Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Bodoh! Apa saja yang kau lakukan hingga saham kita anjlok begini, hah! Harusnya kau kukirim ke kota Han untuk menangani cabang kita di sana! Percuma kau di sini! Mataku sakit melihat dirimu tak becus kerja!"
Suara lantang dan keras datang dari dalam ruangan bertulis 'CEO OU GANG GRUP', Jackson Liu. Seorang pria berumur 28 tahun, flamboyan, pemimpin yang tak becus dalam bekerja dan selalu bermain mata dengan para pegawai cantik nan seksi di kantornya.
"A-Ayah, ini bukan salahku. Sungguh, aku telah berusaha semampuku untuk menaikkan saham kita lagi. Tapi-tapi ...,"
"Tapi karena kebodohanmu yang terus membuat ulah karena wanita-wanita malam itu membuat Ou Gang Grup yang harus menerima dampaknya! Apa kau tak berpikir sampai sana, hah! Apa kau punya otak, hah? Tak bisakah otakmu kau gunakan untuk sekali saja bertindak lurus dan benar!?" Suara lantang itu lagi-lagi keluar dari dalam ruangan Jackson.
"Lalu Ayah mau aku bagaimana?" tanya Jackson lirih.
"Aku yang akan mengambil kembali kepemimpinan Ou Gang Grup! Dan kau ...," Pria tua yang ada di hadapan Jackson melirik tajam dan menyipit, "kau akan kukirim untuk mengurus cabang kita di Kota Han. Tapi bukan sebagai CEO, melainkan manager lapangan!"
"A-APA? APA AYAH GILA? BA-BAGAIMANA MUNGKIN AKU-AKU ..," Jackson langsung terkejut mendengar ucapan sang ayah.
"Kenapa tak mungkin? Perusahaan ini aku yang mendirikan, aku yang tahu seluk beluk tempat ini! Apa hakmu mengaturku, hah!" kesal pria tua bernama Hendrik Ou Gang itu menguarkan emosinya terhadap putra semata wayangnya. "Jika kau tak mau terima, bisa saja, tapi kau tak akan dapat warisan sepeser pun jika aku telah mati nanti!"
Jackson, sang putra pengusaha taipan itu tak lagi dapat menyembunyikan kekesalan dan keterkejutannya. Dia mengepalkan tangannya dan menatap sang ayah dengan tajam. "Kau tak suka? Kenapa melihatku begitu, hah? Dasar bocah tengik!" umpat sang Ayah.
"Lalu, jika aku menikah, apa Ayah akan memberiku warisan?" tanya Jackson tanpa basa-basi.
PLAK!!!
Sebuah tamparan keras dan kencang mendarat di wajah mulus pria tampan itu. Dengan napas tersengal menahan emosi dan amarah, Hendrik sang ayah berkata, "APA SALAHKU HINGGA PUNYA ANAK BODOH SEPERTIMU!? KAU HIDUP TAK ADA GUNANYA, JIKA MATI PUN APA JUGA MASIH AKAN MENYUSAHKAN AYAHMU, HAH!!?"
"Hah ... hah ... hah ... hahahha," Jackson melepaskan tawanya dengan kencang hingga terdengar ke pintu luar ruangannya.
"Apa yang sedang kau tertawakan?" Hendrik menatap putranya sinis dan menyipit.
"Apa Ayah merasa menyesal memiliki putra sepertiku, hah? Apa Ayah kini baru menyadari kesalahan wanita yang kupanggil dengan 'Mama'? Jika Ayah menyesal memiliki putra sepertiku, kenapa Ayah tak menyuruhnya menggugurkan diriku sewaktu di dalam kandungan? Kenapa Ayah biarkan wanita itu melahirkanku? Kenapa baru sekarang Ayah menyesali keberadaanku?
PLAK ... PLAK ... PLAK!
Tamparan demi tamparan Jackson terima dari tangan sang ayah hingga dia tersungkur ke tanah dan mengeluarkan darah segar dari hidungnya.
"Dasar anak durhaka! Apa kau tak tahu apa itu ucapan terima kasih, hah! Aku telah memberimu tempat tinggal, memberimu makan, memberimu pendidikan yang baik hingga jabatan di perusahaan ini! Dan kau masih berani memperolok ibumu? Yah, seharusnya aku menyuruhnya untuk menggugurkanmu saja ketika aku tahu dia hamil akan dirimu, tapi apa kau tahu bagaimana mamamu mengorbankan nyawanya, hah!? Apa kau tahu apa yang ia pertaruhkan demi melindungi dan mempertahankanmu!? Jackson Liu, kau tak pantas menyandang marga Ou Gang! Aku--aku pastikan kau tak akan mendapatkan sepeser pun warisan dari keluarga Ou Gang! Tidak hingga kau bisa merubah sifatmu dan kelakuan busukmu!" Sang Ayah betul-betul telah kehilangan kesabarannya.
"Samanta ... Samanta!" panggil Hendrik sambil berteriak dari dalam ruangan CEO.
"I-iya, Tuan Hendrik. Ada yang bisa saya bantu?" tanya sang asisten pribadi Jackson sambil menunduk.
"Cepat buatkan surat rekomendasi pengantar bagi Tuan Jackson Liu ke kantor cabang kita di Kota Han. Hari ini juga transfer dia ke sana dan segera kabarkan pada direktur cabang di sana!" perintah Hendrik.