Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Struggle and Hope

Struggle and Hope

Mel Amelia

5.0
Komentar
4
Penayangan
2
Bab

Aliyah tertatih-tatih menapaki Gunung di tengah Hutan hanya demi sebalok sinyal. Tapi perjuangan itu mengajarkan Aliyah untuk bersabar dan kelak akan menjadi anak yang sukses.

Bab 1 Aku juga anakmu

Sore hari, Aliyah terus menatap langit yang begitu indah, dia terkagum dengan indahnya senja kala itu, Dia berharap agar kelak kehidupannya akan seindah itu.

Saat ini Aliyah masih berumur 15 tahun tapi telah merasakan pahitnya kehidupan karena dia terlahir dikeluarga yang serba kekurangan dan keluarga yang keras dan berantakan.

"Aliyah, ngelamun terus yah, awas kesurupan, " Kata Mama menyadarkan aku dari lamunan.

"Iyya mah ngga kok, jawabku kesal karna nada mama juga rada kesal dan selalu begitu kala berbicara dengan ku.

Aku masuk kekamar yang hanya tertutupi oleh Gorden bukan pintu jadi kalau aku marah gak bisa banting pintu hehe seperti orang-orang diluar sana. Aku selalu iri pada teman-temanku bukan karna harta mereka tapi orang-orang yang ada disekelilingnya sangat mencintainya sedangkan aku orang tua kandung aja serasa orang lain.

"Hmmm wangi banget masakan mama, masak apa yah, " Tanyaku dalam hati sambil ngintip ke dapur.

"Waw... Mama masak banyak banget pasti karna aku ulang tahun hari ini," Gumamku lagi sambil sedikit senang.

Malam makin larut, aku terus menunggu mama papa memanggilku atau tidak memeberi ku kejutan, karna tadi sore kan mama buat banyak banget makanan. Karna gak tahan lapar aku mendekati mereka dibilik sebelah sambil bawa piring.

"Kamu ngapain disini, sana tidur! " Kata mama membentak dan mata papa juga melototin aku.

"Aku lapar mah pah, hari ini aku belum pernah makan, ini masakan banyak buat ulang tahun aku kan mah? Pah? " Kataku dengan suara yang gemetar karna takut dibentak lagi.

"Hah... Kata siapa buat kamu? Ini makanan banyak mama siapin buat kakak sama adek kamu, bentar lagi mereka nyampe dirumah" Kata mama dengan suara tingginya.

"Ow maaf mah, kirain buat aku, yaudah aku tidur dulu, " Jawabku dengan rasa kecewa, hampir saja air mataku jatuh didepan mereka tapi tidak aku akan menahannya karna ini bukan kali pertama aku rasain dibeda-bedakan dengan kakak dan adik aku.

Kakak Aku bernama Rasyah dia kuliah di sebuah universitas ternama di Jakarta jurusan kedokteran dan adik aku Mondok di pondok pesantren Gontor, dia baru aja naik kelas 2 SMP sedang aku hanya disekolahkan di sekolah swasta di kampung yang bangunannya udah lapuk dan yah aku sangat bersyukur dari pada tidak disekolahkan.

"Pip pip pip, " Bunyi Clakson mobil memecah keheningan di tengah malam dan yah pastinya itu mobil yang ditumpangi kakak dan adik aku.

"Assalamu'alaikum mah pah... Tok tok tok..." Kata seseorang dibalik pintu.

Lama gak ada jawaban mama papa d dapur, jadi aku intip lagi kok mama papa ga keluar sambut anak kesayangannya "kataku dalam hati".

Ternyata mereka tertidur d dapur nungguin adik kakak aku...

" Waalaikumsalam, Kakak...adek... Yok lah masuk, " Sambil ku persilahkan mendahului karna aku mah nutup pintu kembali.

"E e... Tunggu dulu jangan ditutup, tuh sana barang di halaman rumah masukin di dalam rumah, aku capek" Kata kakak aku dengan wajah yang aku gak tau lagi gimana cara gambarin nya.

Aku menarik koper satu persatu ke dalam rumah, setelah selesai aku menuju kamar. Aku sangat berharap kalau aku lewat dekat Dapur mereka akan memanggilku buat makan malam nyatanya tidak, mereka makan bersama dan tertawa bersama seakan Aku bukan siapa dalam keluarga ini.

"Dasar, Ga ada Hati, " Gumamku dalam hati sambil berlalu ke kamar.

Malam begitu panjang, rasanya pengen hilang dari muka bumi saat mendengar canda tawa mereka di dapur tak jarang pula aku mendengar Mama papa membandingkan aku dengan mereka dan yah pastinya akulah yang selalu dijatuhkan.

***

Kring.... Kring... Kring...

Alarm aku berbunyi Tanda aku harus bangun sekarang untuk beres-beres kemudian ke sekolah.

Setelah semua beres, aku bergegas ke kamar Mandi kemudian Sarapan sisa makanan Keluarga semalam setelah itu langsung kesekolah tanpa mempedulikan siapa yang memanggilku dari dalam rumah.

Gak lama kemudian aku sampai di sekolah dengan berjalan kaki karna Aku gak mempunyai uang buat ongkos angkot makanya kadang terlambat hehe...

"Pagi Aliyah... Dah makan blom?" Kata seseorang di belakang aku yang suaranya gak asing lagi ditelingaku, yah... Dialah Alif, sahabat sejak Kelas empat SD sampai sekarang. Dia pindahan dari Bogor ke Kolaka karna kebetulan ayahnya kerja d sini.

"Iyya Alif... Lah ini Baju kamu kenapa robek lagi?" Tanyaku sambil membalikkan badannya, sebenarnya bukan hal yang baru terjadi sih karna Alif memang anak yang sering dibully di sekolah karna dia juga dari keluarga yang berkekurangan. Ayahnya ngamen di Kapal kalau kapal masih nunggu tumpangan sedang ibunya juga kerja dikapal menjual snack keliling, Alif sendiri kadang bantuin para penumpang naikin barang-barangnya dikapal itupun kadang gak digaji kalau lagi dapat penumpang yang ngeyel.

"Tadi anak sekolah sebelah ngebully aku dijalan, " Jawab Alif sambil nahan sakit dan air matanya.

"Kamu gangguin mereka kali, makanya mereka marah"

"Ngga... Aku lewat terus langsung d jambak dan dibanting gitu,"

"Ya Ampun Lif... Kamu sabar yah, kalau ada waktu kita belajar silat bareng, kan aku anak perguruan silat. " Ucapku sambil menepuk punggung Alif.

"Iyya Liyah... Aku mau, biar kalau ga sama kamu lagi aku bisa lawan kalau ada yang ngebully aku"

"Apa? Gimana maksud kamu? Kamu mau pisah dari aku? Kamu ga mau lagi sahabatan ma aku? Terus aku sama siapa? " Ketusku menerkam Alif dengan seribu pertanyaan.

"Ngga Liyah... Kan bentar lagi lulus SMP terus kamu lanjut SMA entah dimana nah aku gak tau lanjut Atau tidak Liyah... Aku gak punya uang".

"Kamu harus ikut aku Alif... Aku akan ke Bangladesh sama Paman aku. Kalau disini orang tuaku gak peduliin aku Alif"

"Kamu lanjutin aja sekolah kamu, sukses cepat biar yang ngerendahin kamu gak berani lagi"

"Terus kamu gimana Lif ? "

"Santai aja... Kamu sukses berarti aku juga sukses. Kamu senang aku juga senang Liyah.."

"Alif..." Ucapku sambil nangis.

"Ga usah nangis Liyah...srikandi kok cengeng hehe"

Aku dan Alif selalu barengan disekolah hingga kini kami sudah dipenghujung semester yang artinya bentar lagi lulus SMP.

Kring.. Kring...

"Bel masuk kelas udah bunyi tuh Lif.. Ayok masuk"

"Yaudah... Yok"

Sesampainya di kelas, Teman-teman pada diam ngelirik aku dan Alif dengan sinis. Yah beginilah keadaan kami di mana-mana gak ada yang suka. Tapi aku berdua tetap saling menguatkan dan saling menjaga sebisa mungkin.

"Kenapa yah guys? " Tanyaku heran.

"Baju kalian kotor banget, bau, dekil emang gak ada baju lain apa, buat kelas bau aja loh berdua" Ucap Fika, ketua kelas aku yang super duper rapi tapi mulutnya gak bisa dikontrol.

"Anu, aku jalan kaki ke sekolah tadi dan Alif abis dikeroyok ma sekolah sebelah jadi kami gak serah kalian". Jawabku terbata-bata.

" Najis banget sekelas dengan kalian tau gak... Untung udah mau lulus " Lanjut Fika.

"Iyya maaf, " Jawabku.

"Udahlah... Sana duduk di belakang...awas aja loh berdua besok gak Rapi. " Ujar Fika lagi.

"Iyya... Besok kami rapi" Jawab Alif.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku