Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

Lusia Sudarti

5.0
Komentar
1.9K
Penayangan
50
Bab

Setengah kilo nasi aking untuk anakku adalah novel tentang kehidupan sebuah keluarga yang hidup digaris kemiskinan. setelah sang suami harus diberhentikan dari pekerjaannya, mereka benar-benar terpuruk. Dan mereka bekerja serabutan. Hardi, lelaki yang telah membersamainya selama hampir kurang kebih tujuh tahun bekerja sebagai kuli cangkul disawah. sedangkan Hanum tak pernah tinggal diam. Ia membantu mencari uang sebagai buruh cuci setrika dari rumah kerumah. Meskipun kehidupan mereka pas-pasan, namun keluarga mereka adalah contoh keluarga bahagia. selalu bersyukur dan tak pernah mengeluh sedikitpun. Mereka menjalani hari-hari dengan penuh kebahagiaan. Namun ... kebahagiaan Hanum tak berlangsung lama. Disinilah awal dari semua penderitaan yang dialami oleh Hanum dan kedua Anaknya ...! Penderitaan yang bagaimana yang dialami oleh Hanum ...? Yuk ikuti kisah selanjutnya ... !

Bab 1 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

Alhamdulillah.

Penulis : Lusia Sudarti.

"Dek ... seandainya Abang belum bisa membahagiakan kalian disisa hidup Abang. Abang mohon maaf yang sebesar-besarnya ....!"

"Emaak, Adek lapar udah masak belum Emak?" tanya Kurnia, Anak keduaku.

Aku terkesiap mendengar ucapan dan pertanyaannya. "Belum Sayang. Maafin Emak ya," ucapku pilu sembari merengkuhnya dalam pelukan. Tak terasa titik-titik embun menggenang dalam pelupuk mataku.

"Ya sudah kalo gitu Adek Nia main dulu ya mak, nanti kalo emak udah mateng masaknya, Adek panggil aja ya Mak!" ujarnya sambil beranjak dari kedua pahaku. Aku mengangguk dan mencoba untuk tersenyum. "Iya Sayang," sahutku dengan suara parau

Selepas kepergiannya aku menangis dalam diam, tubuhku luruh kelantai.

'Ya Allah, tunjukkanlah kuasa-Mu yang Maha besar.

Namaku Hanum aku hidup bersama Suami dan kedua orang Anakku. Anak sulungku bernama Fandi, ia duduk di kelas dua SD, Kurnia masih berusia empat tahun. Suamiku bernama Hardi, ia bekerja sebagai buruh serabutan. Sedangkan membantu bekerja sebagai buruh cuci setrika dari rumah kerumah.

Namun, baik penghasilanku atau pun

Bang Hardi belum mencukupi semua kebutuhan rumah tangga kami.

Zaman sekarang kebutuhan pokok telah melambung.

Kami tinggal di rumah gubuk sederhana peninggalan orang tua Bang Hardi.

Rumah tangga kami baik-baik saja, Bang Hardi tipe lelaki yang baik dan bertanggung jawab.

Aku termenung seorang diri, sementara Bang Hardi belum kembali dari bekerja sebagai buruh cangkul di sawah tetangga.

Aku berfikir kira-kira apa yang dapat kumasak untuk makan siang ini.

Kulangkahkan kakiku dengan langkah yang tertatih menuju tudung saji yang berada diatas meja makan persegi yang telah usang.

Disana hanya tersisa sekitar dua sendok makan sambal terasi di dalam mangkuk plastik berwarna hijau, dan dipiring kecil tersisa beberapa potong kepala ikan asin sisa semalam.

Dan juga beberapa potong singkong rebus sisa sarapan tadi pagi.

Aku mengedarkan tatapanku kesebuah plastik yang tergantung disamping rak piring yang terbuat dari kayu. Aku melangkah untuk memeriksa isi kantong plastik yang tergantung.

Kedua netraku membola, aku melihat isinya dengan rasa bahagia.

'wah beras AKING rupanya. Alhamdulilah Ya Allah ... semua ini akan kuolah menjadi nasi kembali. Untuk Anak-anakku nanti."

Aku memindahkan beras aking tersebut kedalam wadah, kutakar dahulu. Dua kaleng susu, lumayan untuk pengganti nasi.

Aku mencuci beras aking dengan doa semoga menjadi berkah buat keluargaku.

Dengan cekatan aku menyalakan api ditungku sederhanaku. Ya karena melonjaknya bahan pangan, aku tak mampu membeli gas buat memasak dikompor.

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Setengah jam kemudian nasi pun telah matang, segera kuangkat dari kukusan dan kutaruh di sangku agar cepat dingin, aku mengambil kipas yang terbuat dari anyaman bambu untuk mempercepat proses pendinginan. Namun Kurnia telah berada dibelakangku, rupanya ia benar-benar kelaparan.

"Emak, udah masaknya!" Kurnia muncul dari pintu dapur dan menghampiri aku yang sedang menyendok nasi aking yang masih mengepulkan uap panas.

"Udah Sayang, ayo kita makan!" jawabku sambil mencuci tangannya.

"Enggak apa-apa lauknya pake kepala ikan asin dulu ya? Nanti jika kita punya uang kita beli ikan asin yang segar," ujarku kepadanya dengan pelan.

"Iya Mak, gak apa-apa kok. Enak itu," sahutnya dengan kedua netra berbinar. Aku menghela nafas perlahan, hatiku sedih bagai tercabik-cabik.

Aku meniup nasi yang masih panas dan menambahkan kepala ikan asin yang kupotong kecil-kecil kedalam nasi lalu menyuapkan kepada Kurnia.

Ia makan dengan begitu lahap, senyum manis tersungging dari kedua bibirnya.

"Mak ... kok rasanya gak sama kayak nasi yang biasa Adek makan ya?" tanyanya dengan mulut penuh dengan nasi.

Aku tertegun sesaat sebelum aku menjawab pertanyaan polosnya.

"Iya Sayang karena nasi yang ini adalah nasi aking."

Kurnia menatapku sesaat kemudian ia fokus kembali kearah piringnya.

"Nasi aking itu nasi yang bagaimana Mak?" tanyanya lagi.

"Nasi aking itu adalah nasi yang sudah dijemur dan kering lalu dimasak kembali," jawabku sembari mengusap lembut rambutnya.

"Oh gitu ya Mak," sahutnya.

"Iya Sayang. Tapi enakkan?" tanyaku.

"Enak Mak. Boleh Adek nambah dikiiiit lagi Mak, adek belum kenyang."

Aku tersenyum mendengarnya.

"Boleh dong Sayang!" aku menyendok nasi dan kutaruh didalam piringnya. Ia tersenyum melihat nasi di piringnya yang telah berisi nasi kembali.

Aku masih menyuapinya dengan sabar.

Aku hanya mampu menyimpan semua rasa dihatiku. Aku tak ingin melihat Anakku bersedih karena keluh kesahku.

'Ya Allah, ya Robb. Tolong ampuni ketidak berdayaanku dalam memberikan nafkah untuk Anak-anakku," lirih batinku.

"Assalamu'alaikum."

Terdengar salam dari arah pintu dapur. Sosok Bang Hardi muncul, dari tubuhnya mengucur keringat dan membasahi kaos yang telah kusam menempel di badannya.

"Waalaikum salam, baru pulang Bang?" tanyaku sambil menyuapi Kurnia.

Bang Hardi tersenyum kepada kami.

"Iya Mak. Aduh Anak bapak lagi makan ya? Minta dong," sapa Bang Hardi kepada Kurnia yang masih menikmati makan siangnya.

"Enak lo Pak, Adek Nia makan sama kepala ikan asin," sahutnya dengan tersenyum.

"Oh ya benarkah, mau dong," ujar Bang Hardi kepada Anaknya.

"Boleh. Ya kan Mak."

Aku mengangguk.

"Udah kenyang Adek Mak," seru Kurnia.

"Udah kenyang Sayang?" tanyaku sembari menyodorkan air minum kepadanya.

"Iya Mak, Adek main dulu ya Mak!" ujarnya sembari beranjak bangkit lalu menuju keruang depan tanpa menunggu jawaban dariku.

Aku hanya menghela napas perlahan, dan Bang Hardi tertunduk lesu dan sedih.

"Ya udah bang, istirahat dulu, biar kering kering keringat ditubuh Abang, setelah itu mandi lalu makan siang," titahku kepada beliau.

"Iya Dek. Maafin Abang yang belum bisa membahagiakan kalian," jawabnya dengan sedih.

Aku tersenyum mendengarnya. "Enggak apa-apa Bang, yang penting kita sudah berusaha semampu kita. Jika memang kita belum berpunya, itu suratan takdir darinya," jawabku sambil mencuci piring bekas makan Kurnia.

"Dek ... seandainya Abang belum bisa membahagiakan kalian disisa hidup Abang. Abang mohon maaf yang sebesar-besarnya," ujar suamiku sambil tersenyum. Namun menurutku itu bukanlah sebuah senyuman, tetapi lengkungan patah dan menyerah.

Aku bingung mendengar ucapan Bang Hardi selalu meminta maaf! Sebenarnya apa yang akan terjadi terhadap kami ...? Berbagai pertanyaan berkelindan di kepalaku, namun aku berusaha menepisnya.

Aku mendongak dan menatap kearah Bang Hardi. "Abang bicara apa sih? Emak gak suka mendengar abang bicara seperti itu lagi," jawabku sembari menghampirinya.

"Mak, Adek Nia main di halaman samping sebentar ya?" ujar Kurnia kepadaku.

Ia berjalan dari ruang depan, mungkin bosan berada seorang diri diruang depan.

"Jangan ketempat yang panas ya Sayang," jawabku.

"Iya Mak."

"Hati-hati ya Sayang?" timpal Bang Hardi.

"Iya Pak."

"Bang, jangan bicara seperti itu lagi, aku menjadi sangat sedih mendengarnya."

Aku menjatuhkan bobot tubuhku di sampingnya. Bang Hardi mengipas tubuhnya menggunakan topi bulat anyaman yang selalu dipakai jika bekerja.

Next kah?

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Lusia Sudarti

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku
1

Bab 1 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

15/11/2024

2

Bab 2 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

15/11/2024

3

Bab 3 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

15/11/2024

4

Bab 4 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

15/11/2024

5

Bab 5 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

15/11/2024

6

Bab 6 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

15/11/2024

7

Bab 7 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

15/11/2024

8

Bab 8 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

15/11/2024

9

Bab 9 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

15/11/2024

10

Bab 10 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

15/11/2024

11

Bab 11 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

15/11/2024

12

Bab 12 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

15/11/2024

13

Bab 13 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

19/01/2025

14

Bab 14 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

19/01/2025

15

Bab 15 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

19/01/2025

16

Bab 16 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

19/01/2025

17

Bab 17 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

19/01/2025

18

Bab 18 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

19/01/2025

19

Bab 19 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

13/02/2025

20

Bab 20 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

13/02/2025

21

Bab 21 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

14/02/2025

22

Bab 22 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

16/02/2025

23

Bab 23 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

16/02/2025

24

Bab 24 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

18/02/2025

25

Bab 25 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

24/02/2025

26

Bab 26 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

24/02/2025

27

Bab 27 Hikmah Dibalik Penderitaan

29/09/2025

28

Bab 28 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

29/09/2025

29

Bab 29 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

29/09/2025

30

Bab 30 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

29/09/2025

31

Bab 31 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

29/09/2025

32

Bab 32 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

29/09/2025

33

Bab 33 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

30/09/2025

34

Bab 34 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

02/10/2025

35

Bab 35 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

03/10/2025

36

Bab 36 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

04/10/2025

37

Bab 37 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

11/10/2025

38

Bab 38 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

13/10/2025

39

Bab 39 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

10/11/2025

40

Bab 40 Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

10/11/2025