Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Kinara, hari ini ayah akan pergi ke Amsterdam untuk menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda dua bulan yang lalu," ujar Antonio sambil menyantap sarapan pagi di meja makan bersama keluarganya.
Mahira mengangguk sambil mengunyah sandwich yang sedang dia pegang. "Baik ayah, apa Kinara harus ikut ayah?"
"Tidak usah. Ayah pergi tidak akan lama, sekitar lima hari dan ayah sudah kembali ke Indonesia," jawab Antonio sambil mengelap mulutnya menggunakan saputangan.
Mahira tersenyum sambil menganggukkan kepalanya lagi perlahan. Semua orang melahap makanannya dengan gembira, senyuman lebar kian tergaris saat Humaira dan Zidan selalu bercanda karena mempermasalahkan makanan mereka. Namun, beberapa saat kemudian suasana di meja makan seketika hening saat Lisa Sekertaris kepercayaan Antonio datang menghampiri meja makan. Pandangan semua orang teralih pada Lisa, Ya, semua orang begitu kagum dengan penampilan Lisa yang hanya seorang Sekertaris. Namun, di balik itu semua Kinara dan Humaira sama sekali tak menyukai Sekertaris ayahnya itu. Alasannya karena Lisa nyaris sempurna hanya untuk seorang Sekertaris. Dan yang lebih di khawatirkan oleh kedua anak perempuan Antonio adalah, mereka takut jika ayahnya akan terpikat oleh Sekertaris sendiri.
"Selamat pagi Pak, maaf jika saya mengganggu sarapan kalian semua. Saya hanya ingin menyampaikan jika pesawat yang akan kita tumpangi satu jam lagi akan take off. Semua berkas yang bapak minta juga sudah saya siapkan Pak." Dengan senyuman lebar, Lisa mengutarakan kedatangannya pagi ini ke rumah megah keluarga Antonio. Bukan hanya penampilannya saja yang sangat mempesona, namun suara Lisa juga begitu halus dan lembut, dia benar-benar wanita idaman para pria. Walaupun jika di lihat sekilas, ada kemiripan antara Antonio dan juga Lisa. Namun, Kinara tak pernah mau membesar-besarkan dugaannya.
"Baiklah terima kasih banyak Lisa, sekarang tolong ambilkan koper saya yang ada di ruang tamu. Masukkan kedalam bagasi mobil," ucap Antonio. "Tunggu! Satu lagi, tolong juga kamu bawakan tas hitam saya yang berada di kamar utama, sekalian jas warna abu tolong kamu bawa untuk meeting hari ini," ucapnya lagi sambil menunjuk ke arah kamarnya.
Kinara mengernyit, begitu pula dengan Humaira dan Zidan. Delima tak kalah terkejut mendengar ucapan suaminya. Mereka sangat tidak suka dengan sikap Lisa yang terlalu berlebihan sebagai seorang sekretaris. Wajar jika anak-anak dan bahkan istri Antonio begitu was-was terhadap Lisa, karena zaman sekarang seorang penghancur rumah tangga bisa jadi seorang Sekertaris. Apalagi Lisa begitu cantik menawan, bagaimana jika Antonio menyukai Lisa?.
"Baik Pak, saya akan mengambil barang-barang anda terlebih dahulu. Kalau begitu saya permisi dulu."
Dengan senang hati Lisa pergi ke kamar Antonio dan Delima dengan wajah berbinar dan tanpa ragu.
Semua orang memandang Lisa dengan tatapan tidak suka, apalagi Kinara dan Humaira. Mereka sudah sangat jengah dengan Sekertaris ayahnya itu. Lisa begitu bisa mengendalikan sang ayah, padahal anak-anaknya saja tidak bisa menyentuh keras kepala seorang Antonio. Bahkan Delima istrinya-pun tak bisa membuat Antonio menurut padanya. Tetapi, Lisa selalu menjadi andalan sang Ayah. Sama halnya seperti sekarang, Antonio begitu tidak suka jika tas hitamnya di pegang orang lain, hanya Antonio yang bisa membawanya. Namun, sekarang lagi-lagi Lisa bisa dengan mudahnya menyentuh barang Antonio bahkan Antonio sendiri yang menyuruhnya.
Braaaaak.
Humaira berdiri sambil menggebrak meja makan dengan cukup kencang, membuat semua orang berhasil mengalihkan pandanganya dan memperhatikannya.
"Humaira! apa yang kamu lakukan? semua orang sedang sarapan, tidak sopan menggebrak meja seperti itu!"
Antonio sangat tidak suka jika ada keributan saat sedang berada di depan meja makan. Wajar saja jika saat ini Antonio menegur Humaira dengan nada sedikit menyentak.
"Aku sudah selesai sarapan. Aku akan berangkat ke kampus sekarang," ucap Humaira dengan suara ketus sambil menatap tajam ke arah Lisa.
Antonio mengerti mengapa sikap anak keduanya mendadak kasar. Karena jika Humaira bertemu Lisa, maka sikap inilah yang akan dia tunjukkan.
"Loh, bukannya tadi kamu bilang jam kuliah kamu siang ya sayang? Kenapa berangkat sepagi ini?"
Bunda Delima terpaksa bertanya pada Humaira demi memecahkan ketegangan di pagi hari.