Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Ayah kamu sudah dipenjara!"
"Maaf, tapi Ibu anda tidak selamat!"
"Hutang pacarmu delapan ratus lima puluh juta, aku hanya memberi waktu sampai bulan depan!"
"Memalukan, dia adalah aib yang seharusnya disingkirkan!"
Semua ucapan itu menusuk-nusuk kepala Selena hingga terasa hampir pecah, kini tubuhnya kembali tersungkur.
Sudah dua kali gadis itu terjatuh, lututnya sudah robek dan berdarah, berjalan menyeret kaki sambil menjinjing sepatunya di tangan sebelah kiri.
Angin malam yang dingin mengibaskan rambut hitamnya, dia berpegangan pada beton, melihat ke bawah jembatan, terlihat aliran sungai sangat deras dan seolah memanggilnya untuk terjun ke sana.
Gadis itu bernama Selena Nixon, putri tunggal yang dulunya hidup bergelimang harta. Tepat satu bulan yang lalu, Ayahnya dipenjarakan karena mengkorupsi uang negara sebanyak ratusan triliun, karena kejadian itu Ibunya terkena serangan jantung dan meregang nyawa.
Kini, Selena hidup sebatang kara, semua yang dia punya hilang sekejap mata, luntang-lantung tidak tahu tujuan dan tidak punya harapan.
Malam ini, dia baru saja diusir dari sebuah apartemen, semua penghuni di sana berdemo agar Selena diusir dari sana karena dia adalah anak dari seorang koruptor yang dianggap akan menodai citra para penghuni lain di apartemen itu.
Selena pergi ke rumah kekasihnya, Axton, berharap pria itu mau menampungnya untuk sementara waktu. Akan tetapi, pria itu tidak ada di rumahnya, nomor Selena telah diblokir, dan semua akses untuk menghubungi pria itu sudah ditutup.
Tiba-tiba dia didatangi rentenir yang menagih uang sebanyak delapan ratus lima puluh juta yang merupakan hutang judi Axton.
Pria sialan itu menggadaikan kartu identitas milik Selena dan menjadikannya penanggungjawab.
Rentenir itu hanya memberi Selena waktu satu bulan, jika Selena tidak mampu membayar hutang, kemungkinan dia akan dijual ke perdagangan manusia, dipenjarakan atau dihabisi saat itu juga.
Nasib sial datang bertubi-tubi, hidup seolah tidak memberinya pilihan selain kematian!
"Selena!" Teriakan itu terdengar sangat keras, namun Selena tidak menoleh sedikitpun.
Wajahnya yang pucat masih memandang arus sungai dengan tatapan kosong. Sedetik kemudian tubuhnya ditarik kuat sampai dia terjungkal ke belakang.
"Selena, apa yang kamu lakukan? Kamu ingin mengakhiri hidupmu?" Ivy memarahinya, dia tahu semua yang Selena alami, dan dia baru saja pergi ke sana kemari untuk mencari pengecut bernama Axton.
"Aku sudah tidak kuat menghadapi semua ini, Ivy! Biarkan aku mengakhiri semuanya!" Selena kembali berdiri, kali ini dia benar-benar ingin melompat.
"Tidak! Jangan bodoh, Selena!" Sekuat tenaga Ivy menahan tubuh sahabatnya yang berontak ingin terjun dari jembatan.
Terus berusaha melawan dan Ivy tetap menahannya, akhirnya Selena terdiam, tubuhnya menyusut, dia terduduk lemas kemudian menangis.
Ivy menghela napas dengan dada yang kembang kempis, dia ikut menitikkan air mata, tidak tega melihat keadaan Selena.
"Kamu harus kuat, Selena! Aku yakin, kamu bisa melewati semua ini!"
"Tapi bagaimana?" Selena mendongak, menatap nanar dengan bola mata hijaunya yang sudah basah.
"Ayahku seorang koruptor, aku dibenci semua orang, Ibuku meninggal, kekasihku meninggalkan hutang hampir satu miliar dan pergi begitu saja! Untuk apa lagi aku hidup?" Erangan Selena terdengar amat frustasi.
"Kamu harus tetap hidup untuk mengubah takdirmu! Bukankah ini sangat tidak adil untukmu? Karena itu kamu tidak boleh menyerah!" Ujar Ivy yang kini sudah berjongkok dan memegang kedua bahu rapuh Selena.
Selena tersenyum getir dan berkata, "Sekarang, katakan padaku, dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu untuk membayar hutang Axton? Seandainya aku menjual diri, aku tidak akan mendapat uang sebanyak itu!"
Selena benar-benar putus asa, dia tidak menyangka hidupnya akan seberantakan sekarang, usianya masih terlalu muda untuk mendapatkan tekanan besar seperti ini.
Dia menyeka air matanya dan menatap langit yang gelap dengan hati yang tersayat-sayat, "Apa ini adalah hukuman? Apa aku yang harus membayar dosa-dosa Ayahku? Selama ini aku tidak tahu jika aku hidup dari uang hasil korupsi, lalu apa salahku?"
Ivy langsung memeluk Selena, membiarkan gadis itu menangis dalam dekapannya.
"Selena, aku mohon sekarang kamu tenang dulu meskipun aku tahu itu sangat sulit. Kita pulang ke rumahku, istirahat, dan besok kita pikiran lagi jalan keluarnya!" Ivy membantu Selena berdiri, memapah gadis itu berjalan hingga akhirnya sebuah taksi datang.
*******
Selena tertidur nyenyak di ranjang Ivy, dia tampak sangat kelelahan sampai suara dengkurnya terdengar cukup nyaring, sedangkan Ivy masih sibuk berkutat di depan laptop.
Dari situs web pekerjaan ilegal, dia menemukan tawaran menggiurkan yang lebih cocok disebut sebagai kontes, bayarannya sangat fantastis yaitu sebanyak lima miliar rupiah.