5.0
Komentar
272
Penayangan
30
Bab

Leonard Mahendra adalah seorang pria mapan berusia 38 tahun, yang hingga kini masih melajang. Ia tidak pernah benar-benar mencari pasangan, hingga takdir mempertemukannya dengan Evelyn, putri sahabatnya, yang terpaksa tinggal di rumahnya karena sang ayah bekerja di luar negeri. Evelyn adalah gadis ceria, polos, dan penuh semangat. Kehadirannya membawa warna baru dalam kehidupan Leonard yang selama ini tenang dan teratur. Namun, tanpa disadari, perhatian Leonard yang awalnya sebatas kepedulian perlahan berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam-sesuatu yang tak seharusnya ia rasakan. Ketika Evelyn menyadari perasaannya sendiri, ia terjebak dalam dilema besar. Bagaimana mungkin ia jatuh cinta pada teman ayahnya sendiri? Dan apa yang akan terjadi saat sang ayah mengetahui rahasia yang mereka simpan?

Bab 1 hanya terdengar

Leonard Mahendra duduk di ruang tamu yang terletak di sudut rumahnya. Suasana tenang dan sunyi, hanya terdengar suara kipas angin yang berputar lembut di sudut ruangan. Pagi itu, seperti biasa, ia menyeduh secangkir kopi hitam yang sudah menjadi rutinitas setiap hari. Rumah yang besar dan megah ini terasa sepi, tanpa ada suara riuh anak-anak atau kehadiran seorang wanita. Sungguh, hidupnya berjalan sangat teratur, tanpa ada gangguan berarti.

Tapi segalanya mulai berubah ketika Evelyn, putri sahabat lamanya, datang untuk tinggal bersamanya. Sang ayah, yang bekerja di luar negeri untuk beberapa tahun ke depan, meminta Leonard untuk menjaga Evelyn, yang baru saja lulus dari universitas. "Jaga dia baik-baik, Leonard. Kamu tahu betapa pentingnya dia bagi kami," pesan sahabatnya yang selalu membuat Leonard merasa lebih seperti keluarga daripada sekadar teman.

Leonard tidak pernah menyangka bahwa kehidupan yang awalnya tenang dan teratur itu akan berubah begitu cepat. Ia mengingat hari pertama Evelyn datang, wajahnya yang cerah dan senyumnya yang selalu membuatnya terkesima. Namun, ia mencoba menahan perasaan itu, mengingat ia adalah seorang teman lama ayah Evelyn, dan tidak ada yang bisa lebih rumit dari menjalin hubungan dengan anak sahabat sendiri.

Pagi itu, Evelyn masuk ke ruang tamu, membawa seplastik roti bakar dan secangkir jus jeruk. "Pagi, Om Leonard. Ini buat sarapan," kata Evelyn dengan senyum cerianya, sambil meletakkan makanan di meja.

Leonard menatapnya, berusaha untuk tetap tenang, namun hatinya tak bisa menghindari detak yang lebih cepat setiap kali melihat Evelyn. "Terima kasih, Evelyn. Kamu baik sekali," jawabnya, mencoba mengalihkan perhatian dengan melanjutkan pekerjaan yang belum selesai di mejanya.

Namun, Evelyn tidak menghiraukan kata-katanya dan duduk di samping Leonard, memperhatikan layar laptopnya. "Om Leonard, aku harus ngerjain laporan ini. Bisa bantuin aku?" tanyanya, dengan mata yang memohon.

Leonard mengalihkan pandangannya ke Evelyn, ragu sejenak. "Tentu, aku bisa bantu, tapi aku rasa kamu bisa melakukannya sendiri. Kamu sudah lulus kuliah, kan? Pasti sudah cukup pintar untuk ini," jawabnya, meski di dalam hati ia ingin lebih dekat lagi dengannya.

Evelyn tertawa kecil. "Iya, tapi kadang aku butuh bantuan Om. Kamu lebih berpengalaman, kan?"

Leonard tersenyum tipis, merasa canggung. Evelyn sangat polos dan tak tahu betapa sulitnya baginya menjaga jarak dengan gadis yang sudah begitu dia anggap sebagai adik sendiri, meski hatinya menyimpan perasaan yang jauh lebih rumit. "Baiklah, kita lihat apa yang bisa aku bantu," jawabnya, menghindari tatapan langsung dari Evelyn.

Sementara itu, Evelyn yang sibuk dengan laporan di laptopnya sesekali mencuri pandang ke arah Leonard. Ada sesuatu yang berbeda hari ini. Ada ketegangan yang terasa di antara mereka, meski tidak diungkapkan secara langsung. Ia merasa ada yang berubah, meski tak tahu persis apa itu.

Setelah beberapa saat, Evelyn menutup laptopnya dan memandang Leonard dengan serius. "Om Leonard, aku ingin bertanya sesuatu," katanya, suaranya sedikit ragu.

Leonard menoleh, sedikit terkejut. "Tanya saja, Evelyn. Apa yang kamu pikirkan?"

Evelyn menghela napas, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Aku tahu ini mungkin aneh, tapi... aku merasa aku mulai melihatmu sebagai lebih dari sekadar teman ayahku." Ia menunduk, wajahnya memerah. "Maksudku, Om Leonard, kadang aku merasa lebih nyaman denganmu daripada dengan orang lain. Aku... aku merasa kita bisa saling memahami."

Leonard terdiam, perasaannya langsung campur aduk. Ia bisa merasakan kedekatan yang Evelyn rasakan, namun itu adalah perasaan yang tak bisa ia balas. Mengingat posisi mereka, hal itu tidak boleh terjadi. "Evelyn, kita harus hati-hati dengan perasaan seperti itu," kata Leonard akhirnya, suara berat, mencoba mengatur kata-katanya. "Aku tahu kamu merasa begitu, tapi kamu harus ingat kita hanya teman, dan aku sudah seperti keluarga buatmu."

Evelyn merasa cemas mendengar itu, hatinya mulai berkecamuk. "Tapi Om, aku nggak bisa membohongi perasaanku. Aku suka kamu, dan... aku merasa nyaman di dekatmu."

Leonard merasakan dadanya sesak. Ia tahu, perasaan Evelyn bukan hanya sekadar kekaguman biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam, dan itu membuatnya takut. Ia menatap Evelyn dengan penuh perhatian, mencoba menjaga ketenangannya. "Evelyn, aku tahu ini sangat sulit, tapi kita tidak bisa membiarkan perasaan itu berkembang. Aku lebih tua dari kamu, dan kita punya hubungan yang harus kita jaga."

Namun, meskipun kata-kata itu keluar begitu tegas, Leonard tahu bahwa dirinya pun tak mampu sepenuhnya mengabaikan perasaan yang tumbuh dalam dirinya. Dan saat itu, ia sadar bahwa mungkin ia sudah terperangkap dalam perasaan yang tak bisa ia hindari.

Tiba-tiba, pintu depan terbuka, dan Gustavo, ayah Evelyn, muncul di ambang pintu. Ia baru saja kembali dari perjalanan bisnis yang panjang.

"Evelyn, Leonard," sapa Gustavo, senyum lebar terukir di wajahnya. "Aku baru saja sampai. Ada apa ini? Kenapa kalian terlihat canggung seperti itu?"

Evelyn cepat-cepat menyembunyikan ekspresinya, mencoba menenangkan dirinya. "Nggak, Pa. Kami hanya ngobrol aja."

Leonard berpura-pura santai, meskipun ada ketegangan yang jelas terjaga antara dirinya dan Evelyn. Namun, satu hal yang pasti-kehadiran Gustavo kali ini mungkin lebih penting daripada yang mereka duga. Karena tak lama setelah itu, semuanya akan berubah.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Moh Bisriustofa

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Renell Lezama
5.0

Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku