Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
54
Penayangan
20
Bab

Takdir. Takdir adalah sesuatu hal yang tidak bisa diubah. Segala pertemuan dan perpisahan semua sudah diatur oleh skenario tuhan. Tak ada yang bisa melawan yang namanya takdir. Itu lah tengah terjadi pada Amel, seorang gadis introvert ditambah dengan hubungan keluarga yang tidak seindah dibayangkan sungguh membuat gadis tersebut merasa lahir ke dunia adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan. Namun siapa sangka, tanpa sengaja bertemu dengan seorang pemuda tepat dihari ulang tahunnya yang 17. Seorang pemuda yang bernama dengan Alex. Tanpa disadari Takdir membuat Alex dan Amel menjadi dekat, bahkan Alex bisa mengetuk pintu hati Amel dan meyakinkan bahwa cinta itu memang benar ada serat lahir ke dunia adalah anugerah tuhan yang paling indah. Hingga pada akhirnya, Takdir pula yang memisahkan mereka berdua. Tanpa sebab Alex pergi meninggalkan Amel seorang diri yang Amel sendiri tak tau apa alasan Alex meninggalkan dirinya. Entahlah. Semejak kepergian Alex, Amel kembali lagi menjadi dirinya sendiri. Ia sudah tidak bisa lagi mempercayai apa yang namanya cinta. Semejak kepergian Alex, Amel merasa tidak punya tempat pulang sebenarnya, bahkan ia pun menganggap tak ada yang abadi didunia ini. Semua akan pergi meninggalkan dirinya seorang diri. Bertahun sudah Amel mencoba untuk mencari tau tentang keberadaan Alex. Dengan tujuan ingin mengetahui apa alasan yang sebenarnya sehingga Alex dengn tega meninggalkan nya seorang diri. Lagi dan lagi takdir mempertemukan mereka berdua. Setelah bertahun lamanya Amel terus mencari keberadaan Alex, akhirnya ia menemukan keberadaan Alex. Namun semua tidak seindah yang ia bayangkan, Alex bukan lagi orang yang ia kenal. Alex sudah berubah menjadi 180 derajat. Ia mencoba pasrah dengan keadaan, walaupun sangat berat ia mencoba untuk menerima lamaran seorang pria yang ia sama sekali tidak kenal dengan pria tersebut. Karena percuma ia terus mengharapkan Alex untuk kembali bersama denganya. Walaupun begitu, Amel tidak pernah menyerah untuk mencari tau apa alasan Alex tega meninggalakan dirinya seroang diri. "Kenapa lo ninggalin gue?" sebuah pertanyaan muncul dari mulut Amel. Setelah bertahun-tahun ia mencari jawaban dari pertanyaan tersebut dan akhirnya ia berhasil menanyakan kepada Alex dengan mulutnya sendiri. "Seseorang menyadarkan aku bahwa kita memang nggak bisa bersama. Karena adanya perbatasan dinding yang kokoh di tengah kita berdua." Fnish. Akhirnya Amel mendapat jawaban dari pertanyaan itu. Sakit. Mendengar semua jawaban yang muncul dari mulut Alex. Jika memang takdir tidak mengizinkan mereka bersama, tapi kenapa tuhan mempertemukan mereka berdua? Sebenarnya seperti apa skenario tuhan yang sebenarnya? Kenapa mereka dipertemukan tapi tidak untuk dipersatukan? Dan parahnya lagi tuhan yang begitu jahat mengambil dulu orang-orang yang sangat dicintai oleh Amel. Papahnya... mamahnya yang tega meninggalkan dan memilih untuk pergi bersama dengan laki-laki pilihnya, bahkan tuhan juga mengambil nyawa Alex. Apakah Amel akan terus menjalani dunia? atau mungkin ia ikut menyusul Alex? SILAHKAN BACA SAMPAI HABIS!!!

Bab 1 Skenario Tuhan

Pagi yang cerah dan tembusan cahaya matahari tepat di jendela kamar milik seorang gadis yang berhasil membangunka seroang gadis yang masih betah dalam mimpinya itu.

Ia adalah Amelia Abraham Leonard. Seorang gadis yang biasa di panggil oleh Amel itu memiliki umur sekitaran 25 tahun dan memiliki postur tubuh tinggi, kuning langsat, dengan alis tebal.

Pagi ini Amel sedang terburu buru. Pasalnya hari ini adalah hari dimana ia akan bekerja sebagai sekretaris di perusahaan terbesar yang berada di kotanya.

Dan hari ini sudah menunjukkan pukul 8.30 yang artinya ia sudah sangat terlambat untuk pertama kalinya. Dengan langkah tergesa-gesa ia langsung berjalan menuruni satu persatu tangga yang berada di rumahnya.

Terpancar senyum indah dari seorang wanita paruhbaya yang sedang sibuk untuk mempersiapkan sarapan.

Tanpa pikir panjang, Amel langsung melangkahkan kakinya menuju tepat dimana kearah dimana seorang wanita yang sangat berharga bagi dirnya itu.

"Mama! Amel berangkat ya!" pamit Amel kemudian mencium pipi kanan dan pipi kiri mamanya.

"Kamu nggak sarapan lagi?" tanya Luna-mama dari Amel.

Amel dengan sigap menggeleng dengan mengecek beberapa barang bawaannya. "Enggak deh ma," ujar Amel.

"Hati-hati ya!"

Amel mengangguk mantap kemudian menyalami tangan mamanya.

***

Amel menginjak rem mobil miliknya tepat di depan sebuah perusahan yang tugasnya adalah menciptakan dan menerbitkan buku dari penulis yang mempunyai beberapa bakat.

Dengan langkah tergesa-gesa ia masuk ke dalam perusahaan tersebut karena ia tau ia sudah sangat terlambat untuk masuk kedalam kantor apalagi ia adalah seorang pegawai yang bisa dibilang sangat baru.

Amel menghela nafasnya secara kasar kemudian ia langsung mengetuk pintu ruangan dari seorang direktur yang tak lain adalah seorang yang memiliki perusahaan ini.

"Tok!"

"Tok!"

"Tok!"

Suara ketukana pintu yang berasal dari jari-jemari Amel.

"Masuk!" terdengar sebuah suara yang berasal dari dalam ruangan.

Tanpa pikir panjang Amel langsung melangkahkan kakinya menuju masuk kedalam ruangan dari direktur utama yang akan bekerja sama dengan dirinya selama ia bekerja di perusahaan besar yang ternama ini.

"Maaf Pak, Saya telat," ujar Amel merasa tak enak kepada seorang pria yang sedang duduk di bangku kebesarannya tanpa ada niatan sama sekali untuk melihat Amel.

Mendengar ucapan Amel, Pria tersebut langsung membalikan badan dan melihat tepat ke arah dimana Amel sedang berdiri.

Betapa terkejutnya Amel saat melihat seorang pria yang berbalik badan tersebut adalah seorang pria yang tak asing bagi Amel.

Ia adalah Alexander Gernion Abraham seorang laki-laki yang bisa dipanggil oleh Alex itu merupakan seorang yang dulunya pernah masuk kedalam hati Amel dan mengisi hari-hari Amel.

Alex tak jauh berbeda dengan Amel. Melihat seorang wanita yang dulunya pernah menjadi bagian dari hidupnya itu dan kini takdir mempertemukan lagi.

Alex menghela nafasnya kemudian ia menatap wajah Amel dengan serius menatap wajah seorang wanita yang dulunya pernah menjadi bagian hidup dari dirinya.

"Lo kok bisa disini?" tanya Alex dengan serius.

"Kan gue yang akan menjadi sekretris penggati lama lo sementarar," ujar Amel yang masih menampakan tampang yang masih terlihat bingung dengan semua scenario yang di ciptakan oleh tuhan untuk dirinya itu.

Alex menggeleng cepat kemudian ia langsung berdiri dari sebuah bangku kebanggaanya. Ia berdiri tepat ke arah dimana Amel berdiri.

"Nanti lo temui saya di kantin yang berada di perusahaan ini!" pesan Alex kemudian pergi dari hadapan Amel.

Setelah mendengar ucapan Alex, Amel melihat punggung Alex yang semakin lama semakin menghilang dari hadapannya.

Ia masih tak menyangka dengan semua kejadian yang menimpa ia barusan. Lagi-lagi ia bertemu dengan seseorang yang sangat ingin ia lupakan. Tapi kali ini berbeda skenario yang diberikan oleh tuhan berbeda dengan apa yang diharapkan. Kali ini ia dipertemukan dengan seorang mantan yang bisa dibilang adalah mantan terindah nya.

berperan sebagai seorang pegawai yang akan bekerja sama dengan dirinya itu.

"Lo?" Tanya Amel dan Alex secara bersamaan.

"Lo kok bisa disini?" terdengar suara dari keduanya secara bersamaan.

***

Saat ini Amel dan Alex sedang berada di sebuah meja yang berada di kantin perusahaan. Kantin tersebut terlihat sangat sepi karena semua pegawai pada sibuk dengan urusan pekerjaannya masing-masing.

Situasi diantara mereka hening diam dan mencekam. Tak ada satupun dari mereka yang memilih untuk membuka mulut untuk mengakhiri situasi yang sangat mencekam ini.

"Hmm." Alex berdehem seraya minum coffecino kesukaanya yang di pesan oleh dirinya tadi.

Amel menatap Alex dengan tatapan tak percaya. Ia kira setelah Alex berdehem akana membuka suara. Eh tak ternyata pikiranya salah tidak ada sedikitpun yang keluar dari mulut Alex untuk membuka suara dari mulutnya.

"Ngomong kek," batin Amel yang sudah muak dengan semua keadaan.

Kemudian Amel langsung menyedot es cappucino nya seraya menggigit sedotan dari minuman nya karena jujur ia sangat tidak suka dengan keadaan yang saat ini sedang melanda dirinya itu.

"Lo gimana kabar lo?" tanya Alex yang memilih untuk membuka mulut.

Amel melepaskan gigitan sedotan nya kemudian menatap wajah Alex penuh Arti.

"Seperti yang lo lihat sekarang," jawab Amel.

Alex menggauk emngiyakan omongn Amel yang memberik seoerti pengertian bahawa ia sngata mengert dengan ucapan Amel.

Situasi kembali hening. Entah mengapa mereka merasa baik satu maupun sama yang lain situasi ini terasa begitu canggung bagi mereka mungkin karena akibat mereka sudah lama tidak bertemu.

"Canggung kan?" tanya Alex yang sedikit diiringi dengan sedikit kekehan.

Sedangkan Amel, ia lebih memilih untuk menampilkan deretan giginya kemudian ia sedikit terkekeh dengan ucapan yang barusan di ucap oleh seorang laki-laki yang berada di hadapanya itu.

"Iya." Jawab Amel singkat, jelas dan padat.

Alex terlihat sedikit mengangguk kemudian langsung meminum minuman nya. Tanpa Alex sadari bibirnya celemotan setelah meminum minuman cappucino dan tentu saja mengundang gelak tawa Amel.

"Lo itu masih sama ya sama-sama celemotan," Ujar Amel seraya menghapus sisa noda yang berada di bibir Alex. Dan tentu saja membuat mata mereka bertatap satu sama lain tentu saja membuat jantung satu sama lain menjadi berdetak tak menentu.

Tatapan mereka tak jelang beberapa lama, ya bisa dibilang hanya bisa dihitung beberapa detik saja. Karena satu sama lain langsung mengalihkan pandanganya.

Amel langsung menjauhkan tangannya tepat di bibir Alex. Rasanya Amel ingin sekali mengutuk dirinya yang tanpa sadar menyentuh bibir Alex.

"Maaf. Reflesk," Gumam Amel dengan canggung.

Alex menggaguk canggung di depan Amel.

"Iya gak papa," gumam Alex dengan nada yang sedikit canggung.

"Gue pamit ya," ujar Alex seraya megambil ancnag-amcang berdiri.

Amel sedikit tersenyum kepada Alex.

"Iya."

Alex langsung pergi dari hadapan Amel. Namun tiba-tiba dia langsung berbalik badan dan langsung mendatangi kembali tepat dimana Amel sedang duduk.

"Oh iya. Anggap aja kita tidak saling mengenal dan tidak pernah terjadi apa apa!" u

Amel mengangguk mengiyakan omongan Alex. "Iya."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh sarmila

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku