Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Rumah Atmaja

Rumah Atmaja

Bai_Nara

5.0
Komentar
548
Penayangan
51
Bab

Bagas Surya Atmaja adalah cucu ketiga dari Binawan Atmaja. Setelah lama merantau sekian tahun ke Kalimantan, ia harus pulang ke kampung halaman demi membantu memulihkan keadaan perekonomian pabrik dan perkebunan Keluarga Atmaja. Ia pun membawa istrinya Nawang untuk diperkenalkan dengan keluarganya. Masalah demi masalah datang dalam hidupnya, mulai dari teror misterius, ketidaksukaan eyang putri pada istrinya, penolakan keluarga besar akan kehadirannya, konfrontasi dengan sepupu bahkan kehadiran Seruni cinta pertamanya semakin membuat hidupnya penuh dengan masalah. Belum lagi, maut sedang mengintai Bagas dan seluruh penghuni Rumah Atmaja. Mampukah Bagas mengungkap misteri di keluarganya? Atau dia sendiri yang akan menjadi korban?

Bab 1 Lari

Seorang pemuda berusia 27 tahun tengah berjalan menelusuri perkebunan sawit milik PT. Nusa Bahtera yang berada di wilayah Kalimantan Selatan. Pemuda itu berpawakan tinggi tegap berkulit putih dan rambut cepak rapi. Sepintas mirip aktor korea Lee Min Ho.

Bagas Surya Atmaja namanya, aslinya orang Jawa dan lulusan S1 Biologi. Dalam perusahaan ia menjabat sebagai tenaga ahli dalam urusan riset dan pengembangan teknologi. Tugasnya adalah memastikan kualitas sawit yang digunakan untuk produksi, bagus.

"Bagas." Seorang wanita cantik memanggilanya.

"Kenapa Na? Ada masalah sama hasil lab minyak sawit kita?" tanyanya dingin.

"Oh enggak. Aku cuma mau ngajak kamu jalan-jalan. Mau ya?"

"Oh sorry, aku udah ada janji sama Ricky nanti malem. Kita ada urusan penting."

"Kamu tuh ya. Apa sih yang kurang dari aku?" Gadis bernama Nana mulai tersulut emosi.

"Aku ini cantik, langsing, putih dan anak orang kaya juga. Jangan lupa papahku salah satu dewan direksi di perusahaan. Bisa pecat kamu kalau kamu menolak aku."

"Terserah. Coba saja kalau berani. Akan aku pastikan nama baik perusahaan ini hancur. Jangan lupa aku punya kartu AS papah kamu," sinis Bagas.

"Dasar cowok guy. Sana pergi saja sama pacar cowokmu itu." Ungkap Nana benar-benar emosi.

"Kalau kamu gak tahu apa-apa, diem! Dan jangan bikin gosip ngaco. Atau aku laporin tingkah kamu di club sama papah kamu. Biar papah kamu tahu seberapa liar putrinya di luaran sana." Bagas kemudian pergi meninggalkan Nana.

"Brengsek kamu Bagas, lihat aja aku bakalan dapetin kamu." Teriak Nana frustasi.

****

Di sebuah rumah kontrakan yang berisi lima anggota laki-laki dimana dua orang tampan nan rupawan, dua orang biasa saja dan satu orang sangat-sangat biasa.

Kelimanya adalah perantauan dari luar Kalimantan. Ada Ricky dan Bagas yang berasal dari Jawa. Zidan dari Palembang, Hasan dari Padang dan Mateo dari Papua. Saat ini mereka sedang makan bersama sambil lesehan. Sesekali mereka mengobrol dan tertawa jika ada hal yang lucu.

"Kenapa kau Ky, muka kau pucat sekali?" Tanya Mateo yang paling tua disini. Mereka kompak memanggilnya abang padahal mateo orang Papua.

"Aku lagi dilema Bang, mau ngajuin mutasi ke Jawa atau enggak." Jawab pemuda bertubuh tinggi atletis berkulit eksotik khas lelaki Jawa.

"Kenapa galau? Kalau betah disini ya disini aja kalau mau balik Jawa ya balik Jawa aja. Repot sekali kau ini," ucap Mateo.

"Makanya aku bilang juga apa Ky, udah kamu nyari istri orang sini aja. Toh perawan Kalimantan cantik-cantik. Gak bakalan galau kamunya," sambung Zidan.

"Macam kalian semua tak tahu saja kalau Ricky ini gak mungkin nikah sama perempuan. Orang pacarnya Bagas. Ya kan Gas?"

Serempak semua orang tertawa. Iya karena Ricky dan Bagas sahabat karib yang sering bersama. Sama-sama tampan, mapan dan rupawan sekaligus sama-sama suka nolak perempuan. Jadilah ada gosip kalau mereka pasangan sejenis.

"Astaga Dan! Aku sama Ricky masih normal kali. Ampun deh, siapa sih yang nyebarin gosip enggak bener tentang kami? Udah lah Ky nikah kamu sana biar aku gak dicap homo lagi gara-gara kamu gak kawin-kawin." Bagas menyahut dengan santai.

"Enak aja, kenapa harus aku? Kamu aja yang nikah sana sama si Nana. Bukannya dia yang ngejar-ngejar kamu ya." Ricky tak mau kalah.

"Halah gak usah pada rebutan sapa yang mau kawin duluan. Aku yang bakalan kawin duluan. Soalnya lamaranku untuk Syarifah sudah diterima." Hasan yang awalnya diam akhirnya bersuara.

"Serius?" tanya keempatnya kompak.

"Seriburius. Bulan depan kita kawin," sambung Hasan.

"Alhamdulillah."

****

Bagas beberapa kali menyulut rokok namun baru menghisap sebentar langsung dimatikan. Terus berulang-ulang sampai habis setengah bungkus rokok.

Seseorang menepuk bahunya. Ia menoleh dan melihat Ricky sudah duduk disampingnya. Mereka menatap malam di bawah langit Borneo.

"Kasihan rokoknya. Kalau gak mau dihisap kasihkan ke yang lain aja. Kamu kan bukan perokok." Ricky memulai percakapan.

"Kamu mau?" Bagas menyerahkan bungkus rokoknya.

"Ckckck. Aku kan bukan perokok. Amnesia ya kamu," ucap Ricky sarkas.

Bagas hanya terkekeh mendengarnya.

"Ada masalah?" Ricky memasang muka serius.

"Seminggu ini aku mimpi ayah dan ibuku terus. Ayah melambaikan tanganku terus. Beliau berdiri di gerbang masuk rumah Eyang. Sedang ibu selalu terlihat menangis. Ada apa ya?" Bagas mulai bercerita.

"Aku bukan penafsir mimpi. Jadi aku gak tahu artinya," jawab Ricky.

"Kamu masih belum move on dari Lily?" Tanya Bagas mengalihkan pembicaraan.

"Gak akan pernah bisa Gas. Kadung bucin aku sama dia." Ricky tersenyum.

"Ckckck. Kayak gak ada cewek lain aja." Bagas menyeringai.

"Gak usah sok ngomongin move on sama aku kalau kamu sendiri malah lebih parah dari aku. Mending aku kangen sama mantan pacar tapi masih single. Lah kamu? Kangen sama istri orang. Lebih baik yang mana hayo?" Ricky tak mau kalah.

"Sial." Umpat Bagas sambil memukul lengan sahabatnya itu.

"Padahal udah 5 tahun Ky, aku masih gak bisa ngilangin rasa cintaku sama dia," ungkap Bagas.

"Apa yang kamu suka dari Seruni?"

"Entahlah. Hanya saja tingkah lakunya yang lemah lembut bikin aku teringat sama ibuku."

"Hem ... kamu melihat sosok ibumu dalam dirinya. Bukankah ibumu meninggal saat usiamu 10 tahun?"

"Iya. Aku mengenalnya saat aku mulai tinggal sama Eyangku. Pembawaannya yang anggun, tutur katanya yang halus dan hanya dia yang mau berteman denganku. Disaat semu keluarga menolakku. "

"Hati sangat rumit. Sebuah organ yang isinya tak bisa dihitung pakai ilmu apapun." Pikiran Ricky mulai menerawang jauh kepada seorang gadis cantik, mantan pacarnya.

"Mending kamu urus mutasimu Ky. "

Ricky menatap sahabat baiknya. Keningnya mengerut.

"Paling gak, di Jawa ada kedua orangtua yang menyayangimu. Walau mungkin kamu gak bisa balik sama Lily masih ada orangtua yang bisa kamu perjuangkan kebahagiaannya. Jangan sampai kamu nyesel kalau mereka udah gak ada. Aku bahkan gak tahu wajah ayahku karena beliau meninggal sebelum aku lahir. Ibu pun menyusulnya saat usiaku baru 10 tahun. Aku bahkan belum bisa membuatnya bangga." Bagas menghembuskan nafas pelan setelah mengucapkannya.

"Lari untuk menjauh ternyata belum pasti berhasil. Lihat saja kita berdua, mau lari sejauh apapun ternyata ujung-ujungnya mentok sama mantan," lanjut Bagas.

"Gagal move on." Kompak keduanya.

Keduanya tertawa miris mengingat kisah percintaan masing-masing. Lalu mereka beralih topik pembicaraan. Berusaha menghilangkan kesedihan masing-masing karena gagal move on dari pujaan hati. Memang benar ternyata melarikan diri dari masalah belum tentu adalah jalan terbaik. Mungkin dengan menghadapinya justru cara yang lebih jitu untuk move on.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Bai_Nara

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku