Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PEMBUNUHAN DI KOTA KECIL

PEMBUNUHAN DI KOTA KECIL

EMBUN ABADI

5.0
Komentar
1
Penayangan
5
Bab

Udara malam di Kota Harapan terasa dingin dan lembap, membawa aroma tanah basah dan daun kering. Lampu jalan yang remang-remang menerangi jalan setapak yang sepi, membayangi pepohonan yang menjulang tinggi di sekitarnya. Di tengah keheningan yang mencekam, sebuah teriakan menggema, memecah kesunyian malam.

Bab 1 Kejadian di Malam Gelap

Udara malam di Kota Harapan terasa dingin dan lembap, membawa aroma tanah basah dan daun kering. Lampu jalan yang remang-remang menerangi jalan setapak yang sepi, membayangi pepohonan yang menjulang tinggi di sekitarnya. Di tengah keheningan yang mencekam, sebuah teriakan menggema, memecah kesunyian malam.

"Tolong! Ada orang mati!"

Suara itu berasal dari seorang wanita muda, wajahnya pucat pasi, matanya berkaca-kaca. Dia berdiri di dekat sebuah tikungan jalan, menunjuk ke arah tubuh yang tergeletak tak bernyawa di tengah jalan.

Seorang pria tua, Pak Usman, yang sedang berjalan pulang dari warung kopi, segera berlari menghampiri wanita itu. Dia mengerutkan kening, matanya terbelalak melihat pemandangan di hadapannya. Di atas aspal jalan, terbaring seorang pria paruh baya, tubuhnya terkulai lemas, darah menggenang di sekelilingnya.

"Siapa dia?" tanya Pak Usman, suaranya bergetar.

"Saya tidak tahu," jawab wanita itu, suaranya gemetar. "Saya baru saja lewat sini, dan saya melihat dia tergeletak di jalan. Saya langsung berteriak minta tolong."

Pak Usman mendekat, memeriksa tubuh pria itu. Dia merasakan denyut nadi, tetapi tidak ada tanda-tanda kehidupan. Pria itu sudah meninggal.

"Kita harus menghubungi polisi," kata Pak Usman, suaranya berat.

Wanita itu mengangguk, tubuhnya gemetar. Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor darurat.

"Halo? Tolong datang cepat! Ada orang mati di jalan setapak dekat rumah Pak Usman!"

Tak lama kemudian, sirene mobil polisi bergema di kejauhan, mendekat dengan cepat. Dua polisi, Pak Johan dan Pak Budi, turun dari mobil dan segera mengamankan lokasi kejadian. Mereka memeriksa tubuh korban dan mengumpulkan bukti di sekitar tempat kejadian perkara.

"Sepertinya dia dibunuh," kata Pak Johan, suaranya serius. "Ada luka tusuk di dadanya."

Pak Budi mengangguk setuju. "Kita harus menemukan siapa pelakunya," katanya.

Polisi mulai menginterogasi warga sekitar, mencari informasi tentang korban dan kejadian yang mereka saksikan. Namun, semua orang tampak terkejut dan bingung. Korban, yang diketahui bernama Pak Ahmad, adalah seorang pedagang sayur yang dikenal ramah dan baik hati. Tidak ada yang bisa membayangkan mengapa dia harus menjadi korban pembunuhan.

"Ini adalah pembunuhan pertama di Kota Harapan dalam beberapa tahun terakhir," kata Pak Johan, suaranya penuh kekhawatiran. "Kita harus segera menemukan pelakunya sebelum dia melakukan kejahatan lagi."

Berita tentang pembunuhan Pak Ahmad menyebar dengan cepat di seluruh kota. Warga kota, yang biasanya hidup tenang dan damai, kini diliputi rasa takut dan ketidakpastian.

Malam itu, di tengah kegelapan, Kota Harapan terdiam, dihantui oleh bayangan kematian dan misteri.

Keesokan harinya, Kota Harapan dipenuhi dengan suasana duka dan ketegangan. Warung kopi yang biasanya ramai, kini hanya dipenuhi dengan bisikan-bisikan tentang pembunuhan Pak Ahmad. Anak-anak bermain dengan hati-hati, sementara orang tua mereka mengawasi mereka dengan cemas.

Pak Johan dan Pak Budi bekerja tanpa henti untuk mengungkap misteri pembunuhan itu. Mereka memeriksa rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian, mencari petunjuk tentang pelaku. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada kamera yang menangkap kejadian pembunuhan itu.

"Kita harus mencari tahu siapa yang terakhir kali bertemu dengan Pak Ahmad sebelum dia meninggal," kata Pak Johan.

Mereka kembali menginterogasi warga sekitar, kali ini dengan lebih fokus. Mereka menanyakan tentang kegiatan Pak Ahmad pada hari kejadian, siapa saja yang pernah bertemu dengannya, dan apakah ada yang melihat sesuatu yang mencurigakan.

Seorang wanita tua, Bu Aminah, yang memiliki warung kelontong di dekat tempat kejadian, memberikan informasi yang penting. Dia mengatakan bahwa dia melihat Pak Ahmad sedang bertengkar dengan seorang pria muda di depan warungnya pada sore hari sebelum kejadian.

"Pria itu terlihat marah dan mengancam Pak Ahmad," kata Bu Aminah. "Dia berteriak-teriak dan berkata bahwa Pak Ahmad telah berbuat salah padanya."

Pak Johan dan Pak Budi langsung mencatat informasi itu. Mereka segera mencari tahu identitas pria muda tersebut. Berdasarkan keterangan Bu Aminah, mereka berhasil menemukan seorang pria bernama Dani, yang diketahui memiliki masalah dengan Pak Ahmad terkait hutang piutang.

Dani adalah seorang pemuda yang dikenal suka berjudi dan seringkali berutang. Pak Ahmad, yang dikenal sebagai orang yang baik hati, pernah meminjamkan uang kepada Dani. Namun, Dani tidak pernah mengembalikan uang tersebut, dan Pak Ahmad mulai menagihnya.

"Apakah Dani punya motif untuk membunuh Pak Ahmad?" tanya Pak Budi.

Pak Johan mengangguk. "Mungkin saja. Dia bisa saja merasa terdesak dan memutuskan untuk membunuh Pak Ahmad."

Mereka segera mencari Dani, tetapi dia tidak berada di rumahnya. Mereka menanyakan kepada teman-temannya, tetapi tidak ada yang tahu keberadaan Dani.

"Kita harus menemukan Dani," kata Pak Johan. "Dia adalah tersangka utama dalam kasus ini."

Sementara itu, Pak Usman, yang merupakan tetangga Pak Ahmad, merasa tidak nyaman dengan kejadian yang terjadi. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia mengingat bahwa beberapa hari sebelum kejadian, dia melihat seorang pria asing berkeliaran di sekitar rumah Pak Ahmad. Pria itu terlihat mencurigakan, dan Pak Usman sempat menanyakan identitasnya, tetapi pria itu hanya menjawab dengan singkat dan pergi begitu saja.

"Pria itu mungkin terlibat dalam pembunuhan Pak Ahmad," pikir Pak Usman.

Dia memutuskan untuk menceritakan tentang pria asing itu kepada polisi. Pak Johan dan Pak Budi mencatat keterangan Pak Usman dan menambahkannya ke dalam daftar tersangka.

Seiring berjalannya waktu, misteri pembunuhan Pak Ahmad semakin rumit. Jejak-jejak misteri yang ditemukan semakin mengaburkan siapa sebenarnya pelakunya. Apakah Dani adalah pelaku sebenarnya? Atau apakah ada orang lain yang terlibat?

Kota Harapan terdiam, menunggu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menggantung di udara.

Suasana Kota Harapan semakin mencekam. Ketakutan merayap di antara warga, membuat mereka mengurung diri di rumah, takut menjadi korban berikutnya.

Pak Johan dan Pak Budi terus bekerja keras, mencari bukti dan petunjuk baru. Mereka memeriksa rumah Dani, tetapi tidak menemukan apa pun yang bisa menghubungkannya dengan pembunuhan Pak Ahmad. Mereka juga mencari pria asing yang dilihat Pak Usman, tetapi tidak ada yang mengenalnya atau melihatnya lagi.

Suatu malam, ketika Pak Johan sedang memeriksa kembali catatan kasus, dia menemukan sesuatu yang aneh. Dia menemukan sebuah catatan kecil di saku jas Pak Ahmad, yang berisi alamat sebuah rumah di pinggiran kota.

"Alamat apa ini?" tanya Pak Johan, mengerutkan kening. "Apakah Pak Ahmad mengenal orang di alamat ini?"

Pak Budi memeriksa alamat tersebut. "Alamat ini terdaftar atas nama seorang wanita bernama Bu Sarah," katanya. "Dia seorang janda yang tinggal sendirian di rumah itu."

Pak Johan dan Pak Budi memutuskan untuk mengunjungi Bu Sarah. Mereka ingin mengetahui hubungannya dengan Pak Ahmad dan apakah dia memiliki informasi yang bisa membantu mereka mengungkap kasus ini.

Ketika mereka tiba di rumah Bu Sarah, mereka menemukan pintu rumah itu terbuka sedikit. Mereka mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban. Mereka mencoba membuka pintu, dan ternyata pintu itu tidak terkunci.

Mereka masuk ke dalam rumah dengan hati-hati. Rumah itu terlihat gelap dan berantakan. Mereka melihat sebuah lampu kecil menyala di ruang tamu, dan mereka mendengar suara samar-samar dari dalam.

Mereka mendekat ke sumber suara dan menemukan Bu Sarah terbaring di lantai, tak sadarkan diri. Di dekatnya, mereka menemukan sebuah pisau dapur yang berlumuran darah.

"Dia diserang!" teriak Pak Johan.

Mereka segera menghubungi ambulans dan melaporkan kejadian itu ke kantor polisi.

"Sepertinya kita memiliki kasus baru," kata Pak Budi, suaranya serius. "Seseorang mencoba membunuh Bu Sarah."

Mereka memeriksa rumah Bu Sarah dan menemukan sebuah catatan kecil di meja, yang berisi pesan singkat: "Dia akan membayar perbuatannya."

Pak Johan dan Pak Budi mengerutkan kening. Pesan itu ditujukan kepada siapa? Apakah ada hubungannya dengan pembunuhan Pak Ahmad?

Mereka segera memeriksa catatan kasus, mencari hubungan antara Bu Sarah dan Pak Ahmad. Mereka menemukan bahwa Pak Ahmad pernah membantu Bu Sarah dalam beberapa hal, seperti memperbaiki atap rumahnya dan membelikan bahan makanan.

"Mungkinkah Bu Sarah mengetahui sesuatu tentang pembunuhan Pak Ahmad?" tanya Pak Johan.

"Mungkin saja," jawab Pak Budi. "Seseorang mungkin ingin membungkam Bu Sarah karena dia mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya dia ketahui."

Mereka segera memeriksa kembali semua tersangka, mencari hubungan mereka dengan Bu Sarah. Mereka menemukan bahwa Dani pernah bekerja sebagai tukang kebun di rumah Bu Sarah beberapa tahun yang lalu.

"Dani mungkin memiliki motif untuk menyerang Bu Sarah," kata Pak Johan. "Dia mungkin ingin membungkam Bu Sarah agar tidak menceritakan sesuatu tentang pembunuhan Pak Ahmad."

Mereka segera mencari Dani, tetapi dia sudah menghilang. Kota Harapan kembali dihantui oleh ketakutan, dan bayangan teror menyelimuti kota kecil yang damai itu.

Bersambung...

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh EMBUN ABADI

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku