Immortal and The Beast

Immortal and The Beast

Lee lenia

5.0
Komentar
1.6K
Penayangan
51
Bab

100.000 tahun lalu, telah terjadi bencana langit yang mengerikan, seolah kiamat datang menghancurkan bumi, di atas kaki sekumpulan manusia immortal yang sibuk berperang, menodai tanah oleh warna darah mereka. Theodore adalah salah satu immortal di medan perang. Dia tidak menerima kematian dari bencana tersebut, sehingga memilih melafalkan mantra kebangkitan untuk 10.000 tahun kemudian. Namun, siapa sangka dia bangkit sebagai ruh 100.000 tahun kemudian, dan berakhir pada tubuh pemuda lemah, miskin, dan selalu menjadi bahan bullying. Sehingga mau tidak mau, dia berusaha mengubah kehidupan malang tersebut, dan mengikuti keinginan si pemilik tubuh untuk menjadi seorang hunter. Hunter adalah pekerjaan berbahaya yang memburu monster demi uang. Hunter berdiri saat para monster tiba-tiba muncul dari balik tanah, kemudian sosok manusia hebat datang membunuh monster tersebut saat dunia nyaris punah, dengan manusia yang putus asa, siap menerima kematian kapan pun. Tapi, manusia hebat itu telah menyelamatkan nyawa dan memberi keberanian untuk terus hidup. Theodore begitu menginginkan pekerjaan tersebut, namun berulang kali gagal saat pendaftaran. Tapi, kali ini semuanya akan berbeda dengan tubuh Theodore yang dihuni sosok immortal, yang pada jamannya memiliki wewenang cukup kuat. Dengan kebangkitannya ini, Theodore menjalani hidup barunya.

Bab 1 Kebangkitan

"Sial, apa aku gagal untuk bangkit? Apa yang salah?"

Sosok pria dengan tubuh bak diselimuti sebuah cahaya itu berdiri di atas gundukan tanah. Beberapa detik lalu dia baru saja keluar dari gundukan tanah tersebut, dengan sebuah batu nisan yang namanya sudah tidak bisa dibaca lagi. Makam itu terlihat begitu tua dan tidak terurus. Banyak tumbuhan merambat yang menempel pada batu nisan, dan rumput liar tumbuh lebat di atas gundukan tanah itu.

Dan pria berselimutkan cahaya itu mengeluh dengan wajah menengadah pada langit, matanya terlihat sendu penuh oleh kekecewaan. Tubuhnya cukup tinggi dan memiliki otot yang bagus, dia berambut hitam gelap yang cukup panjang berkibar diterpa oleh angin, sedangkan matanya berwarna merah yang nyaris terlihat menyala jika berada di kegelapan.

Lagi-lagi dia mengeluh pelan, menundukkan wajahnya pada gundukan tanah itu. Burung-burung di pepohonan berlarian menjauhi makam seolah tengah ketakutan. Dia masih diam di sana, kemudian berjongkok di depan makam sambil melihat tangannya yang nyaris transparan itu.

"Berapa ratus tahun yang aku lewati, kenapa kebangkitanku seperti ini?" keluhnya lagi tidak habis pikir.

"Tubuhku sudah hancur oleh tanah. Astaga, aku tidak percaya ini akan terjadi padaku. Sepertinya Tuhan tidak mengijinkanku untuk melakukan kebangkitan. Sialan, aku benar-benar kesal. Jika seperti ini, hanya ada satu pilihan! Mencari tubuh baru, itu Menyebalkan!"

Dia terus menggerutu dengan wajah kesal bercampur kecewa, yang kemudian memilih berjalan meninggalkan makam tua tersebut dengan penuh helaan napas. Tepat setelah meninggalkan makam tuanya, dia dikejutkan oleh pemandangan kota yang mengagumkan di bawah langit jingga yang mempesona.

"Astaga, tempat apa ini?" serunya terkejut.

"Berapa lama aku mati? Apa dunia sudah benar-benar berubah?" lanjutnya tidak bisa mendapatkan jawaban.

Dia melirik pada sosok pria dengan balutan pakaian hitam yang berdiri di trotoar. Tangannya terulur hendak menyentuh pundak pria itu dan bertanya. Astaga, dia lupa siapa dirinya saat ini, sampai membuatnya cukup terkejut lantaran tangannya menembus tubuh itu.

"Astaga, yang benar saja!!!!" teriaknya penuh frustasi. Dia benar-benar sadar jika sosoknya saat ini benar-benar seperti hantu. Dan itu membuatnya lebih kecewa dari apa pun.

"Baiklah, di mana tubuh yang bisa aku gunakan?" gumamnya lagi memilih meninggalkan tempat beserta pria itu. Dia terus melihat ke sana ke mari pada pemandangan kota yang dipenuhi oleh gedung tinggi, yang saat matahari tenggelam banyak cahaya menyala di berbagai tempat, membuat tempat itu berkilau olehnya.

"Tempat ini cukup hebat," ungkapnya mengomentari kota tersebut.

"Kemarilah! Ibu akan bercerita!" Dia terhenyak saat mendengar sosok wanita yang berseru pada sejumlah anak-anak di teras rumah.

Dia memalingkan pandangannya dari gemerlap kota, melihat sekumpulan anak-anak di teras bangunan kecil yang terpagari dengan rapi. Anak-anak itu duduk rapi dengan seorang wanita tua duduk di depan.

"Ini dongeng 100.000 tahun lalu, sebelum jaman modern berdiri seperti sekarang. Hidup manusia yang disebut sebagai immortal. Mereka adalah sang abadi dengan kekuatan hebat yang bisa mengguncang dunia. Bahkan mereka bisa membunuh kita hanya dengan satu gerakan hebatnya!"

Dia kembali terperangah mendengar cerita itu. Entah mengapa itu terdengar begitu mirip dengan kehidupannya. Dia pun membawa kakinya ke tempat itu, lantas mendengarkan sebuah dongeng bersama anak-anak yang begitu antusias.

"100.000 tahun lalu terjadilah peperangan antara para immortal dalam waktu berhari-hari, mengotori tanah dengan darah mereka. Namun, sebelum ada yang memenangkan peperangan itu. Bencana datang dari langit! Petir menyambar dengan ganas menghanguskan para immortal. Bukan hanya itu, bahkan tanah pun bergoyang, air laut meluap tinggi menyapu bersih immortal di medan perang tak tersisa!" Wanita itu bercerita dengan penuh ekspresi, membuat anak-anak semakin antusias bukan main.

"Wah itu mengerikan sekali Bu!" sahut anak-anak dengan wajah ketakutan.

"100.000 tahun lalu kah?" gumamnya dengan wajah menengadah pada langit malam yang dipenuhi oleh gemerlapnya bintang. Dia kembali berjalan, sambil mengingat peperangan besar itu.

Namanya Theodore, sosok immortal yang hidup 100.000 tahun lalu dan mendapati kematian oleh kemarahan langit akibat peperangan penuh darah itu. Itu adalah cerita yang mengerikan.

100.000 tahun lalu

"Semuanya serang!!"

"Serang!!!"

Gemuruh suara kaki berlari terdengar bersahutan dengan teriakan memekakkan telinga. Detik berikutnya disusul oleh suara nyaring dari benda tajam yang saling beradu satu sama lain.

Perlahan darah mulai menetes mengubah warna tanah. Theodore memegang erat pedangnya, mengangkatkan ke atas langit, terus memberi komando ratusan pasukan untuk menyerang musuh.

Matanya merah menyala dan begitu tajam, tidak ada raut takut yang terukir di sana. Dengan perlahan Theodore mulai bergerak, dia memukul tubuh kuda yang ditungganginya dengan kaki kanannya, kemudian memacunya membuat hewan itu meringkik dan berlari.

Pedangnya mulai terayun ke beberapa arah, menebas musuhnya tanpa ampun. Darah merah berbau amis terus menodai tubuhnya. Tapi, itu tidak mengganggunya, seolah membunuh adalah hal yang biasa dia lakukan.

"Mereka terlalu kuat untuk dikalahkan dalam waktu singkat," lirih Theodore setelah tiga hari berlalu, dan pertarungan belum menunjukkan siapa pemenangnya.

"Maju! Bunuh semuanya!" teriak Theodore mulai kesal karena tidak kunjung menang.

Setelah beberapa hari berlalu, tiba-tiba langit menjadi begitu gelap padahal hari sedang cukup terik. Cahaya kilatan berwarna ungu menyambar-nyambar dengan ganas pada tanah. Justru mengenai orang-orang yang sedang bertarung.

"Ada apa ini?" tanya Theodore merasa aneh.

Petir itu jelas telah membunuh banyak orang. Kemudian disusul oleh tanah yang bergetar, bahkan di beberapa bagian terlihat retak, sehingga beberapa terperosok ke dalamnya. Ternyata itu semua belum selesai, air laut menguap dengan sangat tinggi, membuat Theodore merasakan tubuhnya bergetar.

"Ini bukan bencana, tapi ini adalah hukuman langit," lirihnya menatap langit gelap dengan petir. Air laut sudah semakin dekat. Sedang tidak ada kemungkinan adanya keselamatan.

"Sia-siakah? Langit marah dengan peperangan ini." Theodore menghembuskan napas beratnya. Dia terdiam sejenak dengan mata terpejam, sehingga tidak dapat mendengar suara panik semua orang yang berusaha menyelamatkan diri.

Mulutnya mulai bergerak, lengannya menahan petir yang menyambar dengan kuat. Tepat setelah dia selesai membaca sebuah mantra, petir itu mengenai tubuh Theodore.

"Aku akan terima kematian ini, tapi aku akan segera bangkit lagi," lirihnya yang akhirnya memejamkan matanya tanpa napas yang tersisa darinya.

Itulah yang terjadi padanya 100.000 tahun lalu, kematian yang menyebalkan baginya. Seharusnya dia bisa hidup sebagai immortal terkuat, apalagi dia memiliki pengaruh cukup besar. Tapi, lihatlah dia sekarang yang bahkan tidak memiliki tubuh, sehingga terus berjalan dengan harapan akan bertemu dengan tubuh tersebut.

"Ah, tidak heran jika dunia sudah berubah seperti saat ini. Semuanya sudah 100.000 tahun sejak bencana langit yang menghancurkan dunia itu. Dan, semua tentang immortal hanyalah dongeng pada jaman sekarang," gumamnya lagi.

Dia sudah mendapatkan jawaban yang dia cari. Namun, tetap saja itu mengejutkannya. Seharusnya dia bangkit 10.000 tahun setelah bencana langit, bukan 100.000 tahun. Dia kembali menggerutu penuh oleh kekesalan dan sumpah serapah yang seolah tidak ada habisnya.

"Sampai kapan aku harus mencari tubuh baru?!" serunya semakin menjadi-jadi.

Dia kembali menghembuskan napas beratnya, sambil terus berjalan menyusuri kota dalam keadaan malam yang cukup ramai oleh kegiatan manusia pada umumnya. Sesekali dia melihat sebuah layar pada salah satu bangunan besar dan tinggi, menampilkan sebuah gambar pertarungan dengan monster. Pemandangan itu membuat dahinya mengernyit, tentu tidak tahu itu apa, dan benda apa.

"Pertarungannya terlihat nyata?" gumamnya mengomentari. Tapi, dia tidak mau memikirkan gambar tersebut, memilih fokus untuk mencari sebuah tubuh yang bisa dia pakai.

Hingga pada akhirnya dia melihat sosok anak muda yang tubuhnya penuh oleh memar tengah meringkuk di ujung ruangan bersama beberapa anak muda lainnya yang tengah menindasnya sambil tertawa lebar. "Malang sekali anak itu," ujarnya mengasihani anak muda itu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Renell Lezama
5.0

Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku