Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Gairah Sang Majikan
"Dia seorang laki-laki taat agama dan sudah mapan, Flo. Percaya sama Papa dan Bunda, orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya."
Flora merengut masam. Seragam putih abu-abunya masih melekat ditubuh, tapi yang ia bicarakan dengan sang Papa saat ini adalah sebuah rencana pernikahannya.
“Cuma ini keinginan terakhir dari almarhumah bunda kamu." Imbuh Arya, Papanya Flora.
Mendengar penuturan Papanya, Flora segera mendongak dengan cepat, "Tapi aku masih delapan belas tahun, Pa. Aku malah belum lulus SMA. Ini bisa kena pasal Perlindungan Anak tau, Pa!" protes Flora.
Sejak dua tahun lalu Flora sudah kalau sang bunda memiliki wasiat untuk menjodohkannya dengan putra dari sahabatnya, tapi Flora tidak tau kalau ia akan dinikahkan secepat ini. Ayolah, umurnya masih belum legal untuk menikah.
"Bulan depan kamu ulang tahun, umur sembilan belas sudah boleh menikah, Flo."
Flora menghela napas. Selama hidupnya di dunia belum pernah ia mencetak sejarah memenangkan perdebatan dengan Arya.
"Kalau kayak gini namanya bukan perjodohan, tapi pemaksaan. Aku juga punya hak atas hidupku, Pa." Kali ini Flora tak mau kalah, masa bodoh dibilang anak durhaka karena menentang perintah orang tua. Lagi pula, ia juga punya hak untuk mengambil setiap keputusan dalam hidupnya.
"Flo, Papa dan Bunda cuma ingin yang terbaik. Jaman kamu ini dunia sudah gak karuan, pergaulan bebas di mana-mana. Coba Papa tanya, sudah berapa banyak teman kamu dari SMP sampai SMA yang putus sekolah gara-gara hamil di luar nikah? Papa cuma mau lindungi anak gadis Papa satu-satunya ini." jelas Arya panjang lebar, menahan gerakan tubuh Flora yang hendak beranjak pergi.
"Kamu titipan bunda. Papa cuma gak mau gagal dalam membesarkan kamu dan mengecewakan bunda kamu di sana." lanjut Arya.
Flora membasahi bibirnya, ada yang mengganjal di dadanya melihat bagaimana kerasnya usaha sang Papa untuk menikahkannya. Apa lagi ucapan papanya barusan, seakan merujuk kalau Arya tak percaya bahwa ia bisa menjaga dirinya di jamannya ini.
"Apa menikahi aku dengan pria pilihan bunda membuat Papa merasa berhasil membesarkan aku?" tanya Flora.
"Aku gak menolak perjodohan ini, aku tau ini amanat dari almarhumah bunda. Tapi aku cuma minta waktu, aku masih labil dan emosiku juga belum stabil. Apa Papa yakin anak Papa yang masih suka ngambek ini bisa menjalani bahtera rumah tangga dengan pria yang bahkan belum aku kenal?"
Tak ingin memperpanjang perdebatan, Flora memilih bangkit dari duduknya kemudian beranjak meninggalkan ruang kerja Arya dengan wajah merah menahan emosi. Namun, sebelum pintu benar-benar tertutup, Flora kembali menoleh ke arah Arya lalu berkata.
"Aku bisa jaga diri, tanpa menikah muda pun aku yakin aku gak bakal terjerumus pergaulan bebas apalagi sampai hamil di luar nikah." ucap Flora lalu menutup pintu coklat itu.
* * *
"Flora Danila!"
Yang punya nama menoleh, mendapati gadis berambut pendek tengah berlari kecil ke arahnya.