Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bisakah Untuk Tidak Memilih

Bisakah Untuk Tidak Memilih

Rerez Samaila

5.0
Komentar
267
Penayangan
19
Bab

Hidup tidak pernah berjalan sesuai dengan rencana kita dibalik itu semua sangat banyak pilihan yang berikan kepada kita. Jalan yang kita ambil menurut kita mungkin bagus tapi semua pilihan pasti ada kosekuensinya. Kita sebagai manusia yang berakal harus pandai melihat pilihan dan situasi ke depannya. Apakah kita mau memilih dari salah satu pilihan yang diberikan ditambah dengan konsekuensinya masing-masing? Bisa saja kita tidak memilih apapun, berjalan mengikuti arah angin tapi tetap saja itu punya konsekuensi tersendiri. Pikirkanlah itu semua, jangan menyesal karena telah salah menjatuhkan pilihan.

Bab 1 Come Back Home

Hidup tidak bisa dijalani sesuai dengan keinginan kita. Semua ada pilihan-pilihannya dan setiap pilihan itu pasti ada konsekuensinya. Kita yang menjalani hidup itu harus bisa memilih yang terbaik. Apakah kita mau memilih dari salah satu pilihan yang diberikan dengan konsekuensinya masing-masing? Atau kita bisa saja tidak memilih namun pasti akan tetap ada konsekuensinya? Pikirkanlah itu semua, jangan menyesal karena telah salah menjatuhkan pilihan ....

***

"Chel, sudah sampai?" ucap seseorang dari telepon yang digenggam gadis manis itu.

"Aku lagi nungguin barang di bagasi Yadi, nanti kalau aku duluan yang sampai di ruang tunggu pasti aku telpon kamu." Gadis itu terlihat agak repot dengan koper dan ransel yang dia gendong serta HP yang memenuhi tangannya.

"Oke deh." Lelaki itu mematikan hpnya dan langsung melesat menuju tempat di mana dia dan gadis itu sudah berjanji untuk bertemu.

Dengan setengah berlari, lelaki itu mendapati gadis manis itu yang ternyata sudah sampai di ruang tunggu duluan, "Sorry Chel, aku tadi bingung jalan masuk ruang tunggunya yang mana makanya agak lama nyampe sini," ujar lelaki itu ngos-ngosan.

"Ya ampun sampai ngos-ngosan gitu, nggak apa-apa kok, Yadi. Eh kita langsung pulang aja yah, nggak usah singgah-singgah lagi, aku capek banget nih." Gadis itu masih mengulas senyum manis walau sangat terlihat kalau dia sudah sangat lelah.

"Oke deh tuan putri," balas lelaki itu lalu membantu gadis itu membawa barangnya ke mobil.

***

Setelah agak lama di perjalanan gara-gara macet, mereka berdua pun sampai di rumah besar yang terlihat mewah tapi tampaknya tidak ada siapa-siapa di rumah itu. "Papa sama mama aku belum pulang dari kerja yah, Yadi?! Nggak sadar apa mereka kalau anaknya pulang hari ini, masih kerjaan aja yang diurusin!" Rachel memasang wajah masam.

"Masuk ajalah dulu Chel, nanti di dalam baru ngobrolnya biar enakan," jawab Yadi cuek, dia terus berjalan masuk ke rumah itu dengan membawa seluruh barang-barang Rachel. Rachel masih dengan mode ngambek tetap mengikuti Yadi berjalan masuk ke rumahnya.

Terlihat dalam rumah itu sangat gelap, "Yadi nyalain lampunya dong, gelap banget ini nggak bisa lihat apa-apa!" teriak Rachel. Sayangnya nihil, tak ada satu pun balasan dari Yadi atau lampu yang menyala terang, 'Yadi mana sih?!' batinya.

Tiba-tiba lampu menyala, "SUPRAISE!!! Selamat datang Rachel ... kami semua kangen sama kamu!!!" teriak sahabat-sahabatnya dan langsung memeluk gadis manis itu.

Rachel membalas pelukan sahabatnya itu dengan perasaan senang, dia tidak menyangka kalau sahabat-sahabatnya bakalan menyambut kepulangannya, "Thank you, ya ampun ... aku juga kangen banget loh sama kalian. Aku pikir bakalan cuma Yadi aja yang nyambutin aku pulang bahkan aku nggak mikir kalau mama sama papa bakalan sempatin waktu kasih kejutan buat aku." Rachel melayangkan pandangannya kepada orang tua dan sahabat-sahabatnya itu, sudah berapa lama dia tidak bertemu dengan mereka bahkan hal itu hampir membuat Rachel meneteskan air matanya.

"Kita nggak bakalan mungkin biarin kamu pulang ke rumah sendirian tanpa ada sambutan dari kita kan, sayang. Makanya mama sengaja nyuruh Yadi buat jemput kamu dengan alasan sibuk supaya mama bisa bantu teman-teman kamu untuk nyiapin pesta penyambutan kamu." Mama Rachel langsung memeluk anaknya haru begitu juga dengan papanya, sudah berapa lama mereka tidak tinggal dalam satu rumah dan membuat papa dan mamanya harus pulang balik untuk menemuinya. Rachel juga tidak kuasa untuk menahan air matanya, jujur dia sangat rindu dengan orang tuanya walau mereka sering pulang balik untuk menemui Rachel tapi tidak akan sama seperti Rachel tinggal bersama mereka.

"Sekarang Chel, kamu bersih-bersih dulu sama ganti baju terus ikut makan yah. Aku dah siapin makanan kesukaaan kamu di halaman belakang," ujar salah satu sahabatnya yang bernama Liora.

"Emang Liora deh sahabat aku yang paling jago masak, makasih yah, Liora. Semuanya aku tinggal dulu yah bentar, nanti langsung aku nyusulin ke halaman belakang kok." Rachel segera menuju kamarnya yang sudah sangat lama dia tinggalkan sementara yang lainnya berjalan ke halaman belakang rumah Rachel.

Rachel memasuki kamarnya, tidak ada yang berubah, semua tampak sama seperti terakhir dia meninggalkan kamar itu. Papa dan mamanya sangat mencintainya dan dia yakin kalau mereka sebenarnya berat melepaskan Rachel yang tiba-tiba memutuskan pergi waktu itu karenanya mereka tidak mengubah tatanan kamar Rachel agar mereka masih merasa Rachel selalu ada dekat mereka.

Rachel anak tunggal keluarga itu tapi Rachel sangat merasa kalau orang tuanya tidak pernah memanjakannya. Segala sesuatu yang Rachel inginkan harus diputuskan dengan dibicarakan dulu oleh semua anggota keluarga. Seperti keputusannya yang ingin meninggalkan rumah waktu, dia yakin kalau orang tuanya merasa konyol dengan alasan Rachel untuk pergi tapi melihat Rachel yang sepertinya memang membutuhkan suasana baru, akhirnya mereka sepakat merelakan Rachel berjauhan dari mereka selama tiga tahun lebih.

Rachel membuka kotak berdebu yang selalu dia simpan di laci paling bawah lemarinya, setidaknya itu adalah salah satu tempat yang tidak akan dibuka sama sekali oleh mamanya. Beberapa mainan anak-anak, aksesoris anak-anak serta foto-foto kenangannya bersama sahabatnya selalu dia simpan di kotak itu. Tidak ada yang berubah dari semua sahabat-sahabatnya, tidak ada yang berubah kecuali satu. Ada yang menghilang, memutuskan pergi tanpa berkata apapun dan membuat Rachel juga harus memutuskan untuk pergi menjauh.

***

Setelah makan, Rachel lalu berjalan membawa minumannya dan duduk di bawah pohon rindang di belakang rumahnya. Dia termenung sambil memandang rumah besar yang berada pas di samping rumahnya. Dia tak sadar bahwa ada Yadi, cowok yang tadi menjemputnya di bandara, mendatanginya, "Chel, Rachel ... Rachel!!!" teriak Yadi sambil melambai-lambaikan kelima jari tangannya di depan muka Rachel yang sedang termenung.

"Eh, iya Yadi, kenapa?" tanyanya bingung.

"Masih kangen yah sama dia?" Yadi ikut memandang rumah besar yang tadi juga dipandang oleh Rachel.

Rachel menunduk, wajahnya berubah sendu, "Iya tapi aku harus melupakan dia, kan? Aku nggak tau dia di mana tapi di manapun dia, aku tau kalau dia lebih bahagia di sana dibandingkan di sini bersama kita." Rachel menarik napas dalam, berusaha menenangkan dirinya.

"Aku yakin dia sebenarnya tidak bermaksud seperti itu, dia pasti punya alasan kenapa tiba-tiba berjalan pergi dari kita. Mau alasannya masuk akal atau tidak tapi Chel, aku mau kamu kembali ke sifat ceria kamu yang dulu sebelum dia pergi. Aku sama anak-anak sangat khawatir saat kamu memutuskan untuk pergi juga dan sebenarnya kita tidak ingin kamu pergi tapi kita yakin kalau itu bisa membuat kamu tenang dan kembali seperti dulu lagi, aku rindu Rachel yang dulu." Yadi mengacak-acak rambut Rachel sambil mengulas senyum, menenangkan hati sahabatnya ini adalah prioritas utama Yadi sekarang.

Rachel tersenyum memandang Yadi, sahabatnya dari kecil ini selalu menjadi orang yang paling sabar untuk menenangkan dan menghibur dia saat sedih. Salah satu sahabatnya yang sudah tiga tahun dia tinggalkan ke Jogja untuk menenangkan diri tapi tidak pernah berubah dari sejak itu. Yadi selalu menelponnya, menanyakan keadaannya bahkan tidak segan-segan ke Jogja kalau Rachel sedang sakit, sedang sedih atau saat Yadi sedang banyak waktu senggang. Sebenarnya sahabat-sahabatnya yang lain juga seperti itu tapi Yadi yang paling sering menanyakan keadaannya. Sebenarnya Rachel menyematkan nama Guardian Angel buat Yadi tanpa Yadi ketahui karena Rachel betul-betul merasa dijaga oleh Yadi, Rachel bahkan tidak peduli entah Yadi suka apa tidak dengan nama itu.

"Tapi Chel, jangan pernah benci sama dia, dia masih tetap sahabat kita dan kita akan berusaha memahami apa sebab dia pergi. Anak-anak yang lain juga selalu kangen kok sama dia dan selalu berharap kalau suatu hari dia memutuskan buat kembali ke kita. Udahlah kita nggak usah bahas itu lagi, kamu udah siap kan buat masuk kampus bareng-bareng kita." Lihatlah, Yadi mempunyai hati seperti malaikat bukan? Sejahat apapun sahabatnya, meninggalkannnya tanpa alasan apapun bahkan tanpa salam apapun tapi dia akan terus berusaha mengerti semuanya.

Rachel mengulas senyum lebar, "Iya, aku mau rasain ngampus bareng kalian."

"Woi berduaan mulu, ayo sini, tiramisu bikinan Liora udah jadi ini!" teriak salah satu sahabat mereka, Jovan.

Yadi berdiri dan mengulurkan tangannya ke Rachel, "Ayo, kita isi perut dulu sebelum menghadapi hari-hari selanjutnya." Rachel tersenyum dan membalas uluran tangan Yadi, mereka kemudian berlari menuju sahabat-sahabatnya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rerez Samaila

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku