Apa jadinya sesosok gadis kecil sudah menjadi korban nafsu pria? Gadis seaktif Cyra dipaksa cepat dewasa demi melayani seorang pria. Ia berhasil dirubah, dari gadis nakal nan aktif menjadi lebih nakal dan liar. Jika kalian mengatakannya seorang pelac*r, maka itu salah. Cyra yang polos tidak pernah berpikir bila dirinya akan bernasib kotor seperti ini. Ia dibeli oleh seorang pria untuk dijual kepada seorang CEO yang diketahui mantan mafia dan dijadikan penggoda kecil. Ya, gadis seremaja itu harus merintih setiap kali melayani pria perkasa yang membelinya. Lantas siapakah sosok pria itu? Bagaimana nasib Cyra selanjutnya?
Max menatap seorang gadis berperawakan kecil, pendek dan sedikit gembil.
"Apa liat-liat, mau? Beli sendiri ...." Cyra. Ya, dia gadis kecil yang sedang memakan es krim, dan meledek Max karena tatapannya itu.
'Cara menjilat es krimnya lumayan. Bisa jadi handal,' batin Max.
"Berapa harganya?" tanya Max kepada seorang perempuan dewasa yang seksi.
"Untukmu murah saja Tuan."
Max melengkungkan alisnya, membentuk sebuah pertanyaan. Melly si perempuan seksi itu pun melanjutkan ucapannya, "1 M. No minus, no lecet, kelebihan dia cantik, keturunan Rusia, dan jangan ditanyakan soal virgin. Dia masih segel. Dari umurnya sudah tentu terlihat bukan."
"Berapa umurnya?" tanya Max.
"15 tahun."
Max manggut-manggut dengan memegang janggutnya. "Apa tidak bisa ditawar? Dia masih sangat kecil, jangan kau sama ratakan dengan gadis dewasa yang biasa aku beli."
Melly menghela nafasnya, merasa jengah. "Dari anak-anakku yang lain, dia yang paling menarik Tuan. Kecantikan tubuhnya pun bisa kau lihat."
Cyra masih asik menghabiskan es krimnya. Gadis ini sengaja diberi makanan manis yang meleleh itu di depan klien satu ini, agar dapat menunjukkan skill yang di miliki olehnya. Sementara gadis kecil itu sendiri tidak tahu apa-apa.
"Tapi dia tidak langsung bisa dipakai."
"Kau bisa asuh beberapa tahun dulu. Setelah itu kau bisa over dia ke mana saja. Cyra ini blasteran Rusia dari ayahnya, sementara ibunya adalah keponakanku. Bagaimana? Masih banyak klienku yang mengantri membelinya. Limited edition, aku bisa jual lebih mahal dengan orang lain."
Jahat bukan? Perempuan ini menjual sepupunya sendiri, dengan harga yang tak sebanding. Bahkan sebuah harga diri tentu tidak bisa dihargai dengan uang. Polosnya anak kecil itu mau saja mengikuti tantenya, karena kedua orangtuanya telah tiada, dan orangtuanya telah salah menitipkan anaknya kepada seorang joki.
"Baiklah aku ambil dia, tapi tidak akan mungkin tidak ada minusnya."
"Ya ya, minusnya dia berisik, suka jajan, dan yang paling rendah atitudenya."
"No problem, masih bisa di revisi," balas Max lalu menyodorkan sebuah cek kepada perempuan itu.
Melly tersenyum penuh kemenangan, dia mencium selembar kertas itu. Kemudian, ia menghampiri Cyra yang masih asik memakan es krim, bahkan sudah hitungan ke tiga gadis itu menghabiskannya.
"Cyra kamu ikut Om itu. Jangan banyak tanya, nanti kamu dijajanin apa saja sama dia," rayunya.
"Gak!" Dengan acuh gadis itu menolak mentah-mentah.
"Cyra!"
"Gak mau Tante ... maunya es krim lagi. Liat sudah habis ...."
"Astaga ... sudah nanti kau akan memakan es krim yang lebih besar dan awet."
Max menahan senyumnya. 'Perempuan gila,' batinnya.
"Es krim apaan itu?"
"Sudah nanti kau tahu sendiri!" Melly menatap Max, memberikan sebuah kode untuk segera membawa gadis itu.
"Ikut denganku, setelah ini kita ke mall. Mau?" ucap Max berjongkok menatap Cyra.
"Lo siapa?" Begitu enteng kata itu lolos dari mulut gadis puber ini.
"Cyra!" bentak Melly. Sebenarnya ini yang diharapkan oleh perempuan itu, agar Cyra segera laku karena dia sendiri pun pusing akan tingkah dan kelakuan sepupu kecilnya itu.
Sewaktu kecil Cyra memang lebih aktif dengan dunia luar, bahkan teman-temannya lelaki semua. Sedari kecil mental anak itu memang sudah rusak semenjak keretakan hubungan orangtuanya. Mungkin karena itulah yang membuat Cyra tak pernah mendapatkan pendidikan yang bagus dari mereka.
Beberapa bulan silam dia menjadi yatim piatu, karena ayah dan ibunya saling membunuh hingga tewas bersama, sebab konflik rumah tangga. Melly lah orang pertama yang maju paling depan untuk mengasuhnya di antara banyaknya saudara lainnya yang ingin merawat Cyra.
"Tante ... Tante ... Cyra gak mau ...." Melly tersenyum kala Max menggendong paksa gadis itu.
****
Deon Aksa. Sebut saja pria terkejam sejagat raya, sang pencipta mafia pemberantas.
Profesinya bukan hanya sebagai pemimpin tertinggi, akan tetapi dia juga penakluk raksasa bisnis.
"Tidak pantas penghianat itu hidup bahagia," geramnya menatap elang sebuah laptop yang menggambarkan seorang pria tengah bermain dengan keluarga kecilnya. Sangat menampakkan kebahagiaan.
Lantas kenapa pria itu terlihat sangat membencinya?
"Mengambil yang bukan hak seseorang adalah kesalahan terbesar. Hukuman mati balasannya," gumamnya. Ia mengambil pisau lalu menodongkan pisau itu ke sebuah monitor yang memperlihatkan wajah seorang lelaki.
"Om pinjam pisaunya!"
Seketika suasana berubah total. Aura ketajaman pria itu tampak berpindah dengan ketampanan yang memukau kala ia terkejut mendengar suara anak kecil.
Celingak-celinguk pria itu mencari asal sumber suara, namun tampak tak ditemukan. Ternyata, setelah ia menggeser laptopnya ia baru menyadari bahwa ada gadis asing yang memasuki kantornya. Astaga betapa pendeknya gadis itu.
"Siapa kau?"
"Kamu nanya?" balas gadis itu nyeleneh. Tangan imutnya menadang, meminta pisau yang dipegang Deon untuk diserahkan kepadanya. "Pinjam sini, aku mau buka apel!"
"Cyraaaaa ....."
Max tampak mendengus kasar, kala ia melihat gadis peliharaannya itu tiba-tiba di dalam ruangan pribadi milik sang sahabat. "Gadis nakal!"
"Cerewet banget si, kayak Tante Melly!" cetus Cyra.
"Aku mencarimu!" tegas Max.
"Emang aku penting?" Jika dia bisa memakan orang, mungkin gadis kecil menyebalkan ini adalah santapan Max.
"Anak dari perempuan mana?" tanya Deon.
"Ayolah Deon ... mana mungkin, ini adalah alasanku tidak ingin memiliki anak. Sangat merepotkan!"
"Kenapa? Dia sangat menggemaskan," ucap Deon. Pria itu menatap agak lain ke arah Cyra, lalu ia melambaikan tangan hanya dengan menggunakan beberapa jari, dan berkata, "Kemarilah!"
Dengan lugu gadis yang sedang membawa-bawa dua apel itu menghampiri Deon.
"Astaga kenapa denganmu dia langsung luluh?" Max menggelengkan kepalanya heran. Cyra sangat susah diatur bahkan bujukannya berujung gigitan panas dari gadis itu. Namun apa yang ia lihat saat ini, hanya dengan sebuah lambaian kecil Cyra langsung menghampiri dan duduk santai di pangkuan Deon.
"Harus dengan penuh kelembutan mengurus anak. Jika kau tidak ingin memiliki buah hati kenapa tidak memakai pengamanan saat memakai ibunya?" ucap Deon gamblang, dengan sibuk mengelus pinggang Cyra.
"Dia bukan anakku!!"
"Om mau tau ngga? Dia itu berisik banget!" ucap Cyra mengadu sembari menunjuk wajah Max.
"Sialan!" geram Max, memberi tatapan membunuh. Seketika Deon menahan tawa, ia juga salah fokus dengan wajah cantik Cyra yang tampak menarik bagi pandangannya.
"Kau dapat dari mana dia?" tanyanya.
"Aku membelinya dengan Melly. Sungguh aku merasa ditipu jika seperti ini. Lebih baik aku membeli gadis dewasa yang seksi!" gerutu Max.
"Berapa harga gadis ini kau beli dengannya?"
"1 M."
"Aku beli 5 M."
"Serius?" Mata Max membola, mendengar apapun yang bersangkutan dengan uang telinganya seperti lintah. Tentu saja ia untung banyak.
"Ya. Aku tertarik dengannya."
"Tapi kau yakin? Kau belum mengetahui dia bagaimana, aku takut kau menyesal setelah itu kau memintaku mengembalikan uangmu dan posisi itu uangku sudah habis. Apa kau akan memotong jariku seperti yang kau lakukan dengan musuhmu?"
Deon mulai jengah dengan ocehan sahabatnya itu. "Kau seperti baru mengenalku."
"Hmm ya ya seorang Deon Aksa mana mungkin meminta kembali sesuatu yang sudah diberikan untuk orang lain. Astaga mustahil sekali, tapi gadis itu mau kau apakan?"
Deon memberikan tatapan smirknya, guratan mengerikan dapat dilihat oleh Max.
"Gilak, dia masih 15 tahun ...."
"Tidak masalah!"