Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Me And Six Woman

Me And Six Woman

Putra Ayara

5.0
Komentar
139
Penayangan
5
Bab

Joe Nathan, seorang pria dewasa awal yang ditakdirkan terlahir di salah satu kota terbesar di Indonesia, terletak di Pulau Sumatera Utara, lebih tepatnya kota Medan. 'Joe," begitu orang lain memanggilnya. Ia memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi. Dia baik, sopan, dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Kisah seorang pria dengan enam wanita yang pernah hadir dalam hidupnya. Wanita yang memiliki kepribadian serta pandangan hidup yang berbeda-beda. Joe Nhatan - Me And Six Woman.

Bab 1 Joe Nhatan

Joe Nathan, seorang pria dewasa awal yang ditakdirkan terlahir di salah satu kota terbesar di Indonesia, terletak di Pulau Sumatera Utara, lebih tepatnya kota Medan.

'Joe," begitu orang lain memanggilnya. Ia memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi. Dia baik, sopan, dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya.

Joe berhasil melewati masa Sekolah Menengah Atas di Negeri 123 dengan mendapatkan beasiswa di salah satu kampus ternama di daerah istimewa, Yogyakarta.

Joe memiliki postur tubuh yang tinggi dengan kulit sawo matang, hidung mancung, alis tebal, dan wajah yang manis.

Ketika duduk di bangku SMA, Joe cenderung acuh dengan masalah percintaan lengkap dengan makhluk yang sering disebut sebagai 'wanita'. Baginya, baper bukanlah gayanya, meskipun banyak wanita yang kerap kali berusaha menarik perhatian, ia tidak peduli.

Apa itu cinta? Gak penting! prinsip Joe, saat itu.

Sikap cueknya itu membuat wanita yang berusaha mendekati semakin merasa tertantang.

Apa lagi semasa SMA Joe adalah ketua Teater Musically Siswa (TEMASI). Setiap kegiatan kesenian di sekolah di handle olehnya.

Sikap tidak peduli itu berlanjut sampai masa perkuliahan semester ketiga. Tiga semester di Yogyakarta banyak membuat hidupnya berubah.

Konflik dalam hidupnya, dimulai saat Joe, mendapat telepon dari kampung halamannya yang mengharuskannya untuk kembali pulang.

Ini kisah seorang pria yang sejak awal tidak tertarik akan wanita serta segala sesuatu yang berbau cinta dan perasaan.

Sampai pada saatnya ia tertarik akan hal itu dan berusaha mencari tau untuk menemukan cinta sejatinya. Sebelum ia menemukannya, ia dipertemukan dengan enam wanita yang memiliki kriteria, kepribadian, dan sudut pandang akan hidup yang berbeda - beda pula.

Malam minggu, jam dinding menunjukkan pukul 23.00 WIB.

Joe tengah asik tenggelam dalam laptop untuk sekedar melihat video tutorial akan segala hal. Tak lupa, secangkir kopi pahit menemani. Tiba-tiba smartphone miliknya berdering dari kamar.

"Astaga! Siapa malam-malam begini nelpon. Ganggu aja!" ucapnya mengabaikan gawainya yang masih mengeluarkan nada dering over the horizon khas salah satu merk smartphone terkenal.

Suara smartphone kembali berdering.

Joe yang tengah asik menonton tutorial tentang editing photo dan video merasa terusik.

"Ya Allah." Joe bangkit dari tempat duduk. "Siapa sih yang telfon jam 11 malam begini, gak tau waktu." Kesal Joe dengan muka sinis sambil berjalan mengambil smartphone di kamarnya.

Nama sahabat wanita muncul pada gawai, "Siska, ngapain dia nelpon jam segini?" pikir Joe.

"Ah ... ya udah lah ... Nggak penting!" Joe kembali ke meja laptopnya. Melanjutkan menonton video tutorial, dengan gawai yang di letakkan di atas meja.

Lagi-lagi gawai Joe berdering. "Wanita satu ini ...." Fokusnya mulai beralih dari laptop ke gawai, yang masih berdering di atas meja.

Setelah sekitar dua puluh menit gawai dibiarkan, dengan rasa kesal akhir Joe menyerah, lalu menjawab telfonnya.

"Halo, Sis. ada apa nelpon malam-malam gini? Maaf tadi aku udah tidur."

"Tidur? Lo sengaja gak angkat telpon gue kan?"

"Baru bangun, Sis." Joe pun berakting menguap agar meyakinkan siska bahwa ia baru bangun.

"Iye lah ... gue cuma ingin lo liat ke jendela kontrakan rumah lo."

"Lo di depan kontrakan Gue?"

Telepon dimatikan Siska.

"Gak ada akhlak." Joe berjalan mendekati jendela. Perlahan-lahan membuka gorden. Mengintip kondisi di luar rumah.

"Astaghfirullah! apaan tuh!" Joe kaget terpental jatuh. Menyudut, merapatkan diri di pintu. Dengan nafas naik-turun serta bulu kuduk merinding.

"Astagfirullah ... astagfirullah ... astagfirullah." Tangan dan kaki Joe gemetar. Tubuh serasa lemas. Keringat dingin bercucuran mengalir dari pori-pori kulit.

Joe melihat manusia dengan kepala iblis bercula satu. Bertaring panjang. Muka pucat dengan noda darah di wajah. Kepala iblis itu menempel di kaca jendela.

Tak berapa lama terdengar tawa dari luar rumah, Joe. "hahaha."

"Mampus lo. Kaget lo, 'kan. Berani-berani lo cuekin gue ... hahaha." Siska dari luar rumah tertawa puas karena berhasil mengerjai, Joe.

"Brengsek. Wanita satu ini. Selalu gangguin hidup gue, ya." Joe menggumpat kesal.

"Rupanya dia yang ada di luar," dengan wajah merah bak udang rebus "harus gue kerjain balik anak itu." Joe pergi ke dapur mencari sesuatu.

"Heh! Joe. Bukain pintunya dong ...." siska mengetuk pintu.

"Belum mati kan lo?" tanya Siska dari luar kontrakan, Joe.

"Bentar, gue ganti baju dulu," jawab Joe dari dapur kontrakannya. Padahal ia mencari serangga yang ditakuti banyak wanita.

"Hah! dapat juga ni serangga." Joe mengambil binatang kecil dengan ibu jari dan telunjuk.

Dengan cara menjinjing Joe membawa serangga menjijikan itu menuju pintu kontrakannya. "Mati lo, Sis. Pembalasan lebih kejam." Joe menyembunyikan serangga itu dibelakang dirinya.

Joe membuka sedikit pintu rumah. Memperlihatkan sedikit posisi Siska di luar rumah dengan topeng yang sudah di lepas.

"Ada apa, Sis? udah malem ini," ucap Joe.

"Ayo keluar, gue lagi pingin keluar nih," sahut Siska.

"Udah malem loh. Besok aja deh. Emang lo tuh gak bisa ya kalo gak gangguin gue sehari?" tanya Joe sembari perlahan mengeluarkan tangan yang ada serangga.

"Ih! lo yang keluar atau gue yang masuk nih?" ucap Siska sambil mendorong sedikit kedalam pintu rumah, Joe.

"Kalo lo nggak mau nemenin gue keluar, gue tidur di rumah lo ya!" ancam Siska.

"Lo tidur dimana? kamar gue cuman satu," ucap Joe.

"Tidur di kamar sama lo" jawab Siska.

Dalam hati siska. Mana mungkin Joe nafsu. Dia kan ngga suka cewek.

"Lo mau?" tanya Joe

"Iya ih gue mau."

Ayo dong, Joe. Gue kepingin tau lo punya nafsu nggak sama cewek. Batin Siska.

Sangking penasaran, sambil menggoyangkan kaki, tangan siska memegang gagang pintu. Membuka pintu separuh akses masuk rumah, Joe.

"Nih mau nggak lo," Joe melemparkan kecoa ke baju Siska.

"AAKK! Joe. Gue jijik sama kecoa. Ambil ... Joe. Cepetan!" sambil mengusap - usap badan. Siska merangsak masuk ke rumah mendekati, Joe.

"Hahahaha" Tawa Joe puas karena berhasil membalas keusilan sahabatnya itu.

"Joe ... gue geli ...." Siska menjerit kuat.

Joe berusaha mengambil kecoa yang melekat di badan siska sambil tertawa lepas.

"Hahahaha, udah sini gue buang" ucap Joe sambil meredakan tawanya melihat tingkah jijik Siska.

Joe merangkul siska untuk mengambil kecoa yang nempel di pundaknya lalu membuang kecoa itu keluar pintu rumah.

Kedua tangan Siska menggenggam baju, Joe. Meletakan wajah di dada, Joe. Dengan raut wajah ketakutan Siska menangis.

Joe memegang pundak, Siska. mendorongnya sedikit kebelakang. Joe, Melihat wajah, Siska. Mengusap air mata, Siska. Lalu memeluk Siska kembali.

"Udah ... udah gue buang. Maaf udah buat lo ketakutan gini, Sis. Gue ngga tau lo bakal takut seperti ini. Maaf."

"Gue boleh tidur sini nggak?" Siska mengangkat kepalanya, dengan mata penuh air mata. Melihat wajah, Joe.

Joe melepas pelukan, sambil mengusap air mata, Siska. Joe berkata. "Kita keluar aja ya, Sis. Gue temenin lo malam ini." Joe berjalan mengambil hoodie.

Udah gue duga mana bisa godain laki-laki seperti dia. bahkan dengan kondisi gue yang lagi ketakutan dan nangis gini dia nolak gue. Dalam hati, Siska.

Siska berjalan keluar sambil berkata, "Gue tunggu di mobil ya, Joe. Jangan cepat nyusul. Gue ganti baju dulu di mobil."

"Oke, gue beresin meja laptop dulu" ucap Joe.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku