Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinderella Pulang Pagi

Cinderella Pulang Pagi

LucioLucas

5.0
Komentar
118
Penayangan
5
Bab

Apa yang kamu lakukan jika tunanganmu meninggalkanmu dan memutuskan untuk menikah dengan wanita lain saat pernikahan kalian sudah dekat? Menangis semalaman karena patah hati atau bermain cantik untuk membalas dendam pada mereka yang melukaimu? Ya, Elaina bukan Cinderella, namun ia kehilangan sebelah sepatunya saat mengacau di pesta pernikahan sang mantan tunangan. Setelah mendapati tunangannya menikah dengan gadis lain, beberapa hari setelah memutuskan hubungan dengannya. Ia dengan diliputi sakit hati dan dendam, berencana mengacaukan pernikahan itu, namun gagal. Elaina bukan Cinderella, namun penderitaan karena sakit hatinya tidak kurang dari penderitaan Cinderella yang ditindas Ibu tirinya. Setelah rencana mengacau itu gagal, ia justru dibawa takdir kepada kisah baru untuk kehidupannya. Dalam keadaan putus asa dan patah hati, Elaina bertemu Alister, pria tampan yang karismatik dan juga berbahaya. Elaina bukan Cinderella, namun siapa sangka, Alister – yang adalah orang terdekat dari mantan tunangannya – justru menjadikannya bak Cinderella. Memberikan warna baru bagi Elaina, sekaligus menjadi medianya untuk membalaskan sakit hatinya pada sang mantan tunangan. Bagaimana kisah ini berakhir?

Bab 1 CPP - 1

Jakarta di penghujung senja. Rona keunguan di ufuk barat telah hilang sempurna tergantikan hitam pekat yang menggelayuti langit. Pukul 19.00, dan suasana di salah satu hotel berbintang lima ini makin hidup, terutama di ballroom mewah yang sedang digunakan oleh salah satu keluarga konglomerat di negara ini.

Elaina menatap hotel di depannya. Orang-orang berlalu-lalang dan berpasangan dengan pakaian terbaik mereka. Senyum manis tersungging di wajah, saling bergandengan dengan pasangan atau anak. Elaina menatap mereka penuh iri dengan hati menggelegak penu kecemburuan karena marah.

Sejenak di dalam taxi yang membawanya ke hotel, ia mengurut pelipisnya. Meneguk Vodka Martini yang sengaja dibawanya, jangan tanyakan bagaimana caranya ia bisa mendapatkan minuman itu dalam jumlah banyak. Jangan tanyakan juga berapa sloki yang telah ia habiskan sebelum sampai di tempat ini, karena minuman beralkohol yang akan membantunya melewati semua ini. Ia butuh keberanian untuk berteriak dan memaki, dan Vodka adalah supportter baik.

Elaina tidak pernah menyangka, kalau ia akan sampai ke tahap ini. Datang ke pesta pernikahan hanya untuk merusaknya. Ia adalah tipe orang yang selalu menghargai orang lain, jadi untuk kali ini tolong pahami bahwa ia benar-benar membutuhkan minuman itu untuk berubah menjadi sosok yang lain. Orang tuanya mendidiknya untuk jadi manusia yang tidak menyakiti manusia Iain. Sayangnya, ia disakiti lebih dulu dan keinginannya hanya satu, membalas dendam.

"Nona, sudah hampir setengah jam kita di sini." Sopir taxi menoleh, bertanya dengan tatapan bingung.

Sejak tadi mereka hanya saling diam tanpa ada obrolan apapun. Penampilan Elaina yang sedikit kacau, dan botol minuman di tangannya, membuat sopir taxi memaklumi kondisi orang yang sedang patah hati. Namun setelah sampai di tujuan dan penumpangnya hanya diam memandang ke arah lobi hotel, akhirnya sopir taxi ini memberanikan diri untuk bertanya.

Elaina meneguk ludah, lalu mengangguk. Menatap argo taxi dan sedikit menghela napas karena banyaknya uang yang harus dikeluarkan. Ia merogoh ke dalam tas kecil yang ia bawa, mengambil uang dan membayar serta menerima kembalian tanpa banyak kata.

Sebelum turun dari taxi ia meneguk sekali lagi dari botolnya, dan keluar dengan sedikit terhuyung. Pandangannya sedikit mengabur dikuasai alkohol, tapi pikirannya masih bekerja dengan baik. Ia menyeret gaun kuning sepanjang sepanjang jalan. Tidak peduli dengan ujungnya yang kotor. Satu tangan memegang gaun, tangan yang lain memegang botol minuman. Tas hitam kecil berayun di bahunya.

Saat menyeberangi jalan depan Iobi, ia hampir tertabuste houderk mobil. Untung saja refleks pengendara sangat bagus. Elaina terhuyung sebentar, sebelum menegakkan diri dan melangkah cepat ke arah lobi. Toleransinya terhadap alkohol memang tidak tinggi tetapi tidak juga bisa dikatakan rendah.

Pengendara mobil yang hampir menabuste houderk Elaina, menatap gadis itu tak berkedip. Rasa kaget masih menguasainya karena gadis itu menyeberang tanpa melihat jalan. Kalau saja refleks-nya tidak bagus, entah apa yang akan terjadi

"Kenapa dia terburu-buru sekali?" Pria dengan kaca mata frameless, bergumam dan menatap arah Iobi. Ia kembali menghidupkan kendaraannya dan berhenti di parkiran valet.

Elaina menyeberangi Iobi, mengantri di depan lift dengan banyak orang Iainnya sambil memandangi marmer lobi. Ia menyerbu masuk saat lift terbuka, membiarkan dirinya terdesak di dalam. Celoteh orang-orang hanya didengar sepintas. Otaknya kini terlalu sibuk dengan pikiran dan rasa sakit hatinya, serta mencoba mempertahankan kesadarannya agar tidak hilang sampai saat pembalasan dendam.

Lift membuka, ia memiringkan tubuh untuk mencari celah jalan keluar di antara banyaknya orang dalam lift itu. Tiba di depan ballroom, ada banyak orang di lorong. Menggunakan undangan yang dipinjam dari seorang teman, ia memasuki ballroom dengan mudah. Berdiri di dekat pintu masuk dan terbelalak.

Di pelaminan yang megah, sepasang pengantin sedang menerima ucapan selamat dari para undangan. Musik mengalun dari orchestra di ujung ruangan. Ia mengenali orang-orang yang ada di pelaminan, pengantin pria, dan orang tuanya.

Ia mengusap dadanya yang sesak, menahan air mata yang hendak jatuh. Membuang botol ke tempat sampah, ia mengusap mata dan mengangkat ujung gaunnya. Melangkah dengan cepat menuju pelaminan. la menyambar kertas Iebar dan mengkilat dari meja prasmanan. Itu adalah brosur catering, meletakkannya di atas kepala untuk menutupi wajah lalu mengantri bersama tamu undangan yang lain.

Satu langkah ke depan, dadanya seperti digedor. Seribu umpatan terekam di dalam dada dan harus ia sembur keluar. Hingga lima antrian lagi di depan MC pernikahan mengajak bicara pasangan pengantin. Para tamu yang ingin bersalaman harus menunggu.

"Wah, bisakah pengantin pria yang berbahagia ini bercerita, sudah lama kalian menjalin hubungan dan bagaimana akhirnya memutuskan untuk menikah?"

Pengantin pria mengambil mikrofon, tersenyum pada istrinya yang bergaun putih dan mulai bicara. "Kami menjalin hubungan kurang lebih enam bulan lalu. Merasa cocok satu sama lain, dan aku melamamya bulan lalu."

Elaina mengepal saat mendengarnya.

"Kisah cinta yang hebat. Apakah kalian langsung klik satu sama Iain dari pertama bertemu?"

Lagi-Iagi si pengantin pria yang menjawab. "Iya, Ivanka adalah satu-satunya wanita dalam hidupku. Tidak pernah ada wanita yang aku cintai, seperti Ivanka."

"BOHOOONG!!!"

Elaina yang sudah tidak sabar menahan geram, keluar dari barisan. Membuang kertas undangan ke samping dan menunjuk pengantin pria dengan marah.

"Fidell, sialan kamu! Berani-beraninya bohong!"

Pengantin pria terperangah, sementara istrinya menatap bingung. "Siapa dia, Sayang?"

"Bukan siapa-siapa," jawab Fidell dengan panik. Berusaha menenangkan istrinya.

Elaina melangkah maju, beberapa orang berusaha menghalangi dan ia tidak peduli. Vodka membuatnya kuat untuk menahan malu, meskipun sakit hatinya menggelegak.

"Terus aja bilang menyangkal. Kita pacaran tiga tahun. Orang tuamu juga kenal akuu!" Elaina menunjuk kedua orang tua disamping Fidell. "Baru dua hari kamu putusin aku secara sepihak, kamu udah nikah! Nama kamu saja yang bagus artinya, 'kesetian'. Tapi cih... tingkahmu sama sekali nggak setia! Bajingan!"

"Fidell!" Sang papa berteriak.

Fidell menggeleng lalu berteriak memanggil para penjaga. Tangannya melambai untuk mengusir Elaina, dan dua pria berusaha memegang tangan Elaina, tapi ditepiskan.

"Wanita gila! Kita udah putus dari lama. Kenapa kamu masih nggak terima?"

"Udah lama? Baru dua hari lalu. 'Buaya Darat' sialan!" Elaina mengambil sepatu dan melemparkannya ke arah Fidell. Meleset, lemparannya mengenai pelaminan dan jatuh di karpet tepat di samping pengantin wanita.

"Kalau kamu mau kawin! Bilang terus terang. Jangan pakai alasan nggak masuk akal!"

Jeritan Elaina menarik perhatian banyak orang. Para tamu undangan mendekat, untuk melihat apa yang terjadi. Tapi, Elaina tidak peduli. la ingin seluruh dunia tahu, apa yang sudah dilakukan Fidell padanya. la tidak masalah kalau memang harus putus hubungan, tapi tidak begini caranya.

Fidell meninggalkan istrinya, menghampiri Elaina dengan wajah memerah. la memberi tanda dan dua pria penjaga kini menyergap Elaina, memegang tangannya dengan erat. Tidak peduli kalau wanita itu meronta dan berteriak. la berdiri di depan Elaina dan menatap tajam.

"Berani-beraninya kamu mempermalukanku!"

Elaina mengangkat dagu dan tertawa lirih. "Aku hanya ingin istrimu tahu, pria macam apa yang dinikahinya. Kamu ingat gaun yang aku pakai ini? Gaun yang sama waktu kamu melamarku tahun lalu dan kita resmi bertunangan. Sialan!"

"Oh, kamu sakit hati karena aku memutuskanmu?"

Elaina berdecak, meronta tapi kedua penjaga mencengkeram pergelangan tangannya. "Sakit hati? Bukan putus yang bikin aku sakit tapi karena kamu menduakanku. Bisa-bisanya kamu memacariku dan dia bersamaan. Sialan kamu, Fidell!"

Fidell tersenyum sinis, mengusap jas pengantin dan rambutnya, menatap Elaina dengan pandangan bosan.

"Harusnya kamu intropeksi diri, kenapa aku memilih Ivanka. Pria mana yang akan menikah dengan wanita macam kamu?"

Kalimat barusan bagaikan air garam yang Fidell siramkan ke atas luka di hatinya, dan ini semakin membuat kilat amarah di mata Eliana bersinar. Satu hal yang Fidell abai, Eliana tidak akan melepaskannya dengan mudah sebelum sakit hatinya terbalaskan.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh LucioLucas

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku