Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sang Pengantin Pengganti: Membuat Kenangan Tentang Kita

Sang Pengantin Pengganti: Membuat Kenangan Tentang Kita

Paramita Palastri

5.0
Komentar
22.2M
Penayangan
1117
Bab

Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?

Bab 1 Dia Hanya Seorang Wanita Pengganti

Pada suatu malam yang dingin, langit malam tampak dipenuhi dengan awan-awan hitam, menghalangi bintang-bintang dan bulan, embusan angin malam pun cukup membuat orang merasa menggigil.

Malam ini merupakan malam yang sibuk di Hotel Hyatt, sebuah hotel bintang enam paling mewah di Bali. Seluruh bangunan hotel itu telah dipesan secara khusus oleh seorang pengusaha kelas dunia yang bereputasi tinggi dan berpengaruh besar, dia adalah Brian Lesmana yang tersohor itu.

Brian tampil dengan setelan jas hitam, sedang duduk di sudut ruangan ruang VVIP paling mewah di hotel itu, dengan sebatang cerutu terjepit di antara kedua jarinya yang ramping dan panjang. Kepulan asap dari cerutu itu membumbung di depannya dan sedikit menghalangi pandangannya.

"Tuan Lesmana, hari ini saudara-saudara semuanya sangat bergembira, kami semua sangat menikmati suguhan hari ini. Tapi sekarang hari sudah larut malam," ucap seorang pria berkulit agak gelap yang duduk di sebelah Brian. Pria itu memiliki alis yang tebal dan mata yang besar, membuat penampilannya terlihat berbeda dengan yang lain.

"Tuan Lesmana, saya dengar Nona Ginanjar ini wanita yang pergaulannya sangat luas. Itu sebabnya kenapa dia sangat populer di kalangan pria-pria. Apakah Anda tidak khawatir sama sekali, jika Anda akan dirugikan?" seseorang lainnya turut menimpali.

Mereka bukanlah satu-satunya orang yang menanyakan hal ini, hampir semua orang curiga dengan pernikahan mereka dan menanyakan hal serupa. Hanya saja Brian sendiri juga tidak keberatan menikahi wanita itu, bawahannya dan orang-orang di sekitarnya pun tidak bisa berbuat apa-apa, selain menggosipinya dan mengatakannya setelah minum beberapa gelas.

Brian mendekatkan gelas itu ke bibirnya, lalu menyesap minumannya perlahan. Laki-laki itu tampak tenang, sama sekali tidak terlihat terpengaruh oleh pertanyaan-pertanyaan itu.

"Anton Ginanjar berutang banyak uang padaku, dia mengirimkan putri kesayangannya yang berharga itu padaku pun masih belum cukup untuk menebus semua utang yang dia miliki," jawab Brian dengan datar.

"Tuan Lesmana, maksud Anda, Anton sengaja melakukan ini karena dia berusaha untuk mengulur waktu? Jadi, kalau begitu dia menganggap putrinya sendiri itu terlalu berharga." James Halim, tangan kanan Brian ikut bicara.

Seperti biasa, Brian masih tetap memasang ekspresi dingin. Dia menyesap cerutunya dan menghembuskan asapnya perlahan-lahan, kemudian berkata, "Awasi setiap gerak-gerik Anton dengan baik. Aku akan membuat dia hidup sengsara terasa seperti di neraka!"

"Tuan Lesmana, apakah Anda juga akan membuat istri Anda merasakan hidup bagaikan di neraka malam ini?" salah satu anak buah Brian melontarkan pertanyaan itu dengan wajah yang genit dan tersenyum nakal. "Atau... akan ada sesuatu yang istimewa, 'kah?" Selama ini, dia hanya mengetahui desas- desus putri keluarga Ginanjar itu melalui cerita-cerita yang didengarnya. Dia tidak pernah benar-benar berkesempatan untuk bertemu dengan wanita itu sama sekali. Bahkan, kabarnya hanya segelintir orang yang pernah melihatnya secara langsung.

"Tuan Lesmana, saya pernah mendengar gosip, kabarnya Nona Ginanjar ini memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang seksi. Pria-pria yang melihatnya akan langsung terpesona padanya. Dia memiliki aura yang sensual, membuat semua orang mendambakannya."

Para pria yang duduk di sekeliling sofa, satu per satu ikut ambil bagian dalam percakapan itu. Mereka semua tampak begitu antusias membicarakan si pengantin wanita yang batang hidungnya pun masih belum kelihatan sampai saat ini.

Namun, tampaknya tidak semua orang senang dengan topik pembicaraan itu. Wanita yang berdiri di sisi kanan Brian seketika memasang ekspresi cemberut di wajahnya saat mendengar nama Arlini Ginanjar disebut dalam percakapan itu, terlihat jelas sekali kalau dia tidak menyukai wanita yang sedang dibicarakan para pria itu.

"Cukup!" seru wanita itu memotong pembicaraan mereka. Dia merasa telinganya panas mendengarkan mereka membahas wanita itu terus menerus.

"Oh! Ternyata Nona Anna marah." Semua orang tahu dengan jelas bahwa Anna, wanita yang telah mengikuti Brian sepanjang hidupnya, memiliki perasaan khusus terhadap laki-laki itu. Mereka berdua memang memiliki hubungan yang tidak biasa, tetapi bukan hubungan yang intim.

Hari ini bagi Anna adalah hari yang menyebalkan karena secara resmi, ini artinya dia telah gagal menikah dengan Brian, dan menyandang status Nyonya Lesmana, dan kini posisi itu telah direbut oleh seorang wanita bernama Arlini Bagi Anna, Arlini bahkan tidak pantas mendapatkan Brian.

"Apakah kamu marah?" Brian mematikan cerutunya di asbak kemudian mengangkat pandangannya ke arah Anna. Meskipun hampir tidak terlihat, sebuah senyum tipis muncul di bibirnya.

"Brian." Anna hanya memanggil namanya dan tidak mengatakan apa-apa lagi setelah itu. Dia tahu betul posisinya dalam hidup Brian. Tidak peduli sedekat apapun dirinya dengan pria itu, yang bisa Anna lakukan hanyalah menjalankan tugasnya. Dia tidak akan pernah bisa melakukan sesuatu yang lebih dari itu.

"Tuan Lesmana, apakah Anda bersedia memperkenalkan istri baru Anda pada kami?" tanya anak buah Brian yang lain. Segera setelah dia mengatakan itu, beberapa anak buah Brian yang lain ikut melontarkan pertanyaan yang sama.

Brian mengangkat gelas di genggamannya dengan anggun kemudian menghabiskan minumannya dalam satu tegukan. Dia meletakkan gelas kosong itu di atas meja lalu mengangguk setuju.

Sementara itu, di sebuah kamar presidensial suite di hotel itu, Ayla sedang menunggu dengan cemas. Wanita itu mengenakan gaun pengantin mewah yang dibuat secara khusus dari Paris. Wajahnya didandan dengan riasan yang lembut nan menawan. Hari ini adalah hari pernikahannya. Meskipun demikian, tidak ada satu pun kerabatnya yang hadir di hari penting itu. Dirinya hanya menandatangani namanya di selembar kertas dan seketika itu, dia langsung kehilangan seluruh hidupnya.

Ayla sebenarnya merasa begitu enggan dan sangat tidak setuju dengan situasi yang sedang dia hadapi saat ini. Namun, demi ayahnya dan untuk menghidupi keluarganya, dia harus menggantikan saudari perempuannya dan menikahi iblis bernama Brian Lesmana.

Dia duduk dengan gelisah di sudut ruangan, tubuhnya gemetar karena cemas. Ayla baru berusia dua puluh dua tahun, hidupnya baru saja dimulai. Namun sekarang, dia tiba-tiba harus menikah dengan seorang pria yang usianya enam tahun lebih tua darinya. Meskipun ruangan itu sangat mewah dan terang benderang, tapi Ayla tetap merasa takut.

Hatinya dipenuhi dengan rasa ketakutan, tapi dia sama sekali tidak punya pilihan lain.

Karena seharian belum makan, dia merasa kelaparan bahkan sekarang dia merasa agak pusing. Apalagi di kamar itu tidak ada yang bisa dia makan, karena tidak ada makanan apapun selain sebotol anggur dan beberapa gelas di atas meja. Ayla tidak pernah minum minuman keras sepanjang hidupnya. Dia juga adalah seorang murid yang teladan bagi guru-gurunya.

Dia tahu betul bahwa sejak dia berjanji untuk menjadi pengantin pengganti, hidupnya telah hancur berantakan. Dia hanya bisa berharap masa depannya bisa lebih baik dari apa yang dia rasakan sekarang.

Perutnya keroncongan dan berbunyi. Ayla sudah tidak sanggup menahan rasa laparnya itu. Bibirnya yang tadinya mengkilap telah mengering karena dia menggigitnya saat berusaha untuk menenangkan diri. Ayla telah menunggu-nunggu kemunculan iblis itu.

Tiba-tiba, pintu kamar itu pun terbuka dan dua orang yang tidak dia kenal masuk ke dalam ruangan. Kedua pria itu memiliki perawakan yang kasar dan mereka berdua jelas bukanlah Brian Lesmana.

"Nyonya Lesmana, Tuan Lesmana ingin bertemu dengan Anda," salah satu dari mereka berbicara dengan nada yang kasar dan agak tidak sopan.

"Di mana dia?" Ayla bertanya kembali dengan sedikit terbata-bata, tubuhnya refleks bergerak mundur bagaikan seekor kelinci yang ketakutan.

Namun, kedua pria itu tidak menjawabnya. Alih-alih, mereka menggenggam lengannya dan menariknya keluar dari ruangan dengan kasar. Ayla yang tidak siap mendapat perlakuan seperti itu, dia hampir saja terseret karenanya.

Dia mulai meronta dan berusaha untuk melepaskan diri, tapi usahanya sia-sia.

"Lepaskan aku!" Sebelum Ayla Ginanjar menyadari apa yang sedang terjadi, tubuhnya sudah terhempas ke lantai. Walaupun lantai itu dialasi dengan karpet, tapi bagaimanapun juga tubuhnya tetap akan merasa sakit setelah dia dihempaskan dengan cukup keras seperti itu.

"Arlini Ginanjar, angkat wajahmu!" Brian berbicara dengan nada yang kuat dan datar.

Arlini! Arlini Ginanjar. Oh, ya! Sekarang dia adalah Arlini Ginanjar, bukan Ayla Ginanjar.

Namun, Ayla tidak berani mengangkat wajahnya. Kalau saja mereka menyadari dan dapat mengenalinya, maka dia mungkin bisa mati saat itu juga!

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku