Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
134
Penayangan
37
Bab

Tentang seorang gadis yang ternyata adalah seorang mafia diberikan misi disebuah tempat dan harus berbaur dengan warga tempat baru itu. Dia bertemu dengan orang-orang yang dijadikan sebagai keluarganya selama dia tinggal di tempat itu. Hal ini dipermaksudkan agak keadaannya lebih mudah untuk melakukan misi tanpa di ketahui warga desa tersebut. Siapa sangka keadaannya malah tambah runyam dengan masuknya orang-orang baru yang menyadari identitasnya. Apakah dia akan berhasil menyelesaikan misinya dan bisakah dia tetap menyembunyikan identitasnya sebagai mafia?

Bab 1 Suasana Baru

"Julia, kamu sudah sampai di stasiun?" Terdengar suara samar laki-laki dari telepon genggam milik gadis cantik yang baru saja turun dari kereta yang ditumpanginya.

"Iya." Singkat, padat dan jelas, begitulah sikap dingin yang ditunjukkan oleh gadis bernama Julia itu.

Laki-laki di seberang telepon itu menghembus napas lelah, "Julia, kita sudah bicarakan ini kan dan kamu sudah setuju kalau akan mengikuti misi ini dengan cara seperti yang sudah kita bicarakan. Kalau kamu terus bad mood seperti ini bisa-bisa kamu tidak akan fokus dalam menjalankan misi."

"Udahlah Theo, kita kan sudah lama bekerja sama dan kamu tahu kan kalau saya sikapnya seperti ini. Saya menerima semua rencana kalian semasih itu masuk di dalam akal saya tapi saya tidak mungkin bisa merubah mood saya yang sebenarnya masih kurang setuju. Biarkan saja saya seperti ini dulu, nanti juga bakalan membaik sendiri." Masih dengan wajah jutek, Julia mengangkat ransel besarnya melewati orang banyak yang mengerumuni stasiun kereta itu.

"Bukan begitu Julia, rumah yang akan kamu tempati itu adalah rumah orang biasa dan mereka hanya tahu kalau kamu salah satu anggota keluarga mereka yang polos dan ramah. Kalau memberikan kesan dingin seperti itu kepada orang rumah di sana pasti mereka akan curiga." Theo kembali menjelaskan dengan sangat hati-hati karena mood gadis yang dia telepon ini sedang tidak bagus, bisa-bisa dia memutuskan untuk kembali ke tempat asalnya bahkan sebelum misi mereka dimulai.

Julia terhenti sebentar, memeriksa keadaan sekeliling lalu kembali berjalan kembali, "Mereka memang keluargaku kan?" sambung Julia lagi.

"Yah ... secara harafiah memang seperti itu tapi tolonglah menjadi seperti gadis polos dan ramah karena itu bisa membuat kamu lebih tersamarkan dari musuh-musuh kita. Oh iya satu lagi, tidak usah terlihat seolah-olah kamu diikuti oleh seseorang karena mereka pasti akan lebih curiga!" ucapan Theo membuat Julia heran dari mana Theo tahu kalau dia tadi sedang melakukan hal itu?

"Sudahlah, aku sudah di depan stasiun, mana yang katanya akan menjemputku?" Julia sudah malas mendengar kicauan Theo.

Insting Julia yang terlatih sudah sangat kuat dengan sigap dia langsung berbalik saat seseorang mendekatinya, "Mbak Julia Hanessa?" Julia hanya membalas dengan anggukan. "Saya supir yang disuruh pak Theo untuk menjemput mbak Julia."

Julia merenggangkan otot-ototnya, mode siaga adalah salah satu kunci penting dalam hidup Julia selama dia berkecimpung dalam dunianya ini, "Ini tas saya." Mode dinginnya kembali, dia mematikan telepon Theo secara sepihak, memberikan tasnya ke supir itu kemudian masuk ke dalam mobil.

Lalu kemudian anda berpikir Julia akan langsung percaya kalau supir itu adalah benar suruhan Theo? Bahkan jika dia adalah benar adalah supir yang disuruh oleh Theo, Julia tidak akan pernah percaya dengannya. Buktinya saat ini Julia lah yang mengendarai mobil itu sementara sang supir dengan terpaksa duduk di kursi penumpang karena tatapan menakutkan dari seorang Julia Hanessa.

***

Sesuai dengan petunjuk jalan dari supir di samping Julia, mereka memasuki sebuah rumah yang terlihat kuno dengan pekarangan rumah yang luas dan ditumbuhi banyak bunga. Julia memarkirkan mobilnya dengan baik lalu segera turun sementara sang supir segera mengambil tas Julia. Rumah itu terlihat sangat asri juga udara di sekitar rumah itu dingin mungkin karena banyak pohon dan bunga yang tumbuh.

"Saya tunggu di sini, kamu masuk dulu panggilkan orang rumah atau orang yang berkomunikasi dengan pak Theo," Julia mengambil tasnya dari tangan supir itu kemudian supir itu dengan cekatan langsung masuk ke rumah itu.

Tak berapa keluarlah seorang wanita yang Julia tebak mungkin usianya sekitaran 40-45 tahun, "Akhirnya tamu yang ditunggu datang juga, selamat datang Julia." Wanita itu langsung memeluk Julia erat. "Bagaimana perjalanannya? Pasti kamu capek banget yah." basa-basi wanita itu.

"Lumayan, bu." Wajah Julia berubah ramah tapi tetap saja jawabannya masih singkat. Agak tersiksa sebenarnya buat dia yang tidak biasa ramah tapi harus merubah kepribadian karena dia harus menjalankan misi.

"Kalau gitu kita masuk yuk, ibu sudah masakin makanan yang enak buat kamu setelah itu kamu bisa langsung istirahat." Mereka berdua berjalan masuk ke rumah itu.

Seperti yang terlihat dari luar memang rumah itu tidak terlalu luas tapi tertata dengan sangat rapi dan bersih, sepertinya ibu ini sangat telaten dalam mengurus rumah. Akhirnya mereka sampai di meja makan dan sudah terhidang banyak makanan rumahan yang mengundang selera makan Julia. "Tunggu yah ibu tinggal dulu, Julia duduk di sini kita makan dulu." Wanita itu berjalan masuk ke dalam pintu dekat dapur.

Julia tengah sibuk dengan membalas beberapa chat yang masuk ke hp nya ketika wanita itu kembali lagi kali ini dengan membawa seorang laki-laki yang umurnya sekitar sepantaran dengan Julia, "Julia, kenalkan ini juga salah satu penghuni rumah ini," tawa wanita itu.

"Oh iya, perkenalkan saya Julia Hanessa, panggil aja Julia." Julia menyodorkan tangannya ke laki-laki itu.

Laki-laki itu membalas menggenggam tangan Julia dengan agak malas membuat Julia agak sebal, "Saya Yuwana Panji Tejamurti, panggil aja Yuwana," singkat tapi meninggalkan kejengkelan di benak Julia karena sikap dingin lelaki itu, tau begitu sekalian saja Julia tidak usah berpura-pura ramah untuk lelaki menjengkelkan di depannya ini.

Setelah selesai makan, Julia memutuskan mengepak barangnya di kamar yang ditunjukkan oleh yang punya rumah. Sayangnya Julia lupa membeli persediaan makanan ringan untuk di kamarnya, sudah menjadi kebiasaan Julia setiap dia bekerja harus ditemani cemilan. Akhirnya Julia memutuskan keluar rumah, kebetulan dia ingat melewati market kecil ketika menuju rumah itu.

"Loh, Julia mau ke mana?" tanya ibu yang berpapasan dengan Julia.

"Saya mau ke market depan bu, mau beli sesuatu," senyum Julia walau sebenarnya dia tidak ingin siapapun bertemu dia saat itu.

"Oh kalau gitu ditemani Yuwana saja yah, Yuwana ... " Tanpa persetujuan dari Julia, ibu itu langsung memanggil Yuwana.

"Nggak usah bu, saya bisa sendiri kok." Julia berusaha menolak seramah mungkin walau hati sudah emosi.

"Ada apa, bu?" Yuwana ternyata sudah muncul di hadapan mereka.

"Nggak apa-apa nak Julia, ini sudah mau Maghrib dan Julia baru di sini jadi biar Yuwana temani. Yuwana, tolong temani Julia ke market depan yah."

"Oh, ya udah, ayo." Yuwana langsung meninggalkan Julia.

Dengan agak kesal, Julia ngikut saja di belakang Yuwana, "Pergi dulu, bu," senyum, itu terus yang Julia tanamkan di kepalanya walau sesebal itu ke Yuwana.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rerez Samaila

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku