Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pengantin Kecil Sang Mafia

Pengantin Kecil Sang Mafia

Queenza

5.0
Komentar
669
Penayangan
3
Bab

Aaron William Dixon, pria atheis berdarah dingin, penguasa dunia bawah sekaligus CEO yang mendominasi Negara X ini mampu mendapatkan apapun yang diinginkan, termasuk wanita. Tapi...kenapa dia tak bisa dapatkan hati gadis ini? Dia tidak tahu apa yang salah dengan dirinya? Mengapa dia tidak bisa menaklukkan wanita lemah sepertinya? Hatinya yang dingin tak tersentuh sekian lamanya begitu mudahnya dicairkan oleh seorang gadis biasa seperti Roseanne Maddison. Demi mengemban amanah Ayahnya sebelum meninggal, Rose bertekad pergi ke Negara X untuk mencari keluarga Ayahnya berada. Tapi apakah Rose tahu, bahwa niatannya akan berujung pada sebuah Takdir?? Takdir yang merubah hidup keduanya, menggoncang hati sang penguasa dingin. Akankah Aaron berhasil mendapatkan hati Rose? Ketika Takdir di hadapkan pada dua kehidupan yang saling berlawanan, mampukah Rose bertahan di dalamnya?

Bab 1 Hari sial!

Berada di salah satu kota di Negara Prancis inilah seorang gadis bernama Roseanne Maddison berumur 20 tahun sedang menjalankan studinya di Universitas ternama yang ada di sana. Seorang gadis yang memiliki senyum menawan, memiliki watak periang dan mempunyai pedoman hidup berpegang teguh pada apa yang diyakininya.

Sudah 2 tahun lamanya Rose meninggalkan Indonesia demi mewujudkan keinginan mendiang sang Ayah untuk mencari keluarga yang ditinggalkan nya, Rose bahkan pergi tanpa mendapat petunjuk dari ibunya. Yuliana al-Farezi adalah Ibu Rose, dia adalah orang yang menentang keinginan Rose untuk mewujudkan keinginan Ayahnya. Tanpa petunjuk apapun Rose akhirnya bertekad untuk menemukan keluarganya yang hilang.

Demi menyelesaikan tugas yang tertunda, Rose harus lembur di rumah temannya hingga malam tiba. Di tengah keadaan yang semakin tidak menguntungkan baginya, dia berjalan sendiri melewati hiruk-pikuk keramaian yang terasa lebih mencekam.

"Mengapa jam segini tidak ada taksi yang lewat? Apakah aku terlalu malam untuk keluar sendirian?" Gumam Rose. Dia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, dan waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam.

Rose terus berjalan hingga tidak sengaja bertemu beberapa preman yang sedang mabuk, "Hei cantik, sendiri saja. Mau aku temani?" Goda salah satu preman tadi dengan tatapan beringas.

"Mundur kalian, aku tidak segan untuk melaporkan kalian ke polisi!"

Ancaman Rose rupanya tidak mempan terhadap orang yang sedang mabuk berat, mereka justru memojokkan Rose hingga ke tempat yang gelap dan sepi.

"Mari kita bermain cantik. Tenang, aku akan melakukannya dengan lembut padamu." Seringai salah satu preman yang kemungkinan adalah bosnya.

Kedua preman tadi mencoba menjagal Rose, namun dia berhasil menghindar dengan cara menendang kaki dan perut pemabuk hingga meringis kesakitan. Karena Rose melawan, mereka justru semakin beringas, kini Rose benar-benar terpojok.

'Bagaimana ini, aku sudah terpojok. Apakah sudah tidak ada cara lain untukku lepas dari mereka?' Hati Rose terus berbicara dan berpikir bagaimana cara agar bisa lepas dari mereka.

Pikirannya seakan blank. Rose hanya bisa berteriak. "Siapapun tolong aku!"

Teriakannya membuat preman tadi kalang kabut. Mereka membungkam mulut Rose hingga nafasnya tersengal. Dengan sekuat tenaga Rose mencoba lepas dari mereka. Dia menggigit salah satu tangan yang membungkamnya dan menggunakan kesempatan itu untuk berlari. Namun naas, Rose tetap saja terkejar.

"Dasar pria tidak tahu malu, lepaskan aku!" Teriaknya kembali. Sebisa mungkin Rose melawan meski itu mustahil.

Tidak jauh dari tempat Rose berada, seorang pria keluar bersama wanita menuju mobil yang telah terparkir tidak jauh dari tempat Rose berada. Rose yang melihat ada orang yang keluar dari salah satu bar pun berinisiatif untuk berteriak kembali.

'Ini kesempatanku untuk meminta tolong,' batin Rose. Dengan sekuat tenaga, dia pun berteriak. "Tolong!" teriak Rose. Tatapannya tajam tanpa rasa takut.

"Brengsek! Berhenti berteriak sialan!" geram sang preman. Dia pun memberikan tamparan keras pada Rose.

Plak!

Pipi Rose seketika memerah. Rasanya panas dan perih, bekas tamparan itu tampak nyata di wajah.

"Diam! Jangan melawan!" Ancam is preman.

'Sudahlah. Mana mungkin ada orang yang mau menolongku di saat aku tengah berada di tangah seorang preman?!'

Saat semua terasa seakan tidak mungkin untuk lepas dari para preman yang tengah mabuk, tiba-tiba seorang pria yang tadi keluar dari bar bersama seorang wanita, menarik tangan Rose hingga jatuh ke dalam pelukannya. Pria itu seketika memberi pukulan tepat di wajah hingga lebam.

"Kurang ajar, siapa kau! Berani sekali menghajar preman yang menguasai tempat ini!" Ujar salah satu preman yang tadi membungkam Rose.

"Kau tidak perlu tahu siapa aku, tapi aku tidak suka ada preman gadungan sepertimu mengaku sebagai penguasa tempat ini. Enyahlah sebelum kesabaranku habis!" Ancam pria itu dengan tatapan tajam.

Mendengar ancaman pria itu para preman tidak jera juga, mereka justru membawa kelompok mereka untuk menyerang. "Kau pasti akan mati di tangan kami anak muda! Jadi bersiaplah untuk kematianmu!"

Mereka mulai mengeluarkan senjata tajam, dengan beringasnya mereka menyerang pria muda yang tengah mendekap Rose bersamaan. Namun sayang, di balik saku pria asing tadi terdapat pistol yang langsung diarahkan pada mereka.

Dor dor dor

Terdengar suara dentuman dari peluru yang keluar dari pistol. Dalam sekejap para preman tersebut tumbang dengan darah berceceran dimana-mana.

Rose yang baru pertama kali mendengar dan melihat orang mati dengan tembakan peluru pun tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak. Dia kaget.

"Tidak!" Teriak Rose, dia syok melihat mayat preman menumpuk di depan matanya. Melihat kejadian itu, Rose mendorong pria muda yang menolongnya begitu saja hingga dirinya sendiri yang terjatuh.

Rose ling lung, dia diam mencerna apa yang sedang terjadi.

"Kamu berani mendorong penolongmu, apakah kamu tidak tahu cara berterima kasih?" Tatap pria muda tadi pada Rose yang masih tersungkur di tanah.

Sadar dirinya masih di tempat umum, Rose mencoba berdiri dengan perasaan takut sekaligus kesal melihat betapa congkaknya cara pria muda tadi berbicara.

"Terima kasih karena telah menolong saya. Apa kamu puas!" Ujar Rose dengan senyum dipaksakan. Dia berjalan tanpa menghiraukan pria muda tadi yang memandangnya.

Melihat Rose yang pergi begitu saja, membuat pria muda tadi menyeringai. "Baru kali ini ada seorang gadis yang menunjukkan ketidak sukaannya padaku. Menarik."

Pria muda tadi mengikuti Rose dan menghentikan langkah Rose dengan mencekal tangannya hingga membuatnya terjatuh untuk kedua kalinya kedalam pelukan pria muda tadi. Sesaat Rose memandang tanpa berkedip.

"Dengar! Apa kamu pikir saya butuh terima kasihmu? Beri saya hal yang menyenangkan baru saya akan melepaskanmu." Perkataan pria muda tadi membuat Rose tersadar dan mendorong pria muda tadi sekali lagi hingga Rose terjatuh untuk yang kedua kalinya.

"Mau sampai kapan kamu akan memberontak gadis kecil, rubah sepertimu memang seharusnya dijinakkan." Pria muda tadi membawa paksa Rose di atas pundaknya.

"Hei lepaskan aku, brengsek!" Rose memberontak dengan memukul pundak pria muda tadi.

Sikap pria muda yang membawa paksa Rose sontak menyita perhatian semua orang yang melihat, terutama gadis yang sedang berada di depan bar. Seketika semua mata wanita melihat dengan tatapan sinis yang di tunjukkan pada Rose.

'Pria sialan, kenapa aku bisa sampai jatuh ke tangan pria gila sepertinya?' Batin Rose.

"Diam kamu gadis kecil, rubah sepertimu benar-benar merepotkan."

Pria tadi membawa Rose ke mobil sedan hitam dan membuka pintunya. Dia membanting Rose di kursi mobil bagian depan. "Diam, dan jangan bergerak!" perintah si pria tegas.

Pintu mobil ditutup dengan kasar hingga menimbulkan suara keras. Nyali Rose pun menciut. Dia tidak lagi berkeinginan untuk memberontak karena takut.

Si pria masuk ke dalam mobil dan membawa mobil tersebut melesat meninggalkan kawasan bar.

'Sejak kamu membuat saya tertarik. Maka kamu adalah milik saya!'

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku