Putra Prayoga, harus merasakan patah hati. Karena, cintanya yang tumbuh untuk wanita bernama Elena Nugroho kandas. Wanita itu dengan sepihak memutuskan hubungannya dengan mengatakan akan menikah dengan orang lain. Putra menjadi sosok dingin yang tidak tersentuh. Karena rasa sakit yang Elena ciptakan. Menjadikannya sebagai pria yang senang memainkan hati wanita. Mencampakkan wanita setelah dia berhasil mendapatkan hati wanita tersebut. Seperti yang Elena lakukan kepadanya. Elena Nugroho tidak bisa terus bersama dengan Putra Prayoga. Cintanya yang dalam untuk pria itu harus kandas karena Bibit, Bebet, Bobot yang tidak sederajat dengan Putra. Untuk menghindari Pria itu, Elena berbohong dengan mengatakan jika dirinya akan menikah. Demi menghilangkan jejaknya, Elena pergi bekerja di luar negeri. Hingga lima tahun kemudian, dia dipertemukan kembali Dengan Putra. Pria yang sampai saat ini masih menjadi orang spesial dihatinya. Tapi, rasa sakit yang dirinya ciptakan. Telah merubah Putra yang penuh kasih dan sayang menjadi Putra yang kejam dan tidak berperasaan. Elena bahkan bisa melihat kebencian yang amat besar di mata pria itu kepada dirinya. Akankah Elena mampu mengungkapkan alasan sebenarnya kepada Putra? Ataukah dia akan diam dengan cinta kepada pria itu yang masih tumbuh bahkan sampai saat ini!
"Elena aku sudah di depan gang menuju rumahmu, keluarlah!"
Pesan terkirim kepada Elena Nugroho, wanita berparas cantik yang telah menjerat hati seorang Putra Prayoga. Sudah sejak masa SMA dirinya menaruh hati kepada wanita itu. Bukan hanya cantik, Elena juga sangat menyenangkan dan penuh kasih.
Putra hanya bisa mengagumi Elena tanpa berani mendekati dirinya. Dia selalu menjaga jarak dengannya, entah karena apa. Padahal dia tidak pernah merasa melakukan sebuah kesalahan kepada Elena.
Putra tidak pernah mengungkapkan perasaannya kepada Elena. Dia membiarkan cintanya terpendam. Dia percaya Tuhan akan menuntun takdirnya dengan wanita itu.
Tuhan benar-benar mempertemukan dirinya dengan Elena kembali. Elena masuk ke kampus yang sama dengan dirinya lewat jalur beasiswa. Perasaan yang dulu telah tumbuh untuk Elena, sekarang kembali bersemi lagi.
Putra tidak akan membiarkan perasaan itu kembali pergi. Putra dengan gigih memperjuangkan cintanya kepada Elena. Dia mendekati wanita itu dengan berbagai cara.
Tentu saja Elena mati-matian menghindari dirinya. Entah apa yang salah dengan dirinya sampai-sampai Elena terus-menerus menghindari dirinya. Sampai suatu sore, dirinya sudah tidak tahan lagi. Dia menarik Elena membawanya ke tempat sunyi.
"Ka lepaskan, aku harus pulang," pekik Elena sambil meronta agar bisa lepas dari tangan pria itu.
"Tidak! Sebelum kamu jelaskan kepadaku apa alasanmu terus-menerus menghindari aku," salak Putra, dia mulai kesal dengan tingkah Elena yang menghindari dirinya lagi dan lagi.
"Sudah aku katakan berapa puluh kali pada Kakak, Kakak tidak punya salah apapun," teriak Elena frustasi.
"Lalu mengapa kamu menghindariku?" cecar Putra.
Elena menyerah, kepalanya benar-benar pening karena berurusan dengan Putra. Menghembuskan nafas beratnya, Elena menatap pria itu dengan sinis. "Kakak mau apa?" tanya Elena dengan nada dingin.
"Jadilah pacarku," pintanya sambil menatap mata teduh Elena.
"Please, aku sudah mencintaimu dari kita sekolah SMA. Aku pernah menyerah karena melihatmu yang menghindari diriku. Melupakan cintaku kepadamu. Tapi, Tuhan kembali mempertemukan kita dan aku yakin jika kita memang ditakdirkan untuk bersama." Tangan putra menggenggam tangan Elena dengan lembut.
Elena menatap kedalam mata coklat pekat milik Putra. Mencari sebuah kejujuran di mata pria itu. Dia sebenarnya sudah mengetahui jika Putra mencintainya. Tapi, status sosial mereka yang timpang membuatnya mundur. Menutup perasaannya kepada pria di hadapannya.
Dia juga mencintai pria itu. Karena itulah dia menghindarinya mati-matian. Tidak membiarkan rasa itu tumbuh semakin besar dan membuatnya lupa diri akan siapa dirinya.
Elena menghela nafas, ditatapnya pria itu. "Apakah jika aku menerimamu sebagai kekasihku kakak akan berhenti bertingkah konyol. Sungguh, aku hanya tidak ingin beasiswa yang sudah aku perjuangkan hilang begitu saja. Hanya karena Kak Putra yang setiap hari mengganggu konsentrasi belajarku, please. Jika Kak Putra sayang kepadaku, ikuti apa mauku dan jangan menemuiku jika aku tidak memintanya," tutur Elena.
"Tidak bisa begitu dong, masa aku tidak boleh menemui pacarku sendiri dan memberikan perhatian kepadanya," tolak Putra.
"Aku tidak melarang Kakak untuk menemui aku, tapi jangan temui aku saat jam pelajaran berlangsung. Di luar saja! Apa Kakak tidak melihat beberapa hari terakhir ini aku ditegur oleh dosen karena ulahmu," ketus Elena.
"Baiklah, aku tidak akan melakukannya lagi. Aku minta maaf! Jadi, apakah kita sekarang jadian?" tanya Putra dengan wajah penuh harap.
Elena menghela nafas, tidak ada salahnya kan dia mencoba berhubungan dengan Putra. Elena menatap manik mata hitam milik Putra, lalu mengangguk.
Wajah Putra langsung berbinar, dia bahkan sampai menggenggam erat tangan Elena.
"Benarkah kamu menerima cintaku?" tanya Putra, dia masih belum yakin dengan jawaban Elena.
"Iya Kak, aku menerima Kak Putra jadi pacar aku," jawab Elena mantap.
Putra menarik Elena ke dalam pelukannya. Dia begitu bahagia saat itu karena cintanya diterima oleh Elena.
Hari berganti hingga keduanya sudah menjalin hubungan lebih dari dua tahun lamanya. Elena masih menjaga jarak dengan dirinya. Meski keduanya berpacaran, tidak ada aktivitas yang biasa dilakukan oleh sepasang kekasih.
Elena sibuk dengan kuliahnya, dia mengejar kuliah cepat agar bisa segera lulus. Sementara Putra sudah memasuki masa akhir tahun perkuliahan. Dia sedang sibuk menyiapkan skripsi. Mereka kadang berpacaran dengan belajar bersama. Mengerjakan tugas bersama, tidak seperti pacaran pada umumnya.
Suatu hari mereka pergi ke bioskop berdua setelah pulang dari kampus. Itupun karena Putra yang terus mendesak Elena untuk ikut. Tanpa sengaja mereka bertemu dengan ibu dari Putra. Wanita cantik dengan pakaian bermerek di seluruh tubuhnya.
Wanita itu memandang Elena dengan pandangan tidak mengenakkan membuat Elena minder. Tidak dengan Putra, tangan pria itu menggenggam erat tangan Elena seolah takut kehilangan dirinya.
"Kamu bersama siapa, Nak?" tanya wanita itu.
"Perkenalkan Ma, dia Elena. Elena kenalkan, dia mamaku." Elena memajukan tangannya untuk menjabat tangan wanita itu namun, dia tidak memberikan reaksi apapun.
"Saya Ratna Prayoga, mamanya Putra. Dia adalah penerus perusahaan milik papanya dan dia harus menikah dengan orang yang sederajat dengan kami," sarkas Ratna sambil menatap Elena dari atas sampai ke bawah.
Tidak ada yang mewah di mata Ratna. Baginya, Elena seperti penghalang baginya. Dia tidak bisa membiarkan putranya bersama dengan Elena. Apalagi melihat Putra yang begitu memuja wanita disampingnya. Tidak boleh terjadi, dia harus memisahkan keduanya.
"Ma, kami duluan ya, ayo sayang kita pergi!" Putra tahu, Elena sangat tidak nyaman dengan tatapan mamanya.
"Tante, saya permisi." Kembali Elena memajukan tangannya untuk mencium punggung tangan wanita itu. Namun lagi-lagi, tangannya diabaikan.
Meski canggung, Elena menarik kembali tangannya. Dia mencoba tetap tersenyum walau dalam dirinya ada sesuatu yang melasak minta keluar. Mereka berjalan menjauh dari Ratna. Setelah dikira sudah tidak terlihat lagi, Elena melepaskan tangan Putra.
Pria itu menatapnya dengan tatapan heran. "Kenapa? Kenapa wajahmu memerah? Tolong jangan dengarkan kata-kata mama. Dia memang seperti itu kepada setiap orang yang dekat denganku," jelas Putra.
"Kak, kita pulang saja yah, aku sepertinya tidak enak badan. Nontonnya lain kali saja." Elena mencoba tersenyum kepada Putra. Dia tidak menanggapi apa-apa atas penjelasan Putra tentang mamanya.
"Kamu marah?" tanya Putra dengan cemas.
"Buat apa? Perkataan mama kamu benar. Kamu harus memiliki kekasih yang sesuai dengan keinginan Tante Ratna, yang jelas bibit bebet bobotnya. Aku hanya anak beasiswa Kak, tidak lebih. Untuk bersama dirimu tentunya akan banyak jalan terjal yang harus aku lalui." Elena mengangkat sudut bibirnya, mencoba tersenyum walau dipaksakan.
"Tolong jangan bicara seperti itu. Aku menyayangimu dan aku mencintaimu. Itu sudah cukup untukmu, aku tidak akan membiarkan orang lain merusak hubungan kita berdua," tutur Putra, dia menarik Elena kedalam pelukannya.
"Aku mencintaimu Elena dan aku tidak bisa jika harus kehilangan kamu," bisik Putra.
Elena ingin membalas pelukan Putra tapi tangannya tidak mampu hanya sekedar untuk terangkat. Elena mengepalkan tangannya kuat, gemuruh di dadanya membuat dirinya sesak.
Bab 1 Cinta terhalang restu
25/01/2024
Bab 2 Cinta terhalang restu
27/01/2024
Bab 3 Meminta bantuan
27/01/2024
Bab 4 Dia memiliki tunangan
28/01/2024
Bab 5 Mencari keberadaan Elena
28/01/2024
Bab 6 Indahnya senyum mu
29/01/2024
Bab 7 Senyum yang membuat candu
30/01/2024
Bab 8 Perubahan sikap Elena
31/01/2024
Bab 9 Pertemuan Tidak Terduga
01/02/2024
Bab 10 Timbul tenggelam
03/02/2024
Bab 11 Pesonamu
05/02/2024
Bab 12 Tenggelam dalam rindu
06/02/2024
Bab 13 Terpesona
07/02/2024
Bab 14 Sosok Ja'far yang lain
07/02/2024
Bab 15 Aku yang terlahir tanpa kasih sayang
09/02/2024
Bab 16 Debaran
10/02/2024
Bab 17 Elenaku
10/02/2024
Bab 18 Panik
14/02/2024
Bab 19 Sebuah Fakta
14/02/2024
Bab 20 Kejutan yang membahagiakan
15/02/2024
Bab 21 Sikap Elena berbeda
28/02/2024
Bab 22 Foto kenangan
29/02/2024
Bab 23 Disabotase
02/03/2024
Bab 24 Membuat iri
03/03/2024
Bab 25 Alasan Putra
05/03/2024
Bab 26 Salah Trik
07/03/2024
Bab 27 Masakan yang di buat sepenuh hati
12/03/2024
Bab 28 Godaan orang tampan
25/03/2024
Bab 29 Sekretaris baru
03/04/2024
Buku lain oleh TaraChan
Selebihnya