/0/26438/coverorgin.jpg?v=a62374ef56376f88395da900a2247285&imageMogr2/format/webp)
Part 1
"Dasar mandul!"
Alice hanya menahan tangisnya, manakala mendengar ucapan Mariam, sang ibu mertua barusan.
Matanya menatap ke arah Barana, suaminya. Seolah memohon bantuan dan juga pembelaan atas semua cacian dari sang ibu mertua.
Tetapi Alice malah mendapatkan kekecewaan, manakala melihat Barana tidak bereaksi sedikit pun atas ucapan yang dilontarkan oleh Mariam.
"Orang lain mungkin sudah punya anak dua, mengingat usia pernikahan kalian sudah tujuh tahun. Lah ini, satu orang anak pun belum juga dapat kamu berikan kepada kami." Mariam menatap sinis ke arah Alice.
Wanita paruh baya itu memainkan wajahnya, menahan emosi manakala menatap wajah Alice yang terlihat datar, meski menahan air mata.
"Coba kau tengok mantan kekasihmu itu, Bar! Sudah punya anak tiga dia, lucu dan tampan anaknya. Andaikan kau jadi menikah dengannya, takkan malu aku melihat rumah tangga kalian ini." Wanita paruh baya itu pun berdiri dan masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Alice dan juga putranya yang sejak tadi duduk terdiam.
"Kita pulang yuk, Mas. Aku sangat lelah." Alice berkata dengan nada lirih dan menahan tangis agar tidak tumpah di rumah itu.
Rumah yang seharusnya menjadi tempatnya berlindung dan nyaman untuk dia kunjungi itu, malah membuat dirinya merasa bagaikan di neraka setiap kali berkunjung ke sana.
Barana tidak menjawab, namun ia langsung berdiri dan melangkah menuju kamar sang ibu. Tampak terdengar ia tengah berpamitan kepada Mariam, yang enggan untuk keluar menemui Alice.
"Sudah kubilang, aku tidak ingin sering-sering ke rumah ibu." Alice berbicara dengan nada sedikit tercekat, saat keduanya telah berada di dalam mobil.
Barana hanya terdiam, ia tetap fokus membawa kendaraannya melintas di jalanan ibu kota yang cukup lengang. Berulang kali ia menoleh ke arah Alice, namun kembali lagi menatap ke arah depan.
"Apa tidak lelah, ibumu mencaciku sejak dulu, Mas? Apa hanya itu yang ada dalam benak ibu, dalam melihat diriku? Kesempurnaan seorang wanita yang hanya terlihat dari posisinya memberikan seorang keturunan." Alice kembali berucap. Kali ini air matanya sudah membanjiri kedua pipinya yang halus mulus.
"Padahal, kehamilan itu bisa terjadi karena kedua belah pihak. Akan tetapi, mengapa hanya perempuan yang di salahkan, manakala tidak dapat memiliki seorang anak." Suara Alice kembali terdengar. Kali ini suara lembut itu kembali mulai terdengar parau.
Barana segera menoleh, manakala mendengar ucapan Alice barusan. Kedua bola matanya langsung membulat kemudian berkata, "Maksudmu apa bicara seperti itu? Kamu menuduh aku yang mandul gitu? Tidak hanya dirimu saja yang mandul? Enak saja! Jangan bicara sembarangan kamu. Tidak ada dalam sejarah keluarga besarku mandul!"
Alice menatap wajah Barana dengan tersentak. Wajahnya memanas, dan membuat kedua netranya kembali mengeluarkan air mata.
"Jawab Alice! Kamu pasti berpikir jika aku yang mandul. Begitukan?!"
"Aku tidak bermaksud seperti itu, Mas. Tapi maksudku, cobalah periksakan dirimu juga ke dokter. Jadi kita tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bisa langsung diberikan solusinya." Alice menatap wajah suaminya dengan sendu. Ia tak ingin menyakiti perasaan orang yang sangat dicintainya tersebut.
"Aaah! Apa bedanya? Tetap saja itu berarti kau menuduhku yang mandul. Makanya menyuruhku untuk berobat ke dokter kandungan. Jangan kau limpahkan kekuranganmu, dengan menyuruhku ke sana! Pikirkan saja bagaimana caranya agar kau bisa hamil!" Dengan penuh emosi Barana pun segera membawa kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Hingga akhirnya ia tersadar setelah beberapa kali hendak menabrak pengguna lain.
**
Selalu seperti itu. Barana akan meluapkan kemarahannya, jika Alice mengajaknya untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan.
Kebetulan sahabat kuliah Alice merupakan seorang dokter. Meskipun hanya seorang dokter umum, namun sahabatnya itu memiliki rekomendasi program bayi tabung bagi keduanya.
Alice pun antusias manakala mendengar semua saran sahabatnya tersebut. Ia pun sejak saat itu mulai menabungkan sebagian penghasilannya, agar dapat melakukan program bayi tabung.
Sayangnya, setiap ia mengajak Barana untuk pergi ke dokter bersama-sama, pria itu malah menolaknya. Bahkan tak jarang marah-marah, karena tidak terima dituduh mandul.
Pernah suatu hari Alice memaksanya untuk menemani ke dokter kandungan.Hal itu merupakan jalan satu-satunya, agar dapat membawa Barana ke dokter kandungan.
Akan tetapi saat itu juga Barana marah besar. Ia tidak pulang ke rumah selama beberapa hari dan pulang ke rumah Mariam. Hingga akhirnya ia mendatangi rumah mertuanya dan meminta maaf.
Semenjak itu, Alice tak lagi meminta Barana ke dokter kandungan. Meski hanya untuk menemani dirinya memeriksakan kandungannya.
/0/13459/coverorgin.jpg?v=20250123145248&imageMogr2/format/webp)
/0/2882/coverorgin.jpg?v=c5168fb598c325be28414762385afce8&imageMogr2/format/webp)
/0/2164/coverorgin.jpg?v=4609f02bc0d1db4396142e2ddfdff2cd&imageMogr2/format/webp)
/0/6504/coverorgin.jpg?v=6b26a02825b31a42353a2e9fe89b2bbf&imageMogr2/format/webp)
/0/3557/coverorgin.jpg?v=a7b0ee68594e276ca163d282ddad4edc&imageMogr2/format/webp)
/0/6707/coverorgin.jpg?v=51488038aaafd71b32bcc6bbb7b39e71&imageMogr2/format/webp)
/0/15585/coverorgin.jpg?v=9a55967727cd1efd0df1c696a1a4941a&imageMogr2/format/webp)
/0/19539/coverorgin.jpg?v=8129e08c5be673a953fc32d0071ef17d&imageMogr2/format/webp)
/0/14181/coverorgin.jpg?v=3bbe7c7150d37d99a6072d3d27f6e6d9&imageMogr2/format/webp)
/0/20681/coverorgin.jpg?v=20250124101213&imageMogr2/format/webp)
/0/21855/coverorgin.jpg?v=71cf6c767aef245e27f65ecdbb5c9d45&imageMogr2/format/webp)
/0/23807/coverorgin.jpg?v=17d4007b3cb3940dfcc99af9d009ba84&imageMogr2/format/webp)
/0/17345/coverorgin.jpg?v=9169bfb21233e800c546f4975ec22ff8&imageMogr2/format/webp)
/0/5718/coverorgin.jpg?v=8a810f1f6341293bfe26070b3b2d6fbc&imageMogr2/format/webp)
/0/5264/coverorgin.jpg?v=ded38beacf5dcacf3677a2c3dc63e6a8&imageMogr2/format/webp)
/0/3138/coverorgin.jpg?v=1a4b687a9eba8dbc8bcae1a6d8d3aa0e&imageMogr2/format/webp)
/0/22169/coverorgin.jpg?v=203653b35ca3e02173de51098c3f79bc&imageMogr2/format/webp)
/0/23719/coverorgin.jpg?v=20250526182731&imageMogr2/format/webp)