Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Baskara atau Bas, pria berusia dua puluh delapan tahun, sedang berlutut di kaki Ayahnya, Danu. Sementara itu, kekasihnya, Keisha, bersimpuh di dekat pintu depan.
"Aku mohon, Ayah. Restui hubunganku dengan Keisha. Izinkan aku berpindah agama, lalu menikahinya," ujar Baskara.
"Tidak, Nak! Hanya ada dua pilihan. Tetap pada agama kita dan tinggalkan wanita itu! Atau, jika kamu tetap menikahi pacarmu, silakan pergi dari sini dan semua fasilitas yang kami berikan, akan Ayah sita!" ancam Danu, yang berdiri sambil berkacak pinggang.
Bas membuang napas panjang. "Mungkin, Ayah mengira, dengan ancaman seperti itu, bisa membuatku luluh dan meninggalkan Keisha? Mohon maaf sebelumnya. Aku sudah sangat yakin dan keputusanku sudah bulat."
Danu menjadi naik pitam. Tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih.
"Jangan kurang ajar, Nak! Ingat, dari mana kamu berasal dan siapa yang menjadikanmu seperti ini? Ayah dan Ibu. Bukan wanita itu!" protes Jovita, istri Danu, yang duduk di sofa, sambil menangis.
Danu berteriak, "Lebih baik kamu diam, Bas! Pergi dari sini dan jangan bawa apapun selain motor yang kamu beli dengan jerih payahmu sendiri!"
"Baik, Ayah. Aku harap, Ayah tidak menyesal dengan keputusan ini. Keisha tak pernah memaksaku sebab aku sudah melakukan perjalanan spiritual, mencari agama yang benar. Gadisku hanya pendorong yang selalu memotivasi dalam kebaikan," sahut Bas, lembut, sambil mencoba berdiri.
Danu tak tahan lagi. Dia segera menampar Bas.
'Plak!'
Bas mendesis, memegangi pipinya yang terasa panas. Tampak kedua mata Bas mulai berair.
"Ayah tidak akan pernah menyesal! Justru kamu yang salah mengambil keputusan. Meninggalkan Tuhan hanya demi seorang wanita! Matamu sudah dibutakan oleh cinta, tak usah pakai embel-embel perjalanan spiritual!" Tatapan Danu semakin lama semakin tajam.
Bas tak mau membalas lagi, karena dia akan selalu kalah debat. Dia menuju kamar untuk membawa beberapa helai baju dan memasukkannya ke dalam tas. Setelah selesai, dia keluar.
"Kamu serius mau memilih wanita itu? Kenapa, Bas? Tegakah kamu terhadap Ibu?" Jovita memelas.
"Maaf, Bu. Ini pilihanku, tolong hargai dan bebaskan aku melakukan apa yang menurutku benar." Bas meletakkan kunci mobil dan sebuah dompet berisi banyak ATM ke atas meja.
Danu menggeleng pelan, heran dengan sikap putranya. "Kamu benar-benar keterlaluan!"
Bas mencium tangan Danu dan Jovita bergantian. "Aku pamit."
Tak ada jawaban dari kedua orang tuanya. Air mata Bas jatuh. Dia mendekati Keisha yang juga menangis.
"Ayo, kita pergi!"
Keisha mendongak. "Tapi, Bas! Tak seharusnya kamu memilihku dibandingkan agama dan kedua orang tuamu."
"Bukan. Aku memilih kebenaran, karena sudah yakin dengan agama yang akan aku anut nantinya. Tidak sekadar memilihmu," sahut Bas.
"Baiklah, kalau itu keputusanmu." Keisha hanya bisa menurut.
Bas dan Keisha pun keluar, menuju ke sebuah motor bebek yang terparkir di halaman rumah Danu. Keduanya memakai helm.
Malam tampak semakin gelap. Terdengar petir dan beberapa detik kemudian, hujan rintik-rintik mulai membasahi bumi.
"Kita mau ke mana, Yang?" tanya Keisha, tanpa menghapus tangisan di pipinya.
"Ke kontrakan yang kamu sewa, lah! Ke mana lagi? Yang penting, kita bisa berteduh," jawab Bas, mulai menghidupkan motornya.
Pacarnya naik ke jok belakang sambil berkerut heran. "Hujan-hujan begini?"
"Mau gimana lagi? Jas hujannya udah lama sobek, lupa belum beli."
"Ya udah, deh." Keisha hanya bisa pasrah.
Bas yang masih memakai kemeja kerja itu menjalankan motornya, membelah jalanan. Perempuan di belakangnya memeluk pinggangnya dengan erat. Jika sudah seperti ini, dunia seolah milik berdua, meski badan basah kuyup.
Butuh waktu yang lama untuk sampai ke kontrakan, sementara hujan semakin deras. Tangan kiri Bas memegang punggung tangan Keisha. Pria itu berharap, bisa menenangkan kekasihnya atas kejadian tadi.
Keisha tersenyum kecil, sambil bersandar di punggung Bas. Air matanya masih mengalir, menghadapi kenyataan bahwa cinta mereka tak direstui Danu dan Jovita.
Setengah jam berlalu. Bas dan Keisha mulai kedinginan. Beruntung, keduanya sudah tiba di kontrakan.
"Aku langsung mandi, ya?" kata Keisha cepat, buru-buru melepas helm dan berlari untuk membuka kunci pintu kontrakan.