Berawal dari rumah baru. Amanda, di kirim oleh orang tuanya tinggal di Desa Sukma Bakti. Semenjak tinggal di sana Amanda selalu mendapatkan teror di rumahnya juga di sekolahnya. Entah, ada apa di desa itu masyarakat selalu menghubungkannya dengan sosok Dasim. Siapakah sosok Dasim itu? Apa hubungannya dengan rumah dan sekolahnya?
Suara petir begitu menggelegar, bersamaan dengan derasnya air hujan. Genangan air hampir saja merendam rumah mereka. Pukul 02.00 tepatnya jam dua malam Adipura terbangun, Diraihnya ponsel genggam di atas nakas ia turun dari ranjang berjalan ke arah lemari mengambil pakaian hangat berjalan keluar dari kamar.
Tidak peduli hujan deras dan kilat menyala, Adipura tetap keluar yang memasuki mobilnya lalu pergi meninggalkan rumah. Tidak ada yang peduli ke mana perginya pria itu, tetapi tidak bagi seorang wanita yang mengintip dibalik jendela kamarnya. Wanita itu memandang sedih kepergian suaminya, ia hanya diam lalu menutup tirai jendelanya.
"Mas Adi pergi malam-malam mau ke mana?" pertanyaan itu yang terlontar dalam hati wanita itu.
Adipura menghentikan mobilnya di depan rumah sakit. Dia turun dari mobil dan berlari ke dalam rumah sakit, menyusuri lorong dan setiap koridor. Entah, ruangan apa yang pria itu cari tetapi, langkahnya terhenti di depan sebuah ruangan bersalin.
Adipura mengusap kepalanya yang basah juga seluruh wajahnya sebelum akhirnya masuk ke dalam.
"Amira," panggilnya pada seorang wanita yang baru saja melahirkan.
"Mas Adi," panggil Amira dengan riang. Amira terlihat memangku bayinya, wanita itu tersenyum bahagia apalagi Adi ketika melihat wajah malaikat kecil itu.
"Laki-laki?" tanya Adi, Amira hanya mengangguk dengan senyuman.
Anak pertama garis keturunannya. Selama 10 tahun Adi menanti walau bukan dari Arini istri pertamanya. Amira adalah istri kedua yang baru saja 1 tahun dinikahinya, Amira sudah memberikannya anak. Lalu bagaimana dengan Arini?
Berulang kali mencoba hasilnya tetap sama. Arini tidak bisa memberikannya keturunan, berbagai cara telah mereka lakukan. Bukannya Adipura putus harapan, tetapi ... seseorang datang dalam hidupnya. Setahun lalu mereka dipertemukan orang tuanya,
Apa orang tua?
Ya, mereka sengaja dipertemukan Mayang ibu Adipura yang memang sangat menginginkan cucu, menginginkan pewaris dari keluarganya. Awalnya Adi menolak tidak akan mengkhianati Arini tetapi berkat bujukan sang ibu juga pesona Amira yang menghipnotisnya. Akhirnya pernikahan itu berlanjut hingga sekarang, keinginannya terwujud.
Amira melahirkan seorang putra yang membuat keluarga Adipura semakin menyayanginya.
"Dimana Mama?" tanya Adipura.
"Itu," jawab Amira menunjuk ke belakangnya.
Mayang baru saja keluar dari dalam kamar mandi, berjalan mendekati Adipura. Wanita itu tersenyum bahagia yang langsung memeluk putra semata wayangnya. Tentu saja Mayang bahagia memiliki cucu lelaki. Namun, bagaimana dengan Arini wanita yang mengintip dibalik jendela.
Di atas hamparan sajadah, dalam sepertiga malam Arini masih memutar biji tasbihnya, berulang hingga ratusan kali. Bibir ranum yang begitu indah terus saja membaca tahmid yang sekiranya bisa menenangkan jiwanya. Linang terus menetes pada mata yang terpejam. Seketika tangisan pun pecah bersamaan dengan tubuhnya yang bergetar.
Hancur sudah hati Arini, 10 tahun pernikahannya harus ter nodai dengan pengkhianatan. Berharap tidak, tapi itulah kenyataannya. Selama setahun sikap Adipura berbeda, ia sering pulang malam bahkan mengabaikannya. Dan malam ini ketika hujan turun derasnya Adipura pergi begitu saja tanpa pamit. Arini hanya pergi sebentar untuk mengambil air wudhu, saat kembali ke kamar wanita itu tidak melihat si pria yang tertidur di atas ranjang. Namun, suara mesin mobil yang terdengar membuat Arini yakin jika itu suaminya.
Benar saja, ketika dilihat Adipura pergi meninggalkan rumahnya. Mau ke mana lelaki itu? Hal sepenting apakah yang membuat Adipura harus pergi di waktu saat hujan.
"Arini tidak tahu, kan kamu ke sini?" tanya Mayang mencemaskan menantunya itu. Bagaimanapun mereka belum memberitahu Arini.
"Tidak Mah, Arini sedang tidur, aku akan pulang sebelum subuh," jawab Adipura.
"Yang penting Arini tidak curiga," ujar Mayang.
"Sampai kapan Mah, sampai kapan kita merahasiakannya? Aku tidak mau Arini tahu dari orang lain." Adipura takut jika Arini akan marah nanti. Namun, Arini sudah mulai curiga.
"Jangan dulu sekarang, Amira baru saja melahirkan, jangan sampai Amira mengalami stress itu tidak baik untuk kesehatannya sekarang. Wanita yang baru melahirkan akan mudah tersinggung hatinya, bagaimana jika Arini tidak terima, itu akan membuat masalah." Yang Mayang pikirkan hanyalah Amira.
Buku lain oleh Dinira
Selebihnya