Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
KABUT CINTA DI KOTA HUJAN

KABUT CINTA DI KOTA HUJAN

B. Utami

5.0
Komentar
3.1K
Penayangan
20
Bab

Gayatri tidak bisa menolak saat ibunya menjodohkan dengan Baskoro, anak dari sahabat almarhum ayahnya. Dia terpaksa menikah di usia muda karena ingin meringankan beban ibunya. Hati Gayatri sakit saat mengetahui Baskoro terpaksa menikahinya. Kehidupannya terasa semakin perih saat tau Baskoro masih mencintai dan perhatian ke Saras, mantan pacarnya. Kehadiran Bima, atasan Baskoro yang mencintai Gayatri membuat pernikahan mereka goyah. Kemuncul Andika, mantan kekasih Gayatri membuat cinta yang sudah lama dikubur bersemi kembali. Kepulangan Saras dari luar negeri semakin memperkeruh suasana. Hubungan Gayatri dengan Baskoro pun menjadi renggang dan pertengkaran tidak bisa dihindarkan. Bisakah Gayatri dan Baskoro menjaga kesetiaan di tengah godaan? Bisakan Gayatri dan Baskoro mempertahankan rumah tangganya? Bagaimana Gayatri menjalani hari-harinya di Kota Hujan yang penuh liku?" Bisakah Gayatri menyelesaikan kuliah, meskipun sudah menikah?" Ikuti cerita 'Kabut Cinta di Kota Hujan' sampai TAMAT! 🙏🙏🙏

Bab 1 Kebahagiaan Sesaat

Oh ya, kasih bintang lima, tinggalkan komentar dan tekan love di setiap bab baru ya.

Selamat menikmati tulisanku, semoga bermanfaat buat teman-teman semua.

***B.Utami***

17 tahun ke atas

"Alhamdulillah lulus." Teriakan terdengar kencang.

Koridor bangunan buatan Belanda, bekas kantor Karisidenan Banyumas yang dibangun tahun 1921 terlihat rame. Siswa-siswi kelas tiga riuh setelah mendapatkan amplop kelulusan. Ada yang memilih membuka sendiri, tetapi banyak yang membuka bersama dengan teman.

Bangunan tua yang berdiri kokoh seolah bergoyang karena ikut merasakan kebahagiaan, setelah semua siswa dinyatakan lulus. Angin berhembus pelan dari jendela panjang yang terbuka lebar membuat hawa tetap terasa sejuk, walau suasana panas dan hiruk-pikuk. Pintu kelas tidak berhenti dilewati siswa yang ingin menemui temannya untuk merayakan kelulusan.

Semua tersenyum bahagia karena perjuangan panjang dan penantian yang menyita hati dan pikiran akhirnya terlewati. Hari itu, tidak ada satu pun siswa yang berani mencorat-coret baju karena dari jauh hari diumumkan, tidak boleh merayakan kelulusan dengan cara tidak terpuji.

Banyak siswa yang belum bisa bernafas lega karena setelah pengumuman kelulusan masih harus berjuang mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Baru sebagian kecil siswa yang lolos seleksi Penelusuran Minat dan Kemampuan.

Hari itu, ada satu wajah yang senyumnya lebih lebar dari yang lain karena selain dinyatakan lulus, juga merasakan untuk pertama kali ditembak laki-laki. Dan yang membuat lebih bahagia lagi karena yang menyatakan cinta adalah laki-laki yang selama ini dikagumi.

Gayatri tidak berani menunjukkan perasaan karena banyak teman wanita menaruh hati. Dia sedikit kaget karena tidak terpikir, laki-laki yang dikagumi juga menaruh perasaan yang sama. Dia berpenampilan sederhana dan berwajah biasa jika dibanding teman-temannya. Dia juga fokus membantu ibunya menjahit karena sadar anak janda tidak mempunyai waktu untuk bermain seperti teman-teman.

Gayatri masih ragu menerima cinta laki-laki itu dan meminta ditunggu sampai pengumuman penerimaan UMPTN. Dia sadar kalau tidak diterima di PTN, tidak akan bisa kuliah. Hasil usaha ibunya dan pensiunan janda tentara berpangkat rendah tidak akan sanggup untuk membiayai di Perguruan Tinggi Swasta.

Gayatri tahu laki-laki yang menyukai berasal dari keluarga cukup berada. Dia tidak akan menerima cinta tersebut kalau tidak kuliah karena jarak akan semakin terbuka lebar.

***B.Utami***

Akhirnya waktu yang ditunggu tiba, walau bukan pilihan pertama, tapi bisa diterima di PTN sudah membuat hati bahagia. Namun, Gayatri sedikit bimbang karena akan meninggalkan ibunya seorang diri di Purwokerto. Dia khawatir kalau tidak dibantu, ibunya tidak sanggup menyelesaikan jahitan karena jumlah pelanggan sudah semakin banyak.

Beruntung ibunya bisa meyakinkan untuk tetap pergi mengejar cita-cita. Saudara dari Banjarnegara akan datang untuk belajar menjahit dan membantu ibunya karena setelah lulus SMA tidak melanjutkan sekolah. Sekarang dia pun merasa sedikit tenang meninggalkan ibunya.

***B.Utami***

Bu Sekar menitikan air mata bahagia karena amanat suami untuk menyekolahkan anak setinggi-tingginya akan segera terwujud. Beliau terharu saat menyadari Gayatri telah tumbuh menjadi gadis cantik dan baik hati. Lelah yang selama ini dirasakan pun menghilang saat melihat anaknya bisa melewati satu tahapan penting dalam hidup.

Bu Sekar membuka buku rekening yang sudah menunjukkan saldo cukup banyak. Air mata mengucur deras karena mengingat suaminya sudah menyiapkan biaya pendidikan untuk Gayatri. Sayang suaminya tidak bisa menyaksikan keberhasilan Gayatri karena meninggal di usia muda. Saat itu umur Gayatri baru lima tahun, sehingga tidak bisa mengingat ayahnya dengan jelas.

***B.Utami***

Malam itu Andika datang dan disambut Bu Sekar dengan hangat seperti biasa. Ini bukan pertama kali dia datang ke rumah Gayatri karena sudah sering menghabiskan waktu untuk belajar bersama.

Bu Sekar senang dengan Andika karena selalu membantu Gayatri mengerjakan soal-soal latihan, sehingga bisa lolos UMPTN. Gayatri memutuskan tidak ikut les untuk menghemat biaya dan merasa yakin akan diterima PMDK karena selalu masuk sepuluh besar. Namun, sayang di semester terakhir nilai rapor turun karena sakit typus.

"Selamat ya Tri, kamu keterima di IPB."

"Iya Dik, makasih banyak. Kapan berangkat ke Magelang?"

"Insya Allah besok, sebelum aku pergi gimana jawaban kamu, Tri?"

Gayatri tertunduk karena merasa malu dan ragu untuk menjawab. Dia pun diam cukup lama untuk menata hati.

"Tri, aku udah siap menerima jawaban terburuk." Andika kembali bersuara.

"Aku mau jadi pacar kamu."

"Alhamdulillah, aku bisa pergi dengan tenang sekarang. Kamu harus semangat kuliah, biar cepet lulus. Begitu lulus aku akan melamar kamu." Andika tersenyum lebar dengan mata berkaca.

Gayatri mangangguk kemudian menunduk menahan malu karena Andika terus menatapnya. Namun, bibirnya tersenyum karena tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan. Mereka berjanji akan menjaga hati, walau harus menuntut ilmu di kota yang berbeda.

Malam itu terasa berbeda karena merupakan malam minggu pertama sekaligus terakhir bagi sepasang kekasih yang baru jadian. Sebelum pergi Andika menyerahkan kalung perak lengkap dengan liontin bertuliskan huruf A.

"Semoga dengan memakai kalung ini, kamu akan ingat sama aku terus ya, Tri."

"Iya Dik, makasih."

Gayatri melepas kepergian Andika dengan linangan air mata. Dia merasa sedih akan berpisah dengan laki-laki yang sudah banyak membantu dan mendorong masuk PTN. Jalan Dr Angka terlihat lengang, seolah ingin memberi kesempatan kepada mereka untuk mengucapkan kata perpisahan.

***B.Utami***

Bu Linda kaget saat masuk kamar Andika melihat foto perempuan terpampang di meja. Beliau tidak mau harapan melihat Andika bisa meraih posisi puncak dalam karir militer pupus. Beliau pun berniat untuk menyelidiki siapa perempuan tersebut.

Bu Linda sesaat melupakan masalah Andika karena teringat harus menjahit baju kebaya untuk mendampingi suami pelantikan. Beliau pun pergi ke tukang jahit langganan. Beliau terlihat bingung karena untuk pertama kali datang sendiri ke rumah Bu Sekar. Biasanya hanya meminta tukang becak langganan untuk mengantar bahan dan mengambil jahitan. Hari itu beliau menemui Bu Sekar karena ingin model kebaya yang berbeda dari biasa.

Setelah menyusuri gang sempit yang cukup panjang Bu Linda sampai di rumah Bu Sekar. Beliau tidak percaya di rumah kecil dan sangat sederhana baju-bajunya telah dibuat. Beliau senang dengan jahitan Bu Sekar karena murah, rapih dan bagus, sehingga membuatnya percaya diri berdampingan dengan ibu-ibu pejabat.

Bu Linda memilih bergaul dengan kalangan atas, agar ikut terangkat derajatnya. Beliau tidak mau bergaul dengan kelas bawah karena merasa sudah terlalu lama hidup dalam kesederhanaan. Beliau berasal dari keluarga biasa dan diperistri perwira.

"Bu, minta tolong jahitkan kebaya untuk pelantikan suami saya ya!"

"Maaf Bu, sedang banyak pesanan dan saya mau mengantar anak ke Bogor."

"Saya minta tolong dibantu, saya siap membayar lebih kalau perlu."

Bu Sekar akhirnya menerima karena Bu Linda terus memaksa. Beliau juga butuh uang untuk tambahan ongkos mengantar Gayatri ke Bogor.

Saat sedang ngobrol, Gayatri ke luar kamar untuk pamit karena akan mengantar jahitan. Dia bersalaman dengan Bu Sekar dan Bu Linda, tanpa menaruh curiga kalau hari itu kebahagiaannya akan berubah.

Wajah Bu Linda langsung berubah masam setelah menyadari anak Bu Sekar adalah perempuan yang sama dengan foto di meja Andika. Beliau mulai memikirkan cara untuk memisahkan Andika sebelum hubungan mereka berjalan terlalu jauh. Beliau merasa harus bertindak secepat agar tidak sampai terlambat.

"Maaf, saya sebenarnya tidak mau mencampuri urusan anak-anak. Namun, Bu Sekar kan tahu siapa keluarga saya, jadi mohon mengerti kalau Andika harus mendapat istri dari kalangan yang sepadan."

"Maksud Ibu?"

"Foto anak Ibu ada di kamar Andika, pasti di antara mereka ada hubungan spesial. Saya mohon sebelum hubungan mereka berjalan terlalu jauh kita hentikan."

Bu Sekar kaget mendengar ucapan Bu Linda. Beliau sakit hati dan merasa terhina karena berpikir sudah mengenal Bu Linda dengan baik. Namun, beliau tetap tersenyum, walaupun hati mendidih.

"Baik, Bu Linda tidak usah khawatir, Gayatri dan Andika akan putus hari ini juga." Suara Bu Sekar agak terbata karena menahan emosi.

"Satu lagi, saya mohon jangan sampai Andika tahu kalau saya yang meminta hubungan ini berakhir."

Bu Sekar hanya mengangguk kemudian diam menahan marah. Beliau ingin membatalkan jahitan baju Bu Linda, tetapi diurungkan karena sudah terlanjur berjanji dan harus ditepati.

Kata-kata Bu Linda telah menyayat hati Bu Sekar karena kalau suaminya tidak meninggal di usia muda pasti sudah mempunyai kedudukan di atas suami Bu Linda. Bu Sekar mengusap air mata sambil memikirkan cara agar Gayatri mau memutuskan hubungan dengan Andika.

***B.Utami***

"Assaalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Maaf saya mau antar jahitan dan ada titipan dari Ibu."

Bu Broto mengernyitkan dahi, walau bisa menebak gadis tinggi semampai berkulit putih bersih di depannya adalah Gayatri. Bu Broto tertengun gadis kecil yang dulu sering digendong sekarang sudah tumbuh menjadi gadis cantik jelita. Beliau juga kagum karena Gayatri mewarisi kecantikan yang dimiliki ibunya. Namun, beliau tidak mau gegabah karena takut salah menebak.

"Ayo masuk!"

"Nggih Bu."

Bu Broto baru seminggu pindah ke Purwokerto dan membutuhkan kebaya baru untuk pelantikan jabatan suami. Beruntung ada penjahit yang direkomendasikan ibu-ibu kepada Bu Broto.

"Siapa nama kamu?"

"Nami kulo, Gayatri."

"Kamu sekolah di mana?" Bu Broto kembali dibuat takjub. Gayatri kecil menjelma menjadi gadis yang sopan dan halus tutur katanya.

"Kulo nembe lulus SMA dan alhamdulillah ketampi wonten IPB."

"Wah selamat ya, kamu hebat. Terus semangat, walau ayah kamu tidak bisa menyaksikan, tapi pasti bangga melihat kamu sukses." Bu Broto berusaha menahan rasa haru.

"Nggih Bu."

Gayatri terus tersenyum selama meladeni percakapan yang cukup panjang. Dia tidak pernah berpikir pertemuan dengan Bu Broto akan merubah jalan hidup. Hatinya sedang berbunga, sebentar lagi akan ke Bogor untuk melanjutkan kuliah dan mengejar cita-cita. Dia sangat bersemangat meraih masa depan agar sejajar dengan Andika dan pantas menjadi pendamping hidupnya.

***B.Utami***

BERSAMBUNG

Silahkan tinggalkan komentar dan pencet love ...

Terima kasih

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku