/0/23710/coverbig.jpg?v=b5f0617ed5491a3adb5e2af3010e21d4&imageMogr2/format/webp)
Alesha Devandra baru satu minggu bekerja di rumah megah keluarga Arsanta. Gadis polos dengan kecantikan alami itu tak pernah menyangka bahwa hidupnya akan berubah selamanya dalam satu malam yang kelam. Malam itu, Reiner Arsanta, putra tunggal keluarga kaya raya tersebut, pulang dalam keadaan mabuk setelah dikhianati kekasihnya yang tiba-tiba menikah dengan sahabatnya sendiri. Dalam keadaan kacau, emosi, dan kehilangan kendali, Reiner melampiaskan rasa frustrasinya pada Alesha-gadis lugu yang kebetulan berada di tempat yang salah pada waktu yang salah. Trauma berat membuat Alesha memilih melarikan diri ke rumah kakek-neneknya di desa, berharap bisa melupakan tragedi itu. Namun, beberapa bulan kemudian, kenyataan yang lebih pahit menghantamnya-dia mengandung. Dihadapkan pada pilihan sulit, Alesha harus memutuskan: apakah dia akan menuntut pertanggungjawaban Reiner, pria yang bahkan mungkin tak mengingat kejadian malam itu, ataukah dia akan membesarkan anaknya sendirian dengan segala konsekuensi dan cibiran dari orang-orang di sekitarnya? Namun, apa yang terjadi saat Reiner akhirnya mengetahui kebenaran? Apakah dia akan menyangkal, atau justru berbalik menuntut hak atas anak yang tak pernah ia duga keberadaannya?
Alesha Devandra menatap rumah megah itu dari luar pagar. Ini baru minggu pertama dia bekerja di rumah keluarga Arsanta, dan setiap hari rasanya masih seperti mimpi buruk yang tak ingin ia jalani. Namun, apa yang bisa ia lakukan? Kebutuhan hidup tak bisa dibantah. Meski hati kecilnya selalu merasa cemas, ia berusaha keras untuk menjalani hari-harinya dengan tenang.
Hari itu terasa sedikit lebih berat dari biasanya. Hujan turun deras, membuat jalanan di luar tampak kabur dan suram. Alesha memutuskan untuk membersihkan ruang tamu, berharap tugasnya malam ini akan cepat selesai agar ia bisa segera pulang. Namun, nasib berkata lain.
"Alesha!" suara keras dari dalam rumah membuatnya terkejut. Itu adalah suara Reiner Arsanta, putra tunggal keluarga kaya itu. Alesha menoleh dengan gugup, mencoba menenangkan diri. Reiner sering tampak begitu tenang dan berwibawa, tapi malam itu, dia datang dengan wajah yang jauh berbeda-rambut acak-acakan, mata yang merah, dan langkahnya goyah.
"Alesha," ucapnya lagi, kali ini suaranya serak, hampir seperti berbisik. "Aku butuh kamu."
Alesha merasa ada yang tidak beres. Reiner, yang selalu tampak penuh percaya diri, kini terlihat rapuh. Sebelum bisa berkata-kata, dia sudah berada di hadapannya, terlalu dekat. Alesha mundur sedikit, takut. "Tuan... ada apa? Anda tampak..."
"Aku... aku baru saja dikhianati," Reiner berkata, suaranya bergetar. "Kekasihku menikah dengan sahabatku. Semuanya hancur. Semua yang aku percayai..."
Alesha merasa cemas. Tidak tahu apa yang harus dilakukan, ia mencoba berkata dengan lembut, "Tuan, Anda harus tenang. Mungkin Anda perlu beristirahat dulu..."
Namun, kata-kata Alesha tak bisa menghentikan amarah yang sudah lama terpendam dalam diri Reiner. Dalam keadaan mabuk, dia tampaknya tak bisa mengendalikan dirinya. Tanpa peringatan, dia mendekati Alesha dengan gerakan yang begitu cepat. Alesha tidak punya waktu untuk melangkah mundur. Segalanya terjadi begitu cepat. Dalam semalam, dunia Alesha berubah.
Beberapa bulan kemudian...
Alesha duduk di kursi tua di ruang tamu rumah kakek-neneknya, memegang perutnya yang mulai membesar. Air matanya menetes, dan dia merasakan kekosongan yang begitu dalam. Kehidupan yang ia bangun selama ini rasanya sudah hancur. Semua rasa takut, malu, dan bingung bercampur aduk.
"Alesha?" suara lembut dari Neneknya membuatnya terkejut. "Kau baik-baik saja?"
Alesha mengangguk pelan, meski hatinya terasa berat. Neneknya duduk di sampingnya, menatapnya dengan penuh perhatian. "Alesha, apa yang sebenarnya terjadi? Kau terlihat begitu terpuruk belakangan ini."
Alesha menghela napas panjang. "Nenek, aku... hamil. Dan aku tidak tahu harus bagaimana. Aku tidak ingin membawa ini ke dalam hidup keluarga kita. Tapi aku juga tidak bisa mengubah kenyataan."
Nenek Alesha meraih tangannya dengan lembut. "Kau tidak perlu menanggung ini sendirian. Kakek dan nenek akan selalu ada untukmu. Tapi... apakah kamu tahu siapa yang bertanggung jawab?"
Alesha menunduk, suaranya serak. "Reiner... Dia, dia yang melakukannya. Tapi aku tidak tahu apakah dia ingat atau tidak. Dia dalam keadaan mabuk waktu itu. Aku tidak tahu harus menghadapinya bagaimana."
Nenek Alesha menghela napas panjang. "Kamu harus memutuskan, Alesha. Apakah kamu ingin menuntut pertanggungjawaban darinya? Atau apakah kamu akan menjalani hidup ini sendiri? Jangan biarkan orang lain menentukan jalan hidupmu."
Alesha terdiam. Hatinya berat. Di satu sisi, dia ingin mendapatkan keadilan. Di sisi lain, dia tidak tahu apakah Reiner akan peduli, apalagi setelah semua yang telah terjadi.
Sementara itu, di sisi lain kota, Reiner Arsanta duduk termenung di ruang kerjanya yang mewah, menatap foto kekasihnya yang sekarang menjadi istri sahabatnya. Rasa sakit itu masih menggerogoti hatinya. Namun, tak lama kemudian, pikirannya terganggu oleh sebuah pesan yang muncul di layar ponselnya-sebuah foto yang membuat jantungnya berhenti sejenak.
"Alesha..." bisiknya pelan.
Apakah ini mungkin? Apakah anak itu benar-benar miliknya?
Alesha, satu-satunya pilihan yang ada padanya, kini tak hanya berkutat dengan rasa sakit dari masa lalu, tapi juga dengan keputusan besar yang harus diambil.
Bab 1 minggu pertama
04/04/2025
Bab 2 menghapusnya
04/04/2025
Bab 3 anak itu mendapatkan yang terbaik
04/04/2025
Bab 4 selalu dibayangi
04/04/2025
Bab 5 menyelesaikan masalah
04/04/2025
Bab 6 bukanlah akhir dari keraguan
04/04/2025
Bab 7 Alesha mulai merasa perasaan lega
04/04/2025
Bab 8 menghabiskan waktu
04/04/2025
Bab 9 tentang masa depan
04/04/2025
Bab 10 Berhenti bekerja
04/04/2025
Bab 11 hatinya lebih ringan
04/04/2025
Bab 12 Ujian
04/04/2025
Bab 13 menguatkan tekadnya
04/04/2025
Bab 14 gosip
04/04/2025
Bab 15 menjauh dari dirinya
04/04/2025
Bab 16 membuktikan
04/04/2025
Bab 17 Harapan
04/04/2025
Bab 18 merasa ada kekuatan
04/04/2025
Bab 19 mengubah sesuatu
04/04/2025
Bab 20 sebelumnya tidak ia rasakan
04/04/2025
Bab 21 dukungan
04/04/2025
Bab 22 membuat suasana terasa lebih suram
04/04/2025
Bab 23 Setelah beberapa minggu berlalu
04/04/2025
Bab 24 meninggalkan janji-janji
04/04/2025
Bab 25 menghabiskan malam
04/04/2025
Bab 26 mencerminkan perasaannya
04/04/2025
Bab 27 akhirnya hadir
04/04/2025
Bab 28 Hari pertama
04/04/2025
Bab 29 hidupnya tanpa Richie
04/04/2025
Bab 30 pikirannya bising
04/04/2025
Buku lain oleh Moh Bisriustofa
Selebihnya