Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Hari ini kedua kalinya Dania merasa dunianya sungguh hancur. Bagaimana tidak, setelah kepergian kedua orang tuanya dalam kecelakaan yang membuatnya harus tinggal di panti asuhan yang tak jauh dari rumahnya, kini Dia harus merasakan hancur hatinya sekali lagi.
Mas Fathur calon imamnya meninggal dalam sebuah kecelakaan tunggal, tiga hari sebelum akad nikah digelar.
Semua rencana dan persiapan sudah selesai semua, namun semuanya terpaksa harus dibatalkan begitu saja. Pernikahan impiannya kini pupus sudah.
Beberapa hari Dania mengurung diri dan sesekali menangis dikamarnya. Bu deh sekaligus pemilik panti asuhan tempat Dania tinggal selama ini, selalu mencoba menenangkan hatinya namun Dania terus menyalahkan dirinya yang tak pernah beruntung dalam kehidupannya. Bahkan sebulan sebelum pernikahan yang sudah direncanakan, Dania harus rela dipecat diperusahaan tempat Dia bekerja.
Malam ini Bu deh mencoba mengajak Dania bicara, beliau menyuruhnya untuk berjualan diruko milik Bu deh yang kemaren baru saja ditinggalkan oleh orang yang mengontrak selama ini.
Bu deh memang sengaja menyuruh Dania untuk berjualan di ruko kecil itu agar Dia bisa melupakan masalah yang dihadapinya saat ini.
Dania menangis mendengar wejangan dari Bu deh. Setelah perdebatan panjang akhirnya Dania menyetujuinya. Bu deh mengambilkan beberapa uang untuk modal Dania berjualan. Beliau menyarankan agar untuk sementara Dania berjualan jus dan salad buah, karena lebih simpel dan peralatannya sudah ada semuanya.
Air matanya terus menetes, Dania mencoba kuat didepan Bu dehnya. Namun disaat Bu deh pergi Dania menangis terisak-isak.
Tuhan mengapa Aku tak pernah beruntung
Masih adakah sisa keajaiban untukku
Aku sudah lelah, tak tahu harus bagaimana
Jiwaku terasa tak kuat lagi untuk bangkit
Kisahku telah pergi sebelum ku tulis.........
Dania menutup wajahnya dengan bantal agar suara tangisannya tak terdengar.
Malam semakin larut, Dania masih tak bisa untuk memejamkan matanya. Hingga kumandang adzan terdengar dan meluluhkan hatinya.
Dania bangun dan bergegas mengambil wudhu, Dia segera berangkat sholat di mushola di depan Panti.
Setelah sholat Dania ingin melanjutkan tidur namun tiba-tiba Bu deh datang dan menyuruhnya untuk pergi ke pasar membeli bahan-bahan untuk persiapan jualan.
Meskipun berat namun Dania tetap mengikuti wejangan dari Bu dehnya karena dia memang sudah pasrah dengan hidupnya yang tak berarti.
Perlahan Dia mulai berjalan menuju ke pasar dengan wajah yang kusut akibat terlalu banyak menangis.
Setelah selesai belanja Dania langsung menuju ke ruko milik Bu dehnya. Dia menatap langit-langit rukonya yang banyak sekali debu yang menempel.
Dania menghela nafas panjang dan mulai membersihkan seluruh ruko itu. Dania juga membeli beberapa cat tembok. Dia ingin melukis semua dinding diruko itu. Dia memang hobi sekali melukis, namun hari ini dia memutuskan untuk membersihkan rukonya saja, agar Dia sekalian bisa tinggal disana.
Malam ini pertama kalinya Dania tidur di Ruko. Beruntung beberapa anak Panti mau menemaninya tidur diruko. Setelah sebagian anak tertidur, Dania menyiapkan beberapa buah untuk dicuci dan ditata dietalase. Besok pagi adalah pembukaan kedai jus dan salad buah. Dania sudah tak sabar untuk menjalani hari esok.
Setelah adzan subuh berkumandang, Dania lekas sholat berjamaah bersama anak-anak panti karena setelah ini Bu deh akan menjemput karena mereka harus bersekolah.
Saat matahari mulai bersinar, Dania mulai membuka kedai jus dan salad buah di depan rukonya.
"Bismillahirrahmanirrahim, semoga ada rejekiku disini", ucap Dania saat mulai membuka rukonya.
Beberapa jam berlalu, Dania masih juga belum mendapatkan satupun pembeli. Dia merasa mulai bosan dengan rutinitasnya hari ini.
Dania malah semakin ingat dengan calon suaminya yang sudah meninggal. Rasa sepi membuat Air matanya menetes dengan sendirinya.
"Beli...... mbak.... beli," ucap seorang pembeli pertamanya.
Dania mulai menghapus air matanya saat seorang pembeli datang ke warungnya. Dia tersenyum manis kepada seorang pembeli. Dia mulai menyiapkan pesanan dari seorang pembeli dan mempersilahkannya untuk duduk.
Suasana hatinya mulai berubah ketika kedai jusnya mulai rame pembeli.
Hingga malam hari kedai jus dan salad buah Dania laris terjual. Dania menghela nafas panjang dan tersenyum karena buahnya sudah hampir habis hari ini.
Jam dinding sudah menunjukkan jam delapan malam, Dania memutuskan untuk menutup kedainya. Perlahan dia menutup pintu rolling door samping, namun ketika pintu mulai tertutup separuh, dia sungguh kaget ketika seorang pria tiba-tiba masuk dengan menggelindingkan tubuhnya yang penuh luka.
"Ahhhhhh...... siapa kamu," teriak Dania.
Pria itu menaruh telunjuk tangannya di mulutnya, seakan memberi tahu Dania agar dia bisa diam.