Belenggu Pernikahan Sang Mafia

Belenggu Pernikahan Sang Mafia

simetri

5.0
Komentar
449
Penayangan
34
Bab

Demi membalas dendam keluarganya, Gabriel Alaric memaksa Aveline Harper untuk menikah dengannya. Aveline, seorang gadis polos berusia 21 tahun, terjebak dalam permainan Gabriel yang penuh kebencian. Gabriel tidak pernah menganggap Aveline sebagai seorang istri, melainkan sebagai alat untuk menghancurkan ayahnya, Leonard Harper, seorang pria yang telah menghancurkan hidup Gabriel bertahun-tahun yang lalu. Namun, di balik kemarahan dan kebencian Gabriel, ada rahasia kelam yang terus menghantuinya. Sementara itu, Aveline yang awalnya hanya ingin bertahan, mulai mencari cara untuk memahami luka di balik kekejaman suaminya. Akankah Gabriel mampu melepaskan balas dendamnya? Atau justru perasaan cinta yang tak terduga akan menyatukan mereka?

Bab 1 Dendam yang Membara

Aveline berdiri dengan tubuh gemetar di depan altar. Gaun pengantin putih yang seharusnya melambangkan kebahagiaan malah terasa seperti penjara baginya. Di sebelahnya, Gabriel Alaric berdiri dengan tatapan dingin, tanpa sedikit pun senyuman di wajahnya. Lelaki itu tampak sempurna dengan setelan jas hitam yang pas di tubuh tegapnya, tetapi dinginnya tatapan mata birunya cukup untuk membuat siapa pun merasa terintimidasi.

"Dengan ini, aku nyatakan kalian resmi menjadi suami dan istri." Suara pendeta terdengar lantang di gereja yang sepi.

Gabriel mengulurkan tangannya ke arah Aveline, bukan dengan kelembutan seorang pengantin pria, melainkan seperti memerintahkan seorang bawahan. Aveline menelan ludah, merasa tak punya pilihan lain selain menggenggam tangannya. Sentuhan dingin itu membuat tubuhnya merinding.

"Jangan terlalu senang, Aveline," bisik Gabriel dengan suara rendah yang hanya bisa didengar oleh Aveline. "Ini bukan akhir dari penderitaanmu. Ini baru permulaan."

Aveline menundukkan kepala, mencoba menahan air mata yang sudah menggenang di sudut matanya. Kenapa aku harus menikah dengan pria seperti ini? pikirnya dengan putus asa.

Ketika upacara selesai, Gabriel menarik Aveline keluar dari gereja tanpa basa-basi. Ia bahkan tidak menghiraukan tamu-tamu yang menunggu untuk memberi ucapan selamat.

"Gabriel, kita harus..." Aveline mencoba berbicara, tetapi kata-katanya terhenti ketika Gabriel menoleh tajam.

"Kita harus apa? Berpura-pura menjadi pasangan bahagia? Jangan bodoh, Aveline," ucapnya dingin. "Pernikahan ini hanya untukku, bukan untukmu."

Aveline tidak menjawab. Ia tahu setiap kata yang keluar dari mulut Gabriel selalu dilapisi racun. Mobil limousine hitam sudah menunggu mereka di depan gereja. Gabriel membuka pintu dengan kasar dan memerintahkan Aveline masuk.

Di dalam mobil, suasana sunyi terasa mencekam. Aveline duduk dengan tangan yang meremas gaunnya, sementara Gabriel sibuk dengan ponselnya. Wajah pria itu tidak menunjukkan emosi apa pun.

"Kenapa aku?" Suara Aveline akhirnya pecah di tengah keheningan. Ia memberanikan diri untuk menatap suaminya.

Gabriel mendongak dari ponselnya, menatap Aveline dengan tatapan menghina. "Kenapa kau? Karena kau adalah putri Leonard Harper, pria yang menghancurkan keluargaku."

Aveline mengerutkan kening. "Apa maksudmu? Ayahku..."

"Jangan menyebutnya ayahmu di depanku!" bentak Gabriel, suaranya bergema di dalam mobil. "Dia bukan seorang ayah. Dia monster. Dan sekarang, kau akan menanggung semua akibat dari perbuatannya."

Air mata Aveline akhirnya jatuh. Ia tidak mengerti apa kesalahannya hingga harus menjadi korban kebencian Gabriel. Tetapi ia tahu, tidak ada gunanya melawan pria itu.

Sesampainya di rumah megah Gabriel, yang lebih mirip istana, Aveline hampir tidak bisa percaya bahwa ia harus tinggal di tempat sebesar ini. Namun, suasana mencekam dari mansion itu membuatnya merasa seperti sedang berjalan menuju penjara.

Gabriel tidak menunggu lama untuk menunjukkan sikap dinginnya. "Ini kamarmu," ucapnya sambil membuka sebuah pintu. Kamar itu besar dan mewah, tetapi dingin, tanpa sentuhan kehangatan.

"Dan kau?" tanya Aveline dengan suara kecil.

Gabriel tertawa kecil, tetapi tawa itu tidak mengandung kebahagiaan. "Aku? Aku akan tinggal di kamarku sendiri, tentu saja. Jangan berpikir aku akan tidur di ranjang yang sama denganmu. Aku tidak akan pernah menyentuhmu, Aveline. Aku tidak akan menyentuh sesuatu yang kubenci."

Kata-kata itu seperti pisau yang menusuk hati Aveline. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan rasa sakit di dadanya.

"Mulai sekarang, kau hanya akan melakukan apa yang kuperintahkan," lanjut Gabriel tanpa belas kasihan. "Jangan harap ada cinta atau perhatian dariku. Kau ada di sini hanya karena aku ingin menghancurkan ayahmu. Itu saja."

Gabriel meninggalkan Aveline di kamar itu tanpa memberi kesempatan untuk membalas. Pintu tertutup dengan suara keras, meninggalkan Aveline sendirian dengan rasa hancur yang tak terlukiskan.

Aveline duduk di tepi ranjang besar itu, air matanya mengalir deras. Ia tidak tahu bagaimana ia akan menjalani hari-harinya sebagai istri Gabriel Alaric, seorang pria yang penuh kebencian dan dendam.

Namun di balik semua rasa sakit itu, Aveline berjanji pada dirinya sendiri. Jika ia harus bertahan di neraka ini, ia akan menemukan alasan di balik kebencian Gabriel. Aku akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, pikirnya dengan penuh tekad, meski hatinya masih gemetar.

Di luar kamar, Gabriel berdiri di depan pintu dengan rahang yang mengeras. Ia mendengar isak tangis Aveline, tetapi ia memaksa dirinya untuk tidak peduli.

"Ini hanya permulaan, Leonard Harper," gumamnya dengan dingin. "Aku akan membuatmu menyesali semua yang telah kau lakukan pada keluargaku."**Bab 1: Dendam yang Membara**

Aveline berdiri dengan tubuh gemetar di depan altar. Gaun pengantin putih yang seharusnya melambangkan kebahagiaan malah terasa seperti penjara baginya. Di sebelahnya, Gabriel Alaric berdiri dengan tatapan dingin, tanpa sedikit pun senyuman di wajahnya. Lelaki itu tampak sempurna dengan setelan jas hitam yang pas di tubuh tegapnya, tetapi dinginnya tatapan mata birunya cukup untuk membuat siapa pun merasa terintimidasi.

"Dengan ini, aku nyatakan kalian resmi menjadi suami dan istri." Suara pendeta terdengar lantang di gereja yang sepi.

Gabriel mengulurkan tangannya ke arah Aveline, bukan dengan kelembutan seorang pengantin pria, melainkan seperti memerintahkan seorang bawahan. Aveline menelan ludah, merasa tak punya pilihan lain selain menggenggam tangannya. Sentuhan dingin itu membuat tubuhnya merinding.

"Jangan terlalu senang, Aveline," bisik Gabriel dengan suara rendah yang hanya bisa didengar oleh Aveline. "Ini bukan akhir dari penderitaanmu. Ini baru permulaan."

Aveline menundukkan kepala, mencoba menahan air mata yang sudah menggenang di sudut matanya. **Kenapa aku harus menikah dengan pria seperti ini?** pikirnya dengan putus asa.

Ketika upacara selesai, Gabriel menarik Aveline keluar dari gereja tanpa basa-basi. Ia bahkan tidak menghiraukan tamu-tamu yang menunggu untuk memberi ucapan selamat.

"Gabriel, kita harus..." Aveline mencoba berbicara, tetapi kata-katanya terhenti ketika Gabriel menoleh tajam.

"Kita harus apa? Berpura-pura menjadi pasangan bahagia? Jangan bodoh, Aveline," ucapnya dingin. "Pernikahan ini hanya untukku, bukan untukmu."

Aveline tidak menjawab. Ia tahu setiap kata yang keluar dari mulut Gabriel selalu dilapisi racun. Mobil limousine hitam sudah menunggu mereka di depan gereja. Gabriel membuka pintu dengan kasar dan memerintahkan Aveline masuk.

Di dalam mobil, suasana sunyi terasa mencekam. Aveline duduk dengan tangan yang meremas gaunnya, sementara Gabriel sibuk dengan ponselnya. Wajah pria itu tidak menunjukkan emosi apa pun.

"Kenapa aku?" Suara Aveline akhirnya pecah di tengah keheningan. Ia memberanikan diri untuk menatap suaminya.

Gabriel mendongak dari ponselnya, menatap Aveline dengan tatapan menghina. "Kenapa kau? Karena kau adalah putri Leonard Harper, pria yang menghancurkan keluargaku."

Aveline mengerutkan kening. "Apa maksudmu? Ayahku..."

"Jangan menyebutnya ayahmu di depanku!" bentak Gabriel, suaranya bergema di dalam mobil. "Dia bukan seorang ayah. Dia monster. Dan sekarang, kau akan menanggung semua akibat dari perbuatannya."

Air mata Aveline akhirnya jatuh. Ia tidak mengerti apa kesalahannya hingga harus menjadi korban kebencian Gabriel. Tetapi ia tahu, tidak ada gunanya melawan pria itu.

Sesampainya di rumah megah Gabriel, yang lebih mirip istana, Aveline hampir tidak bisa percaya bahwa ia harus tinggal di tempat sebesar ini. Namun, suasana mencekam dari mansion itu membuatnya merasa seperti sedang berjalan menuju penjara.

Gabriel tidak menunggu lama untuk menunjukkan sikap dinginnya. "Ini kamarmu," ucapnya sambil membuka sebuah pintu. Kamar itu besar dan mewah, tetapi dingin, tanpa sentuhan kehangatan.

"Dan kau?" tanya Aveline dengan suara kecil.

Gabriel tertawa kecil, tetapi tawa itu tidak mengandung kebahagiaan. "Aku? Aku akan tinggal di kamarku sendiri, tentu saja. Jangan berpikir aku akan tidur di ranjang yang sama denganmu. Aku tidak akan pernah menyentuhmu, Aveline. Aku tidak akan menyentuh sesuatu yang kubenci."

Kata-kata itu seperti pisau yang menusuk hati Aveline. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan rasa sakit di dadanya.

"Mulai sekarang, kau hanya akan melakukan apa yang kuperintahkan," lanjut Gabriel tanpa belas kasihan. "Jangan harap ada cinta atau perhatian dariku. Kau ada di sini hanya karena aku ingin menghancurkan ayahmu. Itu saja."

Gabriel meninggalkan Aveline di kamar itu tanpa memberi kesempatan untuk membalas. Pintu tertutup dengan suara keras, meninggalkan Aveline sendirian dengan rasa hancur yang tak terlukiskan.

Aveline duduk di tepi ranjang besar itu, air matanya mengalir deras. Ia tidak tahu bagaimana ia akan menjalani hari-harinya sebagai istri Gabriel Alaric, seorang pria yang penuh kebencian dan dendam.

Namun di balik semua rasa sakit itu, Aveline berjanji pada dirinya sendiri. Jika ia harus bertahan di neraka ini, ia akan menemukan alasan di balik kebencian Gabriel. **Aku akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi,** pikirnya dengan penuh tekad, meski hatinya masih gemetar.

Di luar kamar, Gabriel berdiri di depan pintu dengan rahang yang mengeras. Ia mendengar isak tangis Aveline, tetapi ia memaksa dirinya untuk tidak peduli.

"Ini hanya permulaan, Leonard Harper," gumamnya dengan dingin. "Aku akan membuatmu menyesali semua yang telah kau lakukan pada keluargaku."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh simetri

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Belenggu Pernikahan Sang Mafia
1

Bab 1 Dendam yang Membara

22/11/2024

2

Bab 2 Aveline mencoba mengumpulkan dirinya

22/11/2024

3

Bab 3 Jejak Kebencian

22/11/2024

4

Bab 4 Bayangan Masa Lalu

22/11/2024

5

Bab 5 Luka yang Tak Terlihat

22/11/2024

6

Bab 6 Dalam Cengkeraman Bahaya

22/11/2024

7

Bab 7 Ketegangan yang Memuncak

22/11/2024

8

Bab 8 Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya

22/11/2024

9

Bab 9 Serangan Malam yang Mencekam

22/11/2024

10

Bab 10 Di Antara Kebenaran dan Perasaan

22/11/2024

11

Bab 11 Perjalanan Menuju Perubahan

22/11/2024

12

Bab 12 setelah beberapa hari perasaan canggung

22/11/2024

13

Bab 13 Di Bawah Bayang-Bayang Masa Lalu

22/11/2024

14

Bab 14 Dalam Kepedihan yang Tak Terucapkan

22/11/2024

15

Bab 15 Pertaruhan Tak Terduga

22/11/2024

16

Bab 16 Menghadapi Pilihan

22/11/2024

17

Bab 17 Jalan yang Berliku

22/11/2024

18

Bab 18 Pertaruhan Hati

22/11/2024

19

Bab 19 mencoba membuka topik yang telah lama

22/11/2024

20

Bab 20 Roderick Miller berdiri di depan pintu

22/11/2024

21

Bab 21 suara mobil yang masuk ke halaman terdengar

22/11/2024

22

Bab 22 Konsekuensi yang datang dengan memilih

22/11/2024

23

Bab 23 Apakah cinta mereka benar-benar cukup untuk menghadapi kekuatan

22/11/2024

24

Bab 24 Viktor mengalihkan pandangannya

22/11/2024

25

Bab 25 Aveline berjalan cepat mengikuti Gabriel

22/11/2024

26

Bab 26 Aveline merasa seperti ada sesuatu yang mengganjal

22/11/2024

27

Bab 27 Aveline menatap jauh ke depan

22/11/2024

28

Bab 28 Aveline menggenggam erat tangan ayahnya

22/11/2024

29

Bab 29 Aveline merasa semangatnya sedikit terangkat

22/11/2024

30

Bab 30 merasakan beratnya tanggung jawab yang ada di pundaknya

22/11/2024

31

Bab 31 Aveline merasakan kegelisahan yang mendalam

22/11/2024

32

Bab 32 Malam semakin larut

22/11/2024

33

Bab 33 Viktor mencoba menggertak

22/11/2024

34

Bab 34 mencoba menenangkan dirinya di tengah kekacauan

22/11/2024