"Pacarku memang dekat, lima langkah dari rumah." Allana mendengus kesal saat lagu Pacar Lima Langkah yang dinyanyikan oleh lceu Wong itu ternyata masih ada di dalam playlist Spotify-nya. la benar-benar lupa, belum menghapus lagu legendaris itu dari playlist-nya. Lagu yang pernah terdengar begitu manis itu, membuat Allana teringat akan kisahnya dulu dengan si Mantan Suami. Kisah yang kini hanya bisa ia sesali. Allana bersumpah akan mencari sampo yang ia dapatkan pada periode flash sale itu nanti, di kamar mandi Marchell. Bulan lalu saja hand body favoritnya yang dihemat setengah mati, ia temukan di sudut kamar Marchell. Allana menghela napas panjang. Kapan Marchell akan berhenti seenaknya menggunakan barang-barangnya? Toh mereka bukan lagi suami istri. Pasca bercerai, tentu saja ia semakin sibuk mencari rezeki. Memangnya apa yang bisa diharapkan dari pria seperti Marchell? Demi secepatnya bercerai dari Marchell, Allana memutuskan tidak terlalu mempermasalahkan harta gono-gini, asalkan hak asuh anak jatuh ke tangannya. Lagi pula, harta yang mereka miliki setelah menikah tidak begitu banyak. Hanya boks bayi, stroller, dan beberapa perlengkapan bayi lainnya. Marchell juga tidak menuntut pembagian uang tabungan yang memang sebagian besar berasal dari hasil kerjanya. Proses perceraian mereka berjalan sangat lancar meskipun hakim berkali-kali menawarkan mediasi. "Ibu Allana yakin bercerai? Suami anda good looking, baik, tidak KDRT, dan tidak selingkuh. Hanya belum beruntung dalam mencari rezeki. Toh anda juga bekerja," tanya Pak Hakim kala itu di pengadilan. "Saya yakin seyakin-yakinnya Pak! Saya sudah tidak tahan hidup bersama dia!" jawab Allana kala itu sambil melirik sengit pada mantan suami yang tampak hanya menghela napas panjang. Setelah melalui proses yang nyaris tanpa hambatan, akhirnya mereka resmi bercerai. Allana pikir, segalanya akan berjalan mudah karena mereka tidak lagi tinggal satu atap. Namun kenyataannya, tidak seperti yang Allana bayangkan karena sang mantan suami memutuskan kembali menempati rumah lamanya, yang hanya berjarak lima langkah dari rumah. Persis di depan rumahnya.
'Wanita mana yang bisa menolak pria seperti Marchell?' Itulah pertanyaan yang ada di benak Allana
Tampan, tubuh tinggi tegap, dan body goals yang proporsional dengan rambut gondrong yang selalu ingin membuat wanita mana saja menyisirinya dengan sepenuh sayang. Ohh...ya jangan lupakan mata coklat yang selalu bersorot macam elang yang siap menerkam mangsanya. Tajam sekaligus menghipnotis.
Walaupun Marchell Stephan bukanlah tipenya, tapi sungguh Allana tidak bisa menolak pesona pria itu. Pria yang sejak pandangan pertama telah mencuri seluruh atensi dan kewarasannya. Pria yang mampu melumpuhkan akal sehatnya dan membuatnya menjadi wanita 'bodoh'.
Namun itu dulu, sekarang tidak lagi. Atau mungkin tidak?
Kisah Allana dan Marchell dimulai ketika kedua orang tuanya membelikan sebuah hunian di kompleks perumahan ini. Kompleks perumahan baru dengan sistem hunian one gate yang menjanjikan untuk berinvestasi. Saat itu papanya berniat untuk mencoba investasi di bidang properti.
Allana tentu saja senang bukan kepalang. Bayangkan saja di usia yang sangat muda, ia sudah bisa memiliki rumah sendiri walau pun pemberian dari orang tuanya. Apalagi jika mengingat harga rumah yang semakin mahal dan ia tidak perlu mencicil, Allana sungguh tidak keberatan dengan rumah pilihan papanya.
Kebahagiaan Allana bertambah seperti orang yang baru saja memenangkan lotre. Siapa sangka, di depan rumahnya tinggal seorang pemuda luar biasa tampan dan berpenampilan menawan, yang rajin menyapa tiap kali mereka berpapasan. Pria dengan sejuta pesona yang sulit untuk diabaikan. Singkat cerita, mereka pun jadi sering mengobrol.
Hari itu, tepatnya tanggal 14 Februari 2020, untuk pertama kalinya Marchell mengiriminya pesan WhatsApp. Bukan, bukan untuk mengucapkan hari Valentine, toh mereka belum terlalu dekat. Pesan singkat yang menjadi awal perasaan Allana pada Marchell.
'Pagi Allana. Maaf gue ganggu waktunya. Mau nanya, sampah di depan rumah lo udah diangkut belum?'
Kalimat singkat yang cukup membawa euphoria pagi itu. Saking kepalang senangnya, Allana menandai tanggal 14 Februari 2020 sebagai hari paling bersejarah dalam hidupnya. Lupakan pria chindo yang menjadi tipikal suami idamannya, karena Pak RT yang kebetulan chindo sudah beristri. Atau oppa-oppa yang bersliweran di drama-drama Korea, karena nyatanya mereka sulit digapai. Pesona Marchell begitu sulit diabaikan begitu saja.
'Pagi Chel. Gak ganggu kok. Belum. Sampah lo udah diangkut? Oh ya dapet nomer gue dari mana?'
Kala itu Allana segera membalas pesan Marchell di WhatsApp dengan senyuman salah tingkah di wajahnya. Padahal, di tempat kerjanya ia terkenal berwajah judes meskipun sudah tersenyum hingga menampakkan lima gigi. Namun senyuman lima giginya itu terasa palsu dan tidak terasa tulus dari hati, begitu kata atasan dan rekan-rekannya di kantor.
'Dari grup WA perumahan, kan ada nomer lo. Oh ya udah kalau belum diangkut. Gue mau buang sampah ke luar kompleks. Sampah lo boleh sekalian gue angkut?'
Tawaran yang sungguh gentleman, membuat hati Allana luluh seketika. Tidak sulit menyukai pria tampan. Namun tetangga tampan, lajang, dan berbaik hati membantu membuangkan tumpukan sampah di depan rumah sungguh suatu hal yang membuat Allana ingin menyerahkan seluruh hatinya saat itu juga.
Allana merasa Marchell begitu berbeda dengan deretan pria lain yang sedang mengantre untuk masuk ke dalam hatinya. Gaya pendekatan Marchell sungguh berbeda dari pria-pria kebanyakan, bukan sekadar menyapa di kolom chat lalu bertanya, 'Hai lagi apa?'. Bukan juga mengirimi makanan via delivery food sambil berpesan 'Semangat kerjanya'. Marchell malah langsung mengangkut tumpukan sampah di depan rumahnya.
Dan setelah hari itu, siapa sangka menyusul chat-chat lainnya. Obrolan lima menit di depan pagar menjadi sepuluh menit. Obrolan sepuluh menit terlalu lama hingga rasanya lebih pantas jika Marchell ditawari duduk di ruang tamu.
Marchell menjelma dari sekadar tetangga tampan nenjadi sosok yang selalu membuat Allana rajin bersenandung, 'Sik asik sik asik kenal dirimu, sik asik sik asik dekat denganmu, terasa di hati berbunga-bunga, setiap bertemu..'
Ternyata hati mereka mengisyaratkan rasa yang sama. Marchell bersikap ramah dan baik tentu saja bukan tanpa maksud, dan Allana menyadari itu.
"All, gue suka sama lo. Gue sayang." Malam itu di teras rumahnya dan diiringi rintik gerimis kecil, Marchell menyatakan perasaannya.
Allana masih ingat betul, hari itu tanggal 14 Maret 2020. Setelah obrolan intens selama satu bulan, Marchell ingin mempertegas rasa di antara mereka. Terlalu tampan dan menawan untuk di tarik ulur dan diabaikan.
Sikap Marchell yang selalu sigap membantu membuang sampah di depan rumahnya, sudah menunjukkan perjuangan pria itu untuk mendapatkan hatinya. Berkat bapak tukang sampah yang selalu molor mengangkut sampah di kompleks, ia dan Marchell bisa menjadi sedekat ini.
Malam itu Allana tersipu sembari tersenyum lebar. "Gu... gue juga suka sama lo Chel," ucapnya pelan, agar tidak kalah lembut dari suara gerimis.
Anggap saja hari itu mereka resmi jadian. Setelah hari itu, Marchell menawarkan mengantar jemput ke kantor dan mereka menjadi lebih dekat dari sebelumnya.
Punya pacar lima langkah dari rumah memanglah menyenangkan. Jika rindu, begitu mudah untuk bertemu. Hanya tinggal membuka pintu pagar dan berjalan lima langkah, Allana sudah sampai pada pujaan hatinya. Punya pacar lima langkah dari rumah juga irit biaya. Tidak perlu uang lebih untuk membeli bensin, dan jadi lebih sering kencan di rumah. Absen nonton di bioskop pun tak apa, toh sudah ada Netflix. Lagi pula apa pun filmnya tidak penting, yang penting nontonnya dengan siapa. Begitu prinsip Allana.
Siapa yang bisa menghentikan dua orang sedang jatuh cinta?
Saat itu Allana begitu dibutakan oleh cinta. la begitu tergila-gila hingga mengesampingkan banyak hal. Jangankan buka hati, Allana kebablasan hingga buka kaki.
Di suatu malam minggu dengan suasana yang sangat mendukung, hujan turun deras menjadikan udara semakin dingin. Allana tenggelam dalam pelukan hangat Marchell. Sama-sama tinggal sendiri di rumah, dan tidak ada yang mengawasi. Malam itu dengan sadar ia menyerahkan seluruh dirinya pada Marchell. Di kamar Marchell, ia menyerahkan kegadisannya dan merasa tidak menyesal sama sekali.
Pengalaman pertama dengan Marchell sungguh berkesan, dan Allana sukarela hanyut dalam pengalaman-pengalaman berikutnya. Awalnya tidak ada yang aneh. Bermesraan seperti itu sudah menjadi suatu kebiasaan hingga di bulan Agustus Allana telat datang bulan. Merasa cemas, ia mencoba untuk membeli test pack.
Hasilnya sungguh di luar dugaan. Dua garis. la positif hamil.
Allana mencoba mengingat-ingat, di bagian mana mereka berdua kecolongan? Lelaki yang begitu lihai di atas ranjang itu selalu pelepasan di luar sehingga Allana yakin tidak akan kecolongan.
Namun kenyataannya, mereka berdua kecolongan. Allana masih ingat, hari itu di toilet kantor dengan tangan gemetaran ia mengirim chat pada Marchell.
'Chel, aku hamil.' Allana mengirim pesan dengan napas tertahan.
'Aku sempet mikir gini sih waktu kamu cerita telat mens. Feeling aku yang waktu itu aku telat cabut. Sayang, i'm sorry kamu jadi hamil :('
'Terus aku harus gimana Chel?' Allana nyaris menangis saat membalas chat dari Marchell.
'Kamu mau anak?'
'Kok kamu nanya gitu?'
'Ya kan kamu pernah bilang, pingin diangkat jadi pegawai tetap biar ga under outsourcing terus. Kan syaratnya ga boleh nikah. Terus kamu pernah bilang pingin kejar karir dan cita-cita kamu biar bisa beli mobil impian kamu dan travelling ke luar negeri.'
'Aku ga bisa mikir Chel. Aku lemes, shock, dan ga tahu mesti gimana.'
'Aku ngikut kamu. Kalau kamu mau anak kita lahir ke dunia, aku akan tanggung jawab. Aku akan nikahin kamu. Aku akan menghadap ke orang tua kamu, aku bakal bawa kamu ke depan orang tua aku juga. Aku akan tanggung jawab All.'
Saat itu juga air mata Allana berjatuhan. Namun senyuman haru mengembang di wajahnya. Dengan cepat, Marchell menenangkan hatinya. Lupakan mobil impian, lupakan travelling ke luar negeri, saat ini Allana hanya ingin membangun rumah tangga bersama Marchell demi janin tidak berdosa yang kini ada di dalam kandungannya.
'Makasih Chel, makasih banyak Sayang. Aku sedikit tenang. Aku mau anak kita lahir ke dunia. Aku mau buah cinta kita ini lahir, lebih dari apa pun. Aku mau anak kita.' Allana membalas chat Marchell dengan air mata haru yang semakin mengucur deras.
'Tunggu. Biar aku lamar kamu dulu. Sayangku, calon istriku, mama dari anakku, will you marry me? Please hidup dan menua bersamaku.'
'YES, I WILL!'
Bab 1 MDR - 1
30/12/2024
Bab 2 MDR - 2
30/12/2024
Bab 3 MDR - 3
30/12/2024
Bab 4 MDR - 4
30/12/2024
Bab 5 MDR - 5
30/12/2024
Bab 6 MDR - 6
30/12/2024
Bab 7 MDR - 7
30/12/2024
Bab 8 MDR - 8
30/12/2024
Bab 9 MDR - 9
30/12/2024
Bab 10 MDR - 10
30/12/2024
Bab 11 MDR - 11
30/12/2024
Bab 12 MDR - 12
30/12/2024
Bab 13 MDR - 13
30/12/2024
Bab 14 MDR - 14
31/12/2024
Buku lain oleh LucioLucas
Selebihnya