SANG PENAKLUK MAFIA

SANG PENAKLUK MAFIA

irma_nur_kumala

5.0
Komentar
6.1K
Penayangan
139
Bab

Lepas dari kekasih yang gila judi, Abigail harus berhadapan dengan laki-laki tampan berperangai iblis meski wajahnya sempurna bagai malaikat. Seorang pemimpin klan mafia dari Italia, Lucca Alonzo, yang lebih menakutkan dari mimpi buruk. Entah bagaimana caranya nanti Abigail bisa lepas dari jerat Lucca yang menyeretnya ke mansion miliknya di Napoli dan berakhir menjadi seorang pelayan bagi para wanita pemuas nafsunya. Apakah Abigail bisa bertahan hidup di dunia yang gelap milik Lucca Alonzo dengan hati selembut malaikat yang dia miliki?

Bab 1 MAFIA - 01

00:30, Dermaga Greenwich, London, Inggris

Aku buta,

Aku tidak bisa melihat apapun dengan jelas.

Aku terjebak.

Mungkin, semuanya sudah terlambat.

Kalimat itu terus terulang di kepala Abigail. Kakinya bergerak lebih cepat dari yang dia rasakan. Pikirannya memerintahkan untuk terus berlari.

Sesekali kepalanya menoleh ke belakang untuk memastikan enam lelaki yang mengejarnya masih jauh. Berharap bisa meloloskan diri meskipun Abigail sadar di sela napasnya yang semakin terasa berat, kemungkinan besarnya, dia akan tertangkap.

Semua ini karena kebodohannya sendiri yang terlalu ingin tahu. Tidak sengaja melihat apa yang seharusnya tidak dia lihat.

Hosh..Hoshh..Hoshh..Hoshh..

Napasnya pendek-pendek, kakinya mulai letih, air matanya mendesak keluar. Apakah ada yang akan menolongnya saat ini?

Abigail memilih untuk terus berlari.

Membiarkan saja rambut hitamnya berkibar tertiup angin laut yang berhembus. Berlari di antara kontainer yang tersebar di sekitar dermaga. Sialnya, dia malah menjauhi keramaian di sisi lain bar.

Saat napasnya mulai terasa sesak, Abigail melihat ada celah tertutup di antara kontainer dengan bangunan di sampingnya tidak jauh di depan dan bergegas masuk untuk berlindung.

"Please, pergilah. Please," gumamnya berkali-kali seraya memeluk tubuhnya sendiri dengan erat. "Aku tidak melihat apapun."

Bunyi langkah kaki di kejauhan terdengar semakin mendekat. Abigail menutup mulutnya sendiri dengan tangan agar tidak mengeluarkan suara apapun. Menahan napasnya saat para lelaki berpakaian hitam itu lewat.

Beberapa saat dia hanya diam, memastikan mereka tidak kembali agar dia bisa pergi dan mencari bantuan.

"Tuhan, lindungi aku," ucapnya dengan penuh keyakinan, keluar dari persembunyian saat dirasa cukup aman ke arah yang berlawanan. Gerombolan lelaki itu sudah tidak terdengar lagi dan inilah kesempatannya untuk kabur.

Hanya tinggal beberapa belokan seperti yang diingatnya tadi, dia akan lolos. Sesaat Abigail menoleh ke belakang memastikan tidak ada yang mengikuti dan ketika kembali menghadap depan, kakinya langsung berhenti berlari sebelum menabrak seorang lelaki yang menghadang jalannya dengan wajah tertutupi topi hitam bundar. Coat hitam panjangnya berkibar tertiup angin laut.

Dengan napas naik turun, Abigail berdiri di sana didera ketakutan yang amat nyata. Laki-laki itu hanya diam, tidak melakukan apapun tapi Abigail seperti tidak bisa bergerak. Padahal kesempatan satu-satunya hanyalah berbalik dan lari menjauh tapi dia seakan membeku di tempatnya memandangi lelaki yang merupakan pimpinan semua orang-orang menakutkan itu. Dia melihatnya membunuh beberapa orang di dalam sana.

Aku akan mati!

Laki-laki itu bergerak maju, Abigail menahan napasnya. Saat mereka berdiri berhadapan, dia mengangkat sedikit kepalanya dan Abigail seakan melihat malaikat. Angel yang turun dari langit karena ketampanannya.

Abigail terkesiap saat lelaki itu dengan gerak cepat mengulurkan tangan berbalut sarung tangan hitam, mencengkram lehernya kuat mengabaikan kenyataan kalau dia seorang wanita.

"Please-" Abi menahan lengan kuat itu dengan kedua tangannya sendiri, mencoba berbicara. "A-ku tida-k me-lihat apa-pun."

Cengkramannya menguat, Abigail berdesis merasakan sakit.

Biasanya Devil serupa dengan Angel.

"Ya aku percaya." Laki-laki itu berbicara Bahasa inggris dengan aksen yang terdengar sedikit aneh. "Namun, aku harus mencongkel kedua bola mata indahmu itu lebih dulu."

"To-long, le-paskan a-ku." Abigail semakin tidak bisa bernapas dengan benar. "Ak-u tid-ak ak-an meng-atakannya p-ada siapa-pun."

Lelaki itu menarik sedikit sudut bibirnya ke samping. Abigail melirik sekilas ke bawah, melihat kalung putih bentuk salib yang melingkari lehernya tapi buru-buru dialihkannya lagi tatapannya ke wajah lelaki itu.

"Aku sering mendengar kalimat itu dari orang-orang yang bertemu denganku sebelumnya." Abigail memejamkan mata saat lehernya semakin dicengkram. "Sayang sekali, wanita secantik dirimu berada di tempat dan waktu yang salah. Siapa yang harus disalahkan? Hmm?"

Abigail kembali membuka mata, "Am-puni ak-u."

"Pengampunan." Nada suaranya terdengar meremehkan. "Apa setiap orang hanya bisa mengatakan hal itu padahal mereka sadar, ada konsekuensi disetiap tindakan dan aku sama sekali tidak menyukai orang-orang yang terlalu ingin tahu sepertimu," tambahnya penuh penekanan.

"Ap-a yang bis-a aku lak-ukan ag-ar men-dapat pen-gampunanmu?"

"Apa yang bisa kau tawarkan?" Lelaki itu bertanya balik. "Jangan katakan tubuhmu karena aku sama sekali tidak tertarik."

"Aku juga tidak sudi-ssshhh," desis Abigail, semakin merasakan sesak. "Ap-a yang ka-u ingin-kan se-lain hal it-u?"

Senyuman smirknya semakin membuat Abigail takut. Lelaki tampan itu memiliki pandangan yang membuat siapapun teepesona tapi juga takut di saat yang bersamaan.

"Kematianmu," bibirnya menyunggingkan senyuman menakutkan.

Abigail membenamkan kukunya di lengan lelaki itu dengan rasa takut yang menjalar.

"Siapa namamu?" Abigail diam, cengkramannya menguat, dia berdesis, "Siapa namamu?"

"Abi. Na-maku Abi."

"Halo Abi," sapanya. "Sepertinya malam ini bukan malam keberuntunganmu karena bertemu denganku."

Laki-laki itu semakin mencengkram lehernya erat membuatnya tidak lagi mendapatkan asupan udara hingga dadanya sesak. Seperti ikan yang dilempar ke daratan tanpa peringatan. Kepalanya terasa sakit dan dia tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan diri.

Aku akan mati. Siapapun, help me.

BRUUMMMMMM!!

Tiba-tiba suara mobil yang datang mengagetkan keduanya. Sorot lampunya membuat pandangan silau, tanpa benar-benar sadar, mobil itu melaju mendekat dengan suara mesinnya yang menggelegar ke tempat di mana mereka berada.

BRAAAAKKK!!

Setelah hantaman itu, Abi merasakan tubuhnya terlempar bersama dengan lelaki itu dan terjatuh di aspal dingin dengan rasa nyeri yang tidak terelakkan.

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bosku Kenikmatanku

Bosku Kenikmatanku

Juliana
5.0

Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku