. Tetapi Luki belum juga menerimanya.

Kemudian ada pesan masuk. Nana segera pergi menuju kelas Luki. Nana dan Miya sampai juga di depan kelas Luki. Miya mengangguk untuk membuka pintu. Setelah membuka pintu, Nana terpana melihat Luki memakai setelan jas. Dan ruangan itu di hias begitu cantik. Nana berfikir bahwa Luki kemungkinan akan mengajaknya berbaikan lagi.

Flashback.

Saat upacara penerimaan siswa baru di SMA, Nana terpana melihat Luki berpakaian jas berbicara di podium menyambut semua siswa baru.

"Apa ini yang disebut cinta pertama?" batin Nana yang duduk di antara siswa baru.

Flashback end.

"Nana, kita sudah bersama selama 3 tahun ini. Dan selama ini aku sangat-sangat bahagia kau ada di sisiku. Saat aku sakit, kau merawatku, kau memberikan semua waktumu yang berharga untukku. Nana, aku sungguh mencintaimu dengan tulus. Nana, mari kita putus!"

Awalnya Nana terharu dengan perkataan Luki. Tetapi, kata-kata terakhir Luki seperti sebuah pedang bermata dua. Pedang itu mengiris hati Nana berkeping-keping hingga hancur. Nana menahan tangisnya. Ia mengangguk sambil memaksa senyum di wajahnya. Lalu berlari keluar.

Miya sedih melihatnya. Ia menghampiri Luki dan menamparnya. Tetapi, Luki menunduk sehingga tamparannya mengenai seorang pria yang berdiri di samping Luki.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Apokat

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku